Gardaanimalia.com – Pembahasan permasalahan terhadap lingkungan dan kehidupan liar saat ini makin serius mempertimbangkan satu sistem yang diyakini menjadi akar dari krisis ekologi: kapitalisme. Pada dasarnya, sistem ekonomi kapitalisme adalah menginvestasikan modal untuk memperoleh profit yang lebih banyak.[1]Gilpin, Robert (5 Juni 2018). The Challenge of Global Capitalism : The World Economy in the 21st Century. Hal ini dilakukan dengan cara memproduksi barang atau menyediakan jasa, lalu menjual produk atau jasa tersebut dengan nilai yang lebih tinggi dari cost atau biaya produksinya. Impian dari sistem ini adalah pertumbuhan ekonomi tanpa batas.
Namun, penting untuk selalu diingat bahwa tujuan utama dari sistem ekonomi ini adalah memperoleh keuntungan dan mengakumulasikan modal sebanyak-banyaknya tanpa henti, bukan menyediakan kebutuhan dasar hidup bagi setiap orang, bukan juga untuk melindungi alam.[2]Magdoff, F. Why capitalism is toxic to the environment?. http://physics.bu.edu/~pankajm/Activism/FinishedPamphlets/magdoff-pamphlet.pdf Mengapa demikian? Sistem ekonomi kapitalisme senantiasa melakukan ekspansi ke banyak negeri dengan tujuan pengerukan sumber daya alam tanpa terkendali. Ini merupakan hukum pasti yang dilakukan sistem ini. Sebab dengan cara inilah sistem kapitalisme bekerja untuk mengakumulasi keuntungannya. Akibatnya, secara perlahan namun pasti, alam dan segala isinya termasuk satwa liar akan dihadapkan pada kehancuran.
Pertumbuhan ekonomi tanpa batas yang dicita-citakan para kapitalis tidak bisa diwujudkan dengan alasan yang sederhana, bahwa sumber daya planet ini terbatas. Pertumbuhan ekonomi berdasarkan kekayaan mendorong peningkatan konsumsi secara terus-menerus. Prinsip dasar kapitalisme tersebut, yakni pertumbuhan ekonomi tak terbatas yang ditopang oleh peningkatan konsumsi, hanya dianggap rasional oleh para korporasi dan kapitalis, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan terbanyak dari sistem ini.[3]Magdoff, F. (1 Mei 2015). Monthly Review. A Rational Agriculture Is Incompatible with Capitalism. https://monthlyreview.org/2015/03/01/a-rational-agriculture-is-incompatible-with-capitalism
Kepunahan Spesies Akibat Kapitalisme
Peningkatan konsumsi manusia yang tidak terkendali akibat kapitalisme mengancam keberlangsungan kehidupan lainnya di bumi ini.[4]WWF. The Living Planet Report 2020. https://f.hubspotusercontent20.net/hubfs/4783129/LPR/PDFs/ENGLISH-SUMMARY.pdf E.O.Wilson (pakar biologi Universitas Harvard), memperkirakan bahwa tiap tahunnya, 30 ribu spesies didorong menuju kepunahan, atau sekitar tiga spesies per jam, akibat peningkatan pesat populasi dan konsumsi manusia.[5]Center for Biological Diversity. Human Population Growth and Extinction. https://www.biologicaldiversity.org/programs/population_and_sustainability/extinction/ Overeksploitasi satwa dan kehidupan liar akibat ledakan perdagangan dan konsumsi global menyebabkan hilangnya sekitar 68% populasi invertebrata sejak tahun 1970an.[6]WWF. The Living Planet Report 2020. https://f.hubspotusercontent20.net/hubfs/4783129/LPR/PDFs/ENGLISH-SUMMARY.pdf Diperkirakan 1 dari 3 invertebrata liar terancam diperjualbelikan di seluruh dunia.[7]Briggs, H. (7 Oktober 2019). BBC. Global wildlife trade higher than was thought. https://www.bbc.com/news/science-environment-49904668
Baca juga: Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit Jadi Ancaman Bagi Kehidupan Satwa
Proses produksi, ekstraksi, dan konsumsi komoditas alam yang dikayuh tanpa henti juga mengorbankan ratusan juta hewan dan tumbuhan liar setiap tahun[8]WWF. Illegal Wildlife Trade. https://wwf.panda.org/discover/our_focus/wildlife_practice/problems/illegal_trade/?, serta mengancam satu juta spesies hewan dan tumbuhan menuju kepunahan.[9]Estrada, A; Garber, P. (29 Desember 2019). Mongabay. Global consumer demands fuel the extinction crisis facing the world’s primates. … Continue reading Kemajuan ekonomi saat ini yang hanya mengedepankan tingkat PDB dan pendapatan perkapita berjalan beriringan dengan kemusnahan satwa dan kehidupan liar.
Disamping satwa dan kehidupan liar, korban lainnya akibat bencana lingkungan dari kapitalisme ialah orang-orang termiskin, pihak-pihak yang mana aktivitasnya menimbulkan jejak ekologi paling sedikit.[10]King, A; Harrington, L. (29 Mei 2018). Geophysical Research Letters. The Inequality of Climate Change From 1.5 to 2oC. American Geophysical Union. … Continue reading Separuh populasi global yang termiskin hanya berkontribusi atas 10% emisi karbon dan jejak ekologi global[11]Oxfam International. (2 Desember 2015). Extreme Carbon Inequality. … Continue reading, bandingkan dengan 10% populasi global terkaya yang bertanggung jawab atas 50% emisi karbon dan jejak ekologi global.10% populasi terkaya dunia juga mengonsumsi sumber daya 20 kali lipat lebih banyak daripada 10% populasi termiskin global.[12]Wiggins, B. (18 Maret 2020). Global Citizens. The World’s Wealthiest Consume 20 Times More Energy Than the World’s Poorest. … Continue reading
Singkatnya, mayoritas kerusakan habitat dan kebinasaan satwa serta kehidupan liar disebabkan oleh segelintir orang-orang terkaya, namun dampak dari bencana ekologi tersebut dirasakan paling kuat oleh orang-orang yang aktivitasnya paling sedikit berdampak terhadap lingkungan.
Achim Steiner (Direktur Program Pembangunan PBB), menyatakan bahwa model pertumbuhan ekonomi saat ini, yang didominasi oleh sistem kapitalisme, tidak bisa dilepaskan dengan kerusakan lingkungan.[13]DW Indonesia. Direktur UNDP: Manusia Binasa Jika Tidak Pisahkan Emisi dari Pertumbuhan Ekonomi. https://www.dw.com/id/menjauhkan-emisi-dari-pertumbuhan-ekonomi/a-56406681 Beliau mencontohkan bagaimana bencana tumpahan minyak di satu sisi menciptakan pertumbuhan ekonomi, karena upaya pembersihan dan pemulihan menyedot uang dalam jumlah yang besar, namun meninggalkan kerusakan kepada flora, fauna, serta ekosistem di sekitarnya.
Oleh karena itu, sistem ekonomi yang hanya berkutat pada konsumsi dan kekayaan finansial tidak hanya akan mengancam keberlangsungan hidup satwa dan kehidupan liar, namun juga keberlangsungan hidup masyarakat modern saat ini. Para elite kapitalis yang terus mengorbankan kehidupan bumi ini demi akumulasi modal dan kekayaan semata bisa dikatakan sebagai pelaku kejahatan terbesar terhadap satwa dan kehidupan liar, serta umat manusia.
Referensi