Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Didandani bak Manusia, Owa Dilibatkan dalam Festival Budaya Banjarmasin

687
×

Didandani bak Manusia, Owa Dilibatkan dalam Festival Budaya Banjarmasin

Share this article
Potret owa yang diikutkan dalam acara kebudayaan Banjarmasin Sasirangan Festival 2023. | Foto: Istimewa
Potret owa yang diikutkan dalam acara kebudayaan Banjarmasin Sasirangan Festival 2023. | Foto: Istimewa

Gardaanimalia.com – Satwa dilindungi jenis owa diikutsertakan dalam festival budaya bertajuk Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2023, pada Sabtu (11/3/2023) lalu.

Peristiwa yang melibatkan satwa liar itu diunggah oleh CAN (Conservation Action Network) Indonesia melalui akun Instagram resmi mereka.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Dalam unggahan CAN Indonesia mengkritisi kejadian itu. Mereka menyebut bahwa keberadaan owa dalam festival budaya tersebut merupakan eksploitasi yang mengatasnamakan edukasi.

Menurut Habitat Campaign from CAN Indonesia Naya, memberi pakaian dan aksesori seperti baju dan topi terhadap primata itu tidak tepat.

Owa kalimantan, ujar Naya, termasuk dilindungi di Indonesia dan masuk kategori terancam (Endangered) berdasarkan data IUCN.

“Hal ini semestinya tidak terjadi (festival budaya yang melibatkan satwa liar dilindungi), terlebih dalam pagelaran acara besar seperti ini,” ungkap Naya, Selasa (21/3/2023).

Hadirkan Owa dalam Festival Budaya Timbulkan Potensi Zoonosis

Edukasi dengan mempertontonkan satwa secara langsung merupakan hal yang tidak dibenarkan. Selain owa kalimantan dilindungi, bersentuhan dengan hewan dapat menimbulkan risiko penyebaran penyakit.

“Penyebaran penyakit zoonosis atau penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya,” tutur Naya.

Ia menilai, eksploitasi satwa liar yang terjadi pada BSF 2023 itu dikarenakan kurangnya pemahaman tentang cara memperlakukan satwa liar.

Tak hanya itu, Naya menyebut kurangnya pengawasan juga menyebabkan para penggiat satwa berkedok pencinta satwa memanfaatkannya untuk pertunjukan atau alat hiburan.

“Terlebih owa kalimantan yang dipertontonkan secara langsung diberikan pakaian layaknya mainan, sehingga prinsip-prinsip kebebasan satwa hilang,” jelas Naya.

Naya: Pemerintah Harus Perketat Pengawasan, Bukan Justru Dukung Eksploitasi

Ia berpesan, betapa penting memahami peran serta kebebasan satwa liar yang dilindungi oleh negara. Inginnya, kejadian tersebut tidak terulang lagi.

Ia juga mengingatkan, pentingnya pengawasan terhadap kebijakan dan pelanggaran-pelanggaran hukum yang terjadi pada kejadian itu.

“Seharusnya Pemerintahan Kota Banjarmasin melakukan pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi satwa liar seperti ini,” kata Naya.

Bukan justru turut mendukung atau memperlihatkan dengan cara berswafo bersama, lanjut Naya. “Secara tidak langsung ikut mengekploitasi owa kalimantan,” tegas Naya.

Andi: Owa Stres Usai Pagelaran Festival

Garda Animalia hubungi Animal Rescue Banjarmasin, pada Kamis (16/3/2023) untuk meminta keterangan lebih lanjut terkait owa dalam ajang kebudayaan itu.

Humas Animal Rescue Banjarmasin Andi menceritakan, bahwa satwa mengalami stres setelah kegiatan yang berlangsung dari pagi hingga siang.

“Yang kami lihat sebenarnya dia stres. Kenapa stres? Dia (owa) seharusnya tidak langsung bersinggungan dengan masyarakat. Kalau kita dekat dengan dia, dia teriak-teriak seolah takut,” terang Andi.

Andi mengatakan bahwa owa merupakan jenis yang rentan terkena penyakit. Apalagi jika sampai bersentuhan dengan manusia.

Saat ini, akunya, primata itu telah dikembalikan ke tempat rescue sementara. Di sana, satwa akan dikarantina dan diberi vitamin.

Pihaknya juga sedang menunggu tindak lanjut dari pihak BKSDA Kalsel, apakah satwa akan dibawa pihak BKSDA, dikarantina kembali, atau dilepas liar.

Asal Usul Owa Kalimantan

Adapun asal usul satwa, Andi mengatakan, satwa endemik Kalimantan itu adalah hasil penyerahan sukarela dari masyarakat.

Kemudian, satwa dititipkan di tempat rescue sementara atau kebun binatang mini yang ada di Kota Banjarmasin.

Namun, ketika ditanya mengenai siapa pihak yang mengusulkan keberadaan satwa dilindungi dalam acara tersebut, Ia mengaku tidak tahu.

“Kita juga sebenarnya tidak mengetahui secara detail mengapa dia (satwa) itu sampai ada di sana, masih dicari tahu,” ungkap Andi.

Saat ini, sambung Andi, Animal Rescue Banjarmasin tengah membentuk tim untuk mencari tahu dan menunggu klarifikasi dari pihak terkait.

Salah satu pihak yang ditunggu klarifikasi adalah Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Banjarmasin (DKP3).

Dalam BSF 2023 yang diselenggarakan resmi oleh Pemerintah Kota Banjarmasin ini juga ditemui dua satwa lain dari jenis reptil, yakni buaya dan ular piton albino.

Menurut Andi, buaya yang ada di festival juga dilindungi. Melalui foto, Garda Animalia menduga buaya adalah jenis Crocodylus porosus atau buaya muara.

Saat berita ini diterbitkan, Garda Animalia sudah mencoba hubungi pihak BKSDA Kalsel. Namun, pihak BKSDA belum dapat berikan keterangan apapun terkait peristiwa ini.

5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments