Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

BKSDA Pasang Kamera dan Perangkap Harimau Sumatera

1434
×

BKSDA Pasang Kamera dan Perangkap Harimau Sumatera

Share this article
Harimau sumatera tertangkap kamera jebak sedang memangsa umpan berupa bangkai ternak warga. | Foto: BBKSDA Sumatra Utara Wilayah I Stabat
Harimau sumatera tertangkap kamera jebak sedang memangsa umpan berupa bangkai ternak warga. | Foto: BBKSDA Sumatra Utara Wilayah I Stabat

Gardaanimalia.com – BBKSDA Sumatra Utara Wilayah I Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara pasang perangkap harimau sumatera, Senin (1/5/2023) pukul 18.00 WIB.

Pemasangan kandang jebak oleh tim gabungan yang terdiri dari BKSDA, Polsek Padang Tualang, Camat Batang Serangan, serta pemerintah desa.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Sebelumnya, diduga mamalia itu memangsa ternak milik Joni Sembiring (30), warga Dusun Kwala Buluh, Desa Namo Sialang, Kecamatan Batang Serangan.

Peristiwa yang terjadi pada Selasa (25/4/2023) sekira pukul 08.00 pagi itu lantas dilaporkan Joni ke pemerintah Desa Namo Sialang. Laporan lalu dilanjutkan ke pihak BKSDA.

Alhasil, Rabu (26/4/2023), BKSDA pasang kamera jebak untuk pastikan benar atau tidak ternak milik Joni mati karena dimangsa harimau.

Tepat pada malam hari, satu harimau terekam camera trap saat sedang memakan bangkai sapi milik Joni yang dijadikan sebagai umpan.

Kepala Seksi V Pengelolaan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Palber Turnip sampaikan bahwa mereka bersama BKSDA akan lakukan evakuasi harimau.

“Nanti setelah tertangkap akan kita pindahkan ke tempat yang lebih aman ke habitatnya,” ujar Palber Turnip, Selasa (2/5/2023).

Diperkirakan Ada Dua Individu Harimau Sumatera

Lanjut Turnip, dari kamera jebak dan rekam jejak yang ada, diperkirakan ada dua satwa dengan nama latin Panthera tigris sumatrae itu.

Ia jelaskan bahwa harimau yang biasa keluar dari koloni adalah yang punya anakan sehingga sengaja diasingkan dari kelompok untuk hindari kanibalisme.

Namun, Turnip tambahkan, nanti setelah tumbuh besar dan survive, satwa liar ini akan kembali ke kelompok itu lagi.

Turnip sebut, beberapa faktor yang sebabkan kucing besar turun ke ladang dekat masyarakat. “Bisa saja di taman nasional kekurangan pakan. Tapi, sebenarnya jejak babi, rusa dan lainnya masih banyak di dalam hutan”.

Untuk faktor eksternal, kata Turnip, warga yang dekat dengan kawasan masih banyak menggembala ternak dengan dilepas secara bebas.

Hingga saat ini mereka akan bantu warga yang butuh bikin kandang ternak anti serangan harimau agar tak ada lagi ternak yang bebas berkeliaran dekat TNGL.

Camat Batang Serangan Arie Ramadhany meminta warga untuk sementara tidak lakukan aktivitas pada kawasan hutan. Ia juga imbau agar warga tidak lewat tempat yang punya potensi muncul satwa liar pada malam hari.

“Jangan lakukan tindakan yang dapat ancam keberadaan satwa dilindungi yang tengah berkeliaran dengan menembak atau menjeratnya,” ucap Arie.

Namun, imbuh Arie, beri informasi yang akurat terkait posisi satwa liar itu kepada aparat desa, Babinkamtibmas, dan Babinsa.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments