Gardaanimalia.com – Pembangunan proyek infrastruktur di Taman Nasional Komodo yang mendapat desakan oleh UNESCO agar pemerintah Indonesia menghentikan proyek tersebut masih menjadi sorotan berbagai pihak.
Baru-baru ini digelar sebuah webinar bertajuk “Taman Nasional Komodo & Jurassic Park: Konservasi atau Investasi?” Dalam seminar yang diadakan oleh Universitas Brawijaya itu, perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukan sikap yang dinilai tidak etis. Mereka tampak emosi dan marah-marah dalam menangkapi presentasi dari pemateri lain.
Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, yang menjadi salah satu pengisi materi dan stafnya yang bernama Moko tampak marah dan meninggikan suaranya. Mereka merasa tersinggung atas isi salah satu slide yang ditampilkan oleh pemateri lain yakni Venan Haryanto, peneliti dari Sunspirit for Justice and Peace.
Dalam slide tersebut tertulis kalimat “Selamatkan Taman Nasional Komodo dari Kejahatan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.”
“Apa maksudnya ini?” ucap Wiratno.
“Memang kami penjahat? Kami bukan penjahat wei,” Mako menyaut dengan nada yang tak kalah tinggi.
Peristiwa tersebut kemudian menjadi sorotan dan dibagikan dalam sebuah utas yang dibuat di Twitter @KawanBaikKomodo pada 15 September 2021. Berbagai respon muncul dan banyak yang menyayangkan sikap anti kritik ini.
Baca juga: Data Penyelundupan Burung Liar dari Sumatera ke Jawa
“Kebijakan pemerintah bisa ugal-ugalan dalam kasih izin yang membawa perusakan dan mengabaikan rakyat setempat. Giliran dikritik responnya menuntut kesantunan. Masa cuma kesantunan itu saja senjata pemerintah merespon kritik. Padahal data dan analisa harusnya direspon dengan data dan analisa,” cuit Institut Ecosoc Rights di Twitter untuk merespon kejadian dalam webinar tersebut.
Setelah membuat utas tersebut, akun Instagram milik Kawan Baik Komodo dilaporkan hilang sejak Rabu (15/09/2021) malam. Hal ini kemudian disampaikan oleh Kawan Baik Komodo melalui sebuah cuitan di Twitter pada Kamis (16/09/2021) pagi. Hingga berita ini ditulis, akun Instagram tersebut masih belum dapat ditemukan.
“Akun Instagram #KawanBaikKomodo hilang sejak semalam. Awalnya masih bisa diakses seperti pada gambar tangkapan layar berikut, namun pagi ini sudah tidak bisa ditemukan sama sekali,” tulisnya.
Menanggapi kejadian semacam ini, Ratna Surya yang merupakan Koordinator Advokasi Garda Animalia memandang ada upaya pembungkaman yang seringkali dihadapi oleh organisasi maupun aktivis-aktivis yang lantang menyuarakan isu lingkungan dan konservasi.
“Upaya menghilangkan akun atau meminta menurunkan berita tertentu memang seringkali dialami organisasi yang hendak menyuarakan isu-isu lingkungan. Apalagi jika isu ini mulai menjadi perhatian publik di mana menyeret para pemangku kebijakan,” papar Ratna, Senin (20/09/2021).
Ratna juga mendorong masyarakat untuk tidak lengah mengawal kasus-kasus kejahatan lingkungan.
“Kejadian semacam ini sebetulnya sangat disayangkan terjadi di negara demokrasi yang seharusnya menjamin kebebasan berpendapat. Masyarakat harus terus mengawal kasus ini, jangan sampe lengah. Pembangunan proyek di Taman Nasional Komodo harus dihentikan karena akan berdampak besar pada habitat dan keberadaan komodo di sana,” pungkasnya.
Pejabat @KementerianLHK marah2 dlm seminar yg diadakan Universitas Brawijaya ttg Komodo.
Narasumber dr masy sipil NTT menyebut sejumlah kebijakan di TN Komodo—spt pemberian konsesi bisnis—sbg kejahatan lingkungan. Pejabat KLHK marah2. Para peserta diskusi menegurnya.
Part 1 pic.twitter.com/gsqKIYFNxp
— Kawan Baik Komodo (@KawanBaikKomodo) September 15, 2021