Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Setelah Bertahun-tahun Jalani Rehabilitasi, Beruk Mentawai Akhirnya Dilepasliarkan

1266
×

Setelah Bertahun-tahun Jalani Rehabilitasi, Beruk Mentawai Akhirnya Dilepasliarkan

Share this article
Penampakan beruk mentawai sebelum dilepasliarkan oleh BKSDA Sumatera Barat. | Foto: BKSDA Sumbar
Penampakan beruk mentawai sebelum dilepasliarkan oleh BKSDA Sumatera Barat. | Foto: BKSDA Sumbar

Gardaanimalia.com – Dua ekor beruk mentawai telah dilepasliarkan ke kawasan hutan Taman Wisata Alam Saibi Sarabua di Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Mentawai.

Pelepasliaran kedua primata endemik Mentawai tersebut dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat pada Minggu (25/7).

pariwara
usap untuk melanjutkan

Kepala BKSDA Sumatera Barat, Ardi Andono mengatakan, satwa yang kerap disebut bokkoi dan memiliki nama ilmiah Macaca pagensis itu keduanya berjenis kelamin jantan.

“Kedua satwa (primata endemik) tersebut merupakan hasil penyerahan dari masyarakat di Kota Padang,” ungkap Ardi dalam keterangan tertulisnya, Senin (25/7).

Dia menjelaskan, bahwa satwa itu dilepasliarkan karena telah menjalani proses rehabilitasi dan habituasi selama lebih kurang lima tahun.

Berdasarkan data medis serta pengamatan yang dilakukan terhadap perilaku dan sifat liar beruk tersebut, maka kedua bokkoi itu telah dinyatakan layak kembali ke habitat alaminya di Siberut.

Pelepasliaran ini, kata Ardi, juga menghadirkan berbagai pihak. “Hal ini kita lakukan agar adanya kesadaran dan dukungan semua pihak akan pentingnya perlindungan primata endemik Mentawai ini,” tuturnya.

Primata endemik Mentawai. | Foto: BKSDA Sumbar
Primata endemik Mentawai. | Foto: BKSDA Sumbar

Ia pun mengutip sebuah pernyataan dari Prof. Endang Sukara dari LIPI/BRIN tentang keunikan Kepuluan Mentawai yang terpisah dengan Sumatera daratan hampir satu juta tahun lalu.

Sehingga, kata Ardi, Kepuluan Mentawai memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda dari Bumi Andalas. Di antaranya yang paling mencolok adalah terdapat 4 primata endemik Mentawai, salah satunya bokkoi.

Menurutnya, beruk bokkoi sangat berbeda dengan beruk sumatera, baik dari warna maupun ukurannya. Rambut bokkoi berwarna cokelat gelap pada bagian belakang, sedangkan bagian leher, bahu dan bagian bawah berwarna cokelat pucat.

“Perbedaan bokkoi dengan beruk jenis lain terletak pada rambut bagian pipi dan mahkota. Bagian pipi, bokkoi berwarna lebih gelap dari beruk lainnya, mahkota bokkoi berwarna cokelat, rambut pada dahi lebih panjang,” paparnya.

Bokkoi hidup di pantai hingga pegunungan dengan cara berkelompok terdiri dari 15-40 individu. “Panjang badan jantan dewasa antara 49-56 cm dengan berat badan 6-14,5 kg, sedangkan untuk betina lebih kecil dari ukuran jantan,” ucap Ardi.

Macaca pagensis adalah satwa yang dilindungi oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Ardi berharap, satwa yang berstatus terancam punah atau Endangered menurut IUCN Red List tersebut dapat terus lestari. “Semoga bokkoi tersebut hidup dan berkembang biak lebih baik di habitat aslinya,” tutupnya.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments