Menjarah
Menjarah
Menjarah
Investigasi

Bupati Batola: Kerupuk Ikan Pipih Itu Sudah Terlanjur Booming (Bagian 4)

243
×

Bupati Batola: Kerupuk Ikan Pipih Itu Sudah Terlanjur Booming (Bagian 4)

Share this article
Bupati Kabupaten Barito Kuala Hj. Noormiliyani A.S. di ruang kerja ketika wawancara Kanal Kalimantan, di Marabahan, Senin 25 Juli 2022. | Foto: Bayu Prayoga
Bupati Kabupaten Barito Kuala Hj. Noormiliyani A.S. di ruang kerja ketika wawancara Kanal Kalimantan, di Marabahan, Senin 25 Juli 2022. | Foto: Bayu Prayoga

Gardaanimalia.com – Memimpin Kabupaten Barito Kuala sejak dilantik menjadi Bupati pada 2017, Hj. Noormiliyani A.S. mencetus Peraturan Bupati Nomor 57 tahun 2019 tentang Produk Lokal Unggulan Daerah.

Kerupuk pipih adalah salah satu dari beberapa produk unggulan daerah selain beras siam mutiara/anjir, buah kueni anjir, jeruk siam banjar, nanas, sapi unggul lokal, anyaman purun danau dan tikus, serta kain sasirangan dengan motif khas Kabupaten Barito Kuala.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Menjawab tentang benturan aturan terkait perlindungan ikan belida borneo serta aktivitas Industri Kecil Menengah (IKM) produksi kerupuk ikan pipih, satu-satunya Bupati perempuan di Kalimantan Selatan ini memberikan penjelasan kepada Rendy Tisna, Reporter Kanal Kalimantan pada Senin 25 Juli 2022, di rumah dinas.

Selama sekitar satu jam, Noormiliyani menerangkan kebijakannya didampingi Kabag Humas dan Protokol Setdakab Barito Kuala (Batola) Sasmita.

Apa dasar kerupuk ikan pipih dimasukkan produk lokal unggulan dalam Perbup No. 57 Tahun 2019?

Ini sebenarnya merupakan bagian dari penjabaran program prioritas RPJMD 2017-2022 Kabupaten Batola yang dikemas dengan sebutan One Village One Product.

Tujuannya secara umum, yaitu untuk lebih mengoptimalkan pengembangan potensi usaha mikro, kecil, dan menengah masyarakat di Barito Kuala.

Dari sekian produk unggulan yang ada, kenapa ikan pipih dimasukkan?

Karena memang kerupuk pipih itu terkenal. Sekalipun dari pipih ini-nya [bahan baku], tapi karena sudah mem-booming, jadi setiap ada pameran itu orang mencari.

Bukan kerupuknya dari mana, yang dari Batola itu kerupuknya memang tidak jauh berbeda walaupun bahan darinya ini dari bahan baku lain.

Perbup Nomor 57 Tahun 2019 bertentangan dengan Permen Kelautan dan Perikanan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Jenis Ikan yang Dilindungi, ada upaya merevisi?

Ya, tidak tahulah. Kalau dalam detik ini kayaknya tidak. Mungkin untuk Pj [Bupati] dan untuk yang lain-lain, ya, tidak tahu. Minimal dua tahun dulu, ini baru ada Pj saya masih tidak tahu itu nanti apakah juga ada perubahan dari Pak Sekda dan kawan-kawan terkait itu.

Namun, selama ini kan aman-aman saja, karena kadang-kadang kan ada saja ikan pipih-nya. [Meskipun] kecil jadi bisa dikombinasi mereka, sehingga rasa pipih-nya masih ada.

Bukankah ikan pipih semakin sulit ditemui di Sungai Barito?

Saat ini memang sulit untuk dicari dan dibudidayakan. Saya pernah juga [mempelajarinya] itu malahan. Saya akui pipih ini berkembang itu prosesnya lama, karena telurnya itu menempel di dinding kayu dan berapa persennya saja itu yang menetas.

Pernah mencoba membudidayakan sebelumnya?

Kami ada mencoba membudidayakan ikan pipih itu, tapi ternyata itu tidak mungkin dilakukan di tingkat petani karena sangat mahal.

Sehingga induk hanya ukuran besar ini [sambil meragakan dengan tangan] itu hampir setahun, pakannya juga luar biasa mahal.

Waktu itupun di provinsi waktu kami menjadi Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Balai Ikan masih belum mampu, tapi sekarang mampu ya.

Saya merasakan, karena ingin membudidaya itu pernah, di depan rumah mama di hilir. Satu tempat itu memang khusus, jadi ditutup dan lain-lain. Makanya tahu itu bagaimana telurnya tadi.

Bagaimana petani itu rasanya tidak mungkin melihat prosesnya yang memerlukan waktu bertahun-tahun, sementara mereka itu setiap hari harus produksi makanan mereka itu.

Lalu, bagaimana menyiasati hal ini dengan kepentingan IKM di daerah?

Jika terkait kelangkaan sehingga dari sekian bahan untuk kerupuk pipih itu bisa saja diganti dengan ikan yang serupa tapi diharapkan tidak mengurangi rasa dari kerupuk dari Batola.

Di Palembang pun seperti itu, jadi empek-empek pun bahan bakunya demikian. Sehingga tidak menggunakan ikan belida saja. Itu juga yang diusahakan di Kabupaten Batola, berkreasi sendirilah IKM-IKM ini karena memang agak sulit.

***

Seri liputan tentang Ikan Belida di Kalsel ini hasil kerja sama antara Kanal Kalimantan dengan Garda Animalia dan Auriga Nusantara dalam Lokakarya Jurnalisme Investigasi dan Hibah Liputan “Mengungkap Praktik Kejahatan terhadap Satwa Liar di Indonesia”.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments