Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Harimau Sumatera Tinggalkan Jejak Dekat Permukiman Warga

1373
×

Harimau Sumatera Tinggalkan Jejak Dekat Permukiman Warga

Share this article
Jejak kaki harimau di Kecamatan Kotanopan. | Foto: Dok. Kecamatan Kotanopan
Jejak kaki harimau di Kecamatan Kotanopan. | Foto: Dok. Kecamatan Kotanopan

Gardaanimalia – Baru-baru ini, dua hewan ternak milik warga Desa Gunung Tua MS diduga diterkam oleh harimau sumatera. Interaksi negatif tersebut terjadi di Kotanopan, Mandailing Natal, Sumut.

Camat Kotanopan Pangeran Hidayat menceritakan bahwa warga mengetahui kedua sapi miliknya hilang pada saat ingin memberi makan ternak.

pariwara
usap untuk melanjutkan

“Kemarin, sekitar habis Jumatan (salat) kebetulan mereka mau ngangon sapi. Datang orang itu sudah enggak tampak lagi dua sapinya (di lokasi semula),” ujarnya, Sabtu (29/7/2023) dilansir dari detikSumut.

Warga pun lantas mencari keberadaan hewan ternak mereka. Alhasil, sapi ditemukan di hutan yang tak jauh dari Taman Nasional Batang Gadis (TNBG).

Pada tubuh sapi tersebut ditemukan bekas gigitan yang diduga berasal dari harimau. Di sekitar lokasi, warga juga temukan jejak satwa bernama ilmiah Panthera tigris sumatrae tersebut.

Interaksi Negatif Terjadi Lebih dari Sekali

Menurut Pangeran, interaksi negatif antara masyarakat dan harimau sudah beberapa kali terjadi. Kemunculan satwa liar pertama terjadi pada hari kedua lebaran tahun ini.

“Sebenarnya sudah lama ini. Pokoknya habis dari Hari Raya Idul Fitri semalam lah, sekitar 2 atau 3 hari raya warga melihat (harimau) di Desa Gunung Tua MS ini juga,” terangnya.

Usai itu, pihaknya pun berupaya menghalau satwa hingga akhirnya tak muncul lagi. Terakhir, satwa kembali muncul di Desa Manambin.

“Ini kan sudah sering muncul yang terakhir d Manambin, sekitar 10 hari yang lalu lah,” kata Pangeran.

Saat ini, pihaknya tengah menunggu petugas dari TNBG dan BKSDA untuk menghalau satwa liar. Dalam rencana, mereka akan pasang perangkap harimau sumatera di sekitar lokasi.

Pangeran berharap harimau tersebut dapat kembali ke habitat alaminya. Sehingga warga bisa kembali beraktivitas dengan tenang. “Segera kembali lagi ke hutan, supaya masyarakat kita dengan tenang berusaha (bekerja),” tandasnya.

Jejak Harimau Sumatera di Bengkulu

Warga temukan jejak kaki harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) masuk permukiman. | Foto: Demon Fajri/MPI
Warga temukan jejak kaki harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) masuk permukiman. | Foto: Demon Fajri/MPI

Tak hanya di Provinsi Sumut, kabar interaksi negatif juga datang dari Provinsi Bengkulu. Tepatnya di Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko.

Kabarnya, warga temukan jejak kaki harimau sumatera di Desa Gajah Makmur dan Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Lubuk Talang.

Kemunculan jejak itu menandakan adanya dua ekor harimau yang berkeliaran di permukiman warga. Kemunculan satwa liar dilindungi tersebut menimbulkan keresahan warga.

Kepala Desa Gajah Makmur Gutomo menuturkan, kucing besar tersebut muncul dua hari terakhir di sekitar permukiman penduduk, dekat areal perkebunan sawit.

“Dua hari ini ada lagi jejaknya di sekitar permukiman. Sudah dua tahun ini harimau berkeliaran di sekitar desa,” ungkapnya, Kamis (27/07/2023) dikutip dari Info Negeri.

Intensitas Kemunculan Satwa Meningkat sejak Lebaran

Gutomo juga sampaikan, berdasarkan pengamatan masyarakat, intensitas kemunculan harimau meningkat usai dimakannya seekor sapi pada 3 Mei 2023 lalu.

Sejak 2021, ungkapnya, terdapat 39 kejadian keberadaan harimau. Dua belas ekor sapi dan seekor kambing pun menjadi korban kemunculan harimau.

“Dilihat dari jejak yang ada, harimau ini selalu mengintai ternak milik warga yang digembalakan di perkebunan,” jelas Gutomo.

Dalam upaya penanganan konflik satwa liar dengan manusia, di Desa Gajah Makmur dan UPT Desa Lubuk Talang telah terbentuk tim Satgas Mitigasi Konflik.

Ia berpendapat, dalam penanganan kasus konflik satwa liar dan manusia masih dibutuhkan pendampingan petugas dan kementerian terkait, khususnya BKSDA.

“Kami khawatir jangan sampai jatuh lagi korban ternak atau bahkan nyawa manusia,” tuturnya.

Gutomo Sebut Alasan Satwa Keluar Hutan

Di sisi lain, berdasarkan lokasi, Desa Gajah Makmur dan UPT Lubuk Talang merupakan wilayah yang bersinggungan langsung dengan Hutan Produksi Air Rami.

Perubahan hutan menjadi kebun kelapa sawit masif terjadi di daerah ini. Menurut Gutomo, hal tersebut menjadi salah satu penyebab keluarnya satwa liar dari habitatnya.

Mendapat laporan warga di dua wilayah tersebut, BKSDA Bengkulu sudah terjunkan petugas ke lapangan.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu Said Jauhari, menyatakan penanganan dengan cara pengusiran akan dilakukan.

“Tetap kita upayakan pengusiran. Kalau penangkapan belum sampai ke tahap itu,” ujar Said, Kamis (27/7/2023), dikutip dari Antara.

Warga yang berada di sekitar wilayah hutan diharapkan untuk tetap berhati-hati serta ternak wajib dikandangkan.

Peringatan dilayangkan BKSDA sebab berdasarkan pemantauan, harimau terus bergerak dan berpindah dalam home range antara satu wilayah ke wilayah lain.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments