Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Interaksi Ternak dan Harimau Lagi-Lagi Terjadi di Agam

104
×

Interaksi Ternak dan Harimau Lagi-Lagi Terjadi di Agam

Share this article
Ilustrasi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). | Foto: Tim Strater/Wikimedia Commons
Ilustrasi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). | Foto: Tim Strater/Wikimedia Commons

Gardaanimalia.com – Interaksi negatif antara ternak dan harimau sumatera lagi-lagi terjadi di Kabupaten Agam, tepatnya di Nagari Lawang, Kecamatan Matur.

Dugaan sementara, ternak kerbau milik warga tersebut dimangsa oleh harimau sumatera atau dalam nama ilmiah disebut Panthera tigris sumatrae.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Menindaklanjuti kasus, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat menerjunkan tim untuk menangani konflik satwa liar.

Kepala Resort Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumatra Barat Rusdiyan P Ritonga mengatakan bahwa tim turun ke lapangan pada Jumat (3/5/2024) setelah menerima informasi dari pemerintah nagari.

“Kita langsung menurunkan tim setelah mendapatkan laporan itu. Penanganan konflik dibantu Polsek Matur, anggota TNI, Pemerintah Nagari Lawang dan Tim Patroli Anak Nagari Baringin Kecamatan Palembayan,” ujarnya, Sabtu (4/5/2024) dilansir dari Antara.

Pemilik ternak kerbau yang diduga dimangsa harimau sumatera tersebut bernama Amin Suhaimi (54). Tim pun berusaha menggali informasi terkait konflik melalui Amin.

Tim juga mencari keberadaan satwa liar endemik Sumatra tersebut melalui jejak kaki dan cakaran.

Lalu, pengusiran dengan cara memunculkan bunyi-bunyian di lokasi juga akan diupayakan.

“Penanganan konflik kita lakukan beberapa hari ke depan sampai tidak ada lagi ditemukan jejak dari satwa tersebut,” ungkap Rusdiyan.

Dirinya memberikan arahan kepada warga agar mengandangkan ternak saat malam hari dan memberikan penerangan di kandang.

Tak hanya itu, Rusdiyan mengimbau masyarakat untuk melakukan aktivitas atau pergi ke kebun pada pukul 09.00 sampai 16.00 WIB.

“Imbauan itu telah kita sampaikan kepada warga sekitar, sehingga tidak menjadi korban serangan satwa yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya itu,” tuturnya.

Tim BKSDA menggali informasi terkait interaksi negatif antara kerbau dan satwa liar di Kabupaten Agam. | Foto: Altas Maulana/Antara
Tim BKSDA menggali informasi terkait interaksi negatif antara kerbanugau dan satwa liar di Kabupaten Agam. | Foto: Altas Maulana/Antara

Pemilik Ternak Sempat Dengar Suara Auman

Di sisi lain, pemilik ternak Amin menjelaskan kronologi kejadian.

Menurut pengakuannya, anak kerbau miliknya dimangsa satwa pada Senin (29/4/2024) sekitar pukul 19.00 WIB.

Pada waktu itu, Amin mendengar suara auman satwa liar. Tidak lama kemudian lantas terdengar suara anak kerbau miliknya.

“Saya langsung keluar rumah untuk melihat tiga ekor kerbau yang diikat di depan rumah. Namun, saya tidak melihat anak kerbau dan langsung memberitahukan pada istri,” terangnya.

Ia pun pergi bersama istrinya untuk mencari anak kerbau berusia dua bulan yang hilang.

Bermodal obor, akhirnya Amin dan istrinya menemukan anak kerbau tak jauh dari lokasi induk.

Akan tetapi, hewan ternak milik sepasang suami istri dari Nagari Lawang tersebut didapati dalam keadaan tak bernyawa.

Pada waktu menemukan hewan ternaknya mati, mereka langsung bergegas kembali ke rumah.

Dalam perjalanan menuju rumah, mereka lagi-lagi mendengar suara auman. Kejadian itu pun mereka laporkan kepada pihak desa.

“Saya berharap ini ternak yang pertama dan terakhir dimangsa harimau sumatera,” tuturnya.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments