Gardaanimalia.com – Seekor harimau sumatera kerap berkeliaran di areal perkebunan sawit Kecamatan Sungai Aur, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat.
Pada 19 Juli 2021, satwa berusia remaja tersebut masuk kandang jebak yang dipasang BKSDA Sumatra Barat sejak empat hari sebelumnya.
Interaksi negatif antara mamalia loreng dan pekerja sawit itulah yang menjadi titik awal berdirinya Yayasan Jejak Harimau Sumatera.
Ide mendirikan yayasan lahir dari pemikiran dua fotografer jurnalistik Sumatra Barat. Keduanya adalah Andri Mardiansyah dan Adi Prima.
Andri Mardiansyah dalam siaran pers pada Rabu (19/7/2023) menceritakan, mulanya Jejak Harimau dipilih untuk nama yayasannya.
“Namun, menurut regulasi terbaru, usulan pendirian sebuah yayasan harus tiga kata. Kita sepakati nama yayasannya, Jejak Harimau Sumatera,” terangnya.
Yayasan kemudian disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai yayasan yang fokus terhadap isu-isu konservasi harimau.
Surat keputusan pendiriannya ditandatangani oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Cahyo Rahadian Muzhar, Jumat (7/7/2023).
Yayasan baru ini menggunakan medium fotografi lewat media sosial untuk ikut serta menjaga populasi satwa dilindungi itu. Bagi Andri, kini kucing endemik Pulau Sumatra tersebut berada di ambang kepunahan.
Fotografi, menurutnya, memegang peranan penting sebagai media kampanye yang dapat menyajikan fakta kondisi di lapangan yang lebih menggugah.
“Kami menyuguhkan visual eksklusif terkait harimau sumatera ini. Respon publik cukup baik,” kata Andri.
Yayasan ini telah melakukan kampanye sejak dua tahun lalu, tepatnya pada 21 Juli 2021, dua hari usai kejadian di Sungai Aur.
Harimau Sumatera adalah Jati Diri Bangsa
Ketua Yayasan Jejak Harimau Sumatera Adi Prima tegaskan pentingnya sinergi yang kuat dari seluruh pihak untuk menyelamatkan satwa langka itu.
Dirinya mengakui, tantangan menjaga subspesies harimau terakhir di Indonesia tersebut semakin berat.
“Bagi kami, satwa pemuncak ini tak hanya merupakan satwa yang menempati posisi puncak predator, tapi juga merupakan bagian dari jati diri bangsa ini,” lanjut Adi.
Menurutnya, tujuan berdirinya yayasan adalah untuk menyebarluaskan urgensi menjaga, melindungi, dan melestarikan habitat harimau untuk keseimbangan ekosistem.
Selain itu, Adi pun menginginkan yayasan sebagai media pengarusutamaan kampanye dan edukasi tentang pelestarian satwa endemik Pulau Sumatra tersebut.
Pihaknya akan manfaatkan medium fotografi, videografi, dan narasi yang mampu membangkitkan kesadaran publik.
“Tak cuma itu saja, kita punya mimpi yayasan ini bisa menjadi pusat studi, data, dan informasi harimau sumatera,” lanjut Adi.
Adi berharap, yayasannya dapat memperkuat upaya mitigasi konflik antara harimau dan manusia dengan melakukan pendekatan melalui aspek kultural dan aspek ekologis.