Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Lagi, Duyung Mati Terdampar di Pulau Bawean

1466
×

Lagi, Duyung Mati Terdampar di Pulau Bawean

Share this article
Satu individu duyung atau Dugong dugon mati di perairan Rabe, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, Kamis (9/3/2023). | Foto: Istimewa/Kompas
Satu individu duyung atau Dugong dugon mati di perairan Rabe, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, Kamis (9/3/2023). | Foto: Istimewa/Kompas

Gardaanimalia.com – Seekor duyung kembali ditemukan mati terdampar di pinggiran pantai di Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Kamis (9/3/2023).

Kejadian tragis tersebut disampaikan oleh Fadal selaku Kepala Desa Lebak. Menurutnya, laporan kematian satwa dilindungi itu diterima sekira pukul 08.00 WIB, Kamis (9/3/2023).

pariwara
usap untuk melanjutkan

Nelayan Dusun Rabe menemukan duyung dalam kondisi terdampar, dan saat air laut sedang surut. Mamalia itu diduga terseret air laut pada malam hari sebab termasuk satwa nokturnal.

“Kemungkinan dibawa arus ombak, sampai ke bibir pantai. Ini sudah tiga kali wilayah perairan laut kami ditemukan Dugong,” ungkap Fadal.

Dirinya menduga, ada kerusakan ekosistem laut di perairan Rabe hingga mengakibatkan tiga satwa bernama ilmiah Dugong dugon mati dalam waktu hampir bersamaan.

“Pasti ada kerusakan ekosistem laut di perairan Rabe. Sehingga kami mohon pihak terkait bisa melakukan tindak lanjut agar kelestarian hayati laut di Bawean tetap terjaga,” pintanya.

Sementara, Kepala Resort Konservasi Wilayah (RKW) 11 Pulau Bawean, Nur Syamsi mengatakan, pihaknya telah terjun langsung ke lokasi kejadian.

Hasil identifikasi dan pengukuran tubuh Dugong dugon, panjangnya 86 sentimeter, lingkar badan 130 sentimeter, lebar ekor 58 sentimeter dan panjang sirip 33 sentimeter.

“Berjenis kelamin jantan, serta mengalami luka sirip sebelah kiri kemungkinan akibat benturan karang laut. Diperkirakan sudah tiga hari lebih Dugong itu mati,” paparnya.

Dirinya menyebut, pihak BKSDA akan menyelidiki penyebab kematian Dugong dugon. Apakah berhubungan dengan kerusakan ekosistem laut atau ada sebab lainnya.

Konservasi Bersama dalam Perlindungan Duyung

Saat dilakukan pengukuran terhadap bangkai Dugong dugon. | Foto: iNewsSurabaya
Saat dilakukan pengukuran terhadap bangkai Dugong dugon. | Foto: iNewsSurabaya

Seorang bernama Yusra dari Perkumpulan Peduli Konservasi Bawean angkat bicara tentang kematian satwa dilindungi yang kerap terjadi di sana.

Menurutnya, perlu ada upaya konservasi bersama dalam perlindungan habitat duyung untuk menyelamatkan mamalia tersebut.

“Kami berharap kepada pihak KKP untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir dan nelayan tentang kondisi duyung,” ujarnya.

Selain itu, juga menjelaskan tentang peran penting padang lamun terhadap keberlangsungan hidup Dugong dugon. 

“Atau ada program dan kegiatan rencana aksi konservasi bersama masyarakat Pulau Bawean terhadap duyung dan habitat aslinya, yaitu padang lamun,” ungkap Yusra.

Selama kurun tiga tahun terakhir, pihaknya mencatat, ada empat Dugong dugon yang mati terdampar di Pulau Bawean, dilansir dari iNewsSurabaya.

“Dengan rincian di tahun 2021 masing-masing satu Dugong mati di perairan Mayangkara, Kepuh Teluk Kecamatan Tambak, dan di perairan Sumur-Sumur Desa Kumalasa, Kecamatan Sangkapura,” jelasnya.

Sementara, sebanyak tiga duyung mati pada tahun 2022-2023 di Perairan Rabe, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean.

Satu individu mati di akhir tahun 2022, dan dua individu mati di Februari dan Maret 2023.

“Saya berharap ada civitas akademika bagian mamalia yang mau meneliti Dugong yang ada di Pulau Bawean. Supaya kami bisa menemukan fakta penyebab utama matinya mamalia tersebut,” tuturnya.

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments