Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Bahaya Kail Pancing bagi Buaya: Merobek Organ, Sebabkan Kritis

321
×

Bahaya Kail Pancing bagi Buaya: Merobek Organ, Sebabkan Kritis

Share this article
Buaya di kandang isoloasi Alobi. Buaya ini tidak mau makan karena terkena kail pancing masyarakat. | Foto: Bayu Nanda/Garda Animalia
Buaya yang tampak kurus di kandang isolasi Alobi. Buaya ini tidak mau makan karena terkena kail pancing masyarakat. Saat foto diambil, diduga kail tersebut masih bersarang di tubuhnya. | Foto: Bayu Nanda/Garda Animalia

Gardaanimalia.com – Interaksi negatif satwa liar dan manusia semakin sering terjadi, tidak terkecuali pada top predator perairan, yakni buaya muara.

Menanggapi konflik atau bahkan sekadar kemunculan buaya, seringkali masyarakat mengambil tindakan untuk menangkap buaya. Sebagaimana yang terjadi di Desa Tuhaha, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Aksi penangkapan buaya oleh masyarakat ini bermula saat dua bulan lalu warga dihebohkan dengan penampakan buaya di Sungai Waila, Desa Tuhaha.

Untuk membuktikan ada atau tidaknya buaya di sungai tersebut, masyarakat memancing buaya dengan menggunakan umpan satu ekor ayam dan kail nomor 01.

Aksi itu dilakukan Jhoni Tatipikalawan (40) bersama tiga rekannya pada Sabtu (23/3/2024), sekitar pukul 17.40 WIT.

“Pukul 19.30 WIT umpan pun didekati dan disantap buaya. Ada perlawanan oleh buaya karena umpan telah dipasang kail. Selanjutnya, hewan predator ini dievakuasi ke tepi sungai tepatnya ke badan jalan,” ungkap Jhoni.

Mendengar kabar bahwa ada buaya yang ditangkap, warga pun berbondong-bondong datang melihat satwa tersebut.

Usai ditangkap, warga menyeret buaya yang masih hidup menggunakan tali ke tanah lapang.

Sejumlah bagian tubuh dilikat dengan tali, termasuk bagian mulut dan ekornya.

Diketahui, panjang reptil ini adalah 3 meter dan berat diperkirakan mencapai 150 kilogram.

Menurut beberapa warga, Sungai Waila saat ini dihuni oleh delapan ekor buaya, dengan seekor yang sudah ditangkap.

Buaya yang ditangkap masyarakat di Sungai Waila, Kabupaten Maluku Tengah. | Foto: Dok. warga
Buaya yang ditangkap masyarakat di Sungai Waila, Kabupaten Maluku Tengah. | Foto: Dok. warga

Mengevakuasi Buaya dengan Tepat

Isu keberadaan buaya ini cukup membuat warga waswas. Sementara, kontributor Garda Animalia telah mencoba menghubungi pihak BKSDA, tetapi belum mendapat respons yang berarti.

Aksi memancing buaya dilakukan warga tanpa dampingan pihak berwenang. Terlebih, menangkap buaya dengan kail pancing dapat membahayakan satwa berdarah dingin itu. Hal ini diungkapkan Ketua Alobi Foundation Langka Sani.

Di Bangka Belitung, Langka Sani bersama timnya sudah kenyang menghadapi tingginya kasus interaksi negatif buaya muara dan manusia.

“Karena kemungkinan besar buaya mati apabila menangkap menggunakan pancing,” sebut Langka, Senin (25/3/2024).

Ia melanjutkan, apabila tertelan, pancing akan mengoyak organ-organ dalam buaya yang lemah sehingga menyebabkan buaya kritis dan mati.

Dirinya menyebut, cara paling aman untuk mengevakuasi buaya jika terjadi potensi konflik adalah dengan menggunakan perangkap.

Langka menambahkan, jika kemunculan buaya terjadi di habitatnya, maka tidak perlu dilakukan evakuasi.

“Kalau memang itu sudah habitat buaya, jauh sebelum ada aktivitas manusia, [maka] jangan [buaya] dipindahkan,” tutupnya.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments