Menjarah
Menjarah
Menjarah
Edukasi

Badak Sumatra, Penjaga Hutan yang Hampir Punah

2060
×

Badak Sumatra, Penjaga Hutan yang Hampir Punah

Share this article

 

Badak Sumatra, Penjaga Hutan yang Hampir Punah
Badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis). Foto: William v Strien

Oleh: Sarah Sjafina, Kontributor Garda Animalia

pariwara
usap untuk melanjutkan

Gardaanimalia.com – Spesies badak merupakan salah satu satwa yang terancam punah di dunia, khususnya di Indonesia. Badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) ditetapkan sebagai satwa dengan status kritis dalam Daftar Merah yang dipublikasikan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Satu-satunya badak bercula dua di Asia ini kerap kali diambil culanya dan diperdagangkan dalam skala internasional. Harganya yang sangat tinggi mendorong organisasi Save The Rhino melarang media secara global untuk mempublikasikannya.

Konon, cula badak dipercaya sebagai obat tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Padahal, hasil penelitian memperlihatkan bagian-bagian tubuh badak ditinjau memiliki fungsi serupa dengan kuku kuda, paruh kakatua, dan rambut maupun kuku manusia yang tersusun dari zat keratin tanpa khasiat apapun secara ilmiah.

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Badak sumatra merupakan satwa yang dilindungi, tidak boleh disakiti, dibunuh, dipelihara ataupun diperdagangkan. Siapapun yang melanggar akan dikenakan sanksi denda hingga Rp 100 juta dan hukuman penjara paling lama 5 tahun.

Menurut ahli badak yang juga merupakan Program Manajer Yayasan Badak Indonesia (YABI), kehidupan Badak sumatra juga terancam karena habitat utama mereka kerap kali diubah menjadi perkebunan sawit, kopi, dan tanaman pertanian lainnya.

Baca jugaKomodo Diprediksi 30 Tahun Lagi Akan Punah, Ini Penyebabnya!

Populasi Badak Kritis

Badak Sumatra, Penjaga Hutan yang Hampir Punah
Badak sumatra, Ratu dan Andatu yang masih berumur 4 hari. Foto: Dok. International Rhino Foundation/S. Ellis

Para peneliti juga bersepakat bahwa populasi Badak sumatra saat ini jumlahnya kurang dari 80 individu yang masih hidup. Saat ini, keberadaan badak yang populasinya semakin kritis ini masih dapat ditemukan di tiga kawasan konservasi di Pulau Sumatera yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), dan Taman Nasional Way Kambas (TNWK).

Sebagian populasi badak masih ditemukan terpencar di luar kawasan konservasi. Populasi ini sangat rentan menjadi sasaran perburuan liar untuk diperdagangkan culanya. Berdasarkan temuan Tim Rhino Protection Unit di TNBBS, populasinya diprediksi berjumlah 17–24 individu.

Mamalia besar yang hidup di hutan rawa dengan dataran rendah ini sebenarnya memiliki peran penting dalam menjaga fungsi ekosistem habitatnya. Mereka adalah penjelajah dan pemakan pucuk dedaunan yang turut membantu pertumbuhan pucuk baru tersebut. Tumbuhnya pucuk dedaunan yang baru dapat lebih banyak menyerap karbon dioksida dibandingkan pucuk daun yang tua. Badak yang hidup dalam kelompok kecil dan umumnya menyendiri ini juga memiliki kemampuan menebar benih ke lapisan tanah di hutan.

Berdasarkan temuan Direktur Eksekutif YABI, lebih dari 10 jenis tanaman tumbuh dari sebaran kotoran badak yang dikemas dalam polybag. Oleh karena itu, spesies badak dengan ukuran terkecil dibanding sub-spesies lainnya di dunia ini mempunyai peran yang signifikan dalam menjaga kualitas hutan dan tentunya dalam memitigasi pemanasan global. 

Kehilangan habitat dan perburuan liar lantas mengancam keberadaan Badak sumatera yang memiliki peran penting dalam menjaga hutan dan keseimbangan ekosistem alam.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
FATWA: Orangutan juga merantau! | Ilustrasi: Hasbi Ilman
Edukasi

Gardaaniamlia.com – Garda Animalia mengeluarkan FATWA (Fakta Satwa) pertama. Sebuah seri fakta singkat di dunia persatwaliaran. Yuk, simak!…