Gardaanimalia.com – Pada 18 Agustus 2019, seorang warga lokal sekaligus pegiat konservasi bernama Ripi Yanur Fajar melapor telah melihat harimau jawa di dekat perkebunan warga di pinggir desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat.
Laporan inilah yang kemudian menginisiasi serangkaian penyelidikan yang berujung pada tes DNA.
Penampakan harimau jawa oleh Ripi diteruskan ke Kalih Raksasewu dari Bentang Edukasi Lestari (BEL) Foundation. Kalih lalu datang mengunjungi lokasi kejadian pada 27 Agustus 2019.
Di tempat tersebut, Kalih menemukan sehelai rambut diduga milik harimau. Rambut itu kemungkinan jatuh saat satwa melompati pagar pembatas perkebunan warga.
“Rambut tersebut ditemukan oleh Kalih Raksasewu atas laporan Ripi Yanur Fajar yang berpapasan dengan hewan mirip harimau jawa, yang dikabarkan telah punah,” ujar Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wirdateti dalam rilis BRIN, Minggu (24/3/2024).
Setelahnya, sampel rambut diserahkan ke staf geologi yang melakukan penelitian di kawasan tersebut. Lalu, diteruskan ke BBKSDA Jawa Barat.
Pada 4 Maret 2022, BKSDA menyerahkan sampel rambut ke BRIN untuk analisis genetik, dengan beberapa helai rambut harimau sumatra sebagai perbandingan.
Selain itu, Kalih dan Bambang Ardyanto (seorang petugas lokal Departemen Penelitian dan Pengembangan Hutan) juga menemukan jejak kaki dan bekas cakaran yang identik dengan harimau.
Hasil Tes Genetik Menunjukkan Kecocokan dengan DNA Harimau Jawa
Sebagai informasi, analisis genetik merupakan cara yang ampuh untuk menjawab pertanyaan dalam dunia konservasi terkait ketidakpastian asal usul suatu hewan.
Adapun pada sampel rambut harimau yang ditemukan, dilakukan analisis sitokrom b DNA mitokondria (mtDNA).
Analisis tersebut dibandingkan dengan sampel DNA dari rambut harimau sumatra, macan tutul jawa, serta sampel spesimen harimau jawa dari Museum Zoologicum Bogoriense (MBZ) yang ditemukan tahun 1930.[1]Wirdateti W, Yulianto Y, Raksasewu K, Adriyanto B. Is the Javan tiger Panthera tigris sondaica extant? DNA analysis of a recent hair sample. Oryx. Published online 2024:1-6. … Continue reading
Hasilnya, sampel rambut itu memiliki kecocokan tertinggi dengan sampel spesimen harimau jawa dari museum, yaitu sebesar 98.23 persen.
Jika dibandingkan dengan sampel spesies lain, sampel rambut tersebut punya 97.06 persen kemiripan dengan harimau sumatra dan 96.87 persen kemiripan dengan harimau benggala.
Studi pohon filogenetik pun menunjukkan bahwa sehelai rambut di Desa Cipeundeuy dan sampel spesimen harimau jawa dari museum berasal dari kelompok genetik yang sama.
Tim peneliti BRIN yang terdiri dari Wirdateti, Yulianto, Kalih Raksasewu, dan Bambang Adriyanto mempublikasikan penemuan ini dalam jurnal berjudul “Is the Javan tiger Panthera tigris sondaica extant? DNA analysis of a recent hair sample” yang diterbitkan di Cambridge University Press pada 21 Maret 2024.
Dinyatakan Punah pada 2008
Penemuan ini lantas menjadi kabar gembira dan mengejutkan karena sebelumnya harimau jawa sudah dinyatakan punah.
Di Indonesia, ada tiga subspesies harimau, yaitu harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), harimau jawa (Panthera tigris sondaica), serta harimau bali (Panthera tigris balica).
Sayangnya, harimau jawa dan bali dikategorikan punah dalam Daftar Merah IUCN pada 2008 dan 2013. Adapun definisi “punah” yang digunakan adalah ketika spesies tersebut sudah tidak lagi ditemukan di alam selama 30 tahun lamanya.
Harimau jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa yang persebarannya ada di hutan dataran rendah di abad ke-18 dan 19.
Namun, harimau jawa dulu dianggap sebagai hama sehingga diburu habis-habisan. Keberadaan subspesies ini lantas semakin langka ketika hutan yang menjadi habitatnya dikonversi untuk perkebunan maupun pembangunan.
Kemunculan terakhir harimau jawa yang terkonfirmasi positif terjadi di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur pada 1976.
Survei terakhir terhadap subspesies ini dilakukan antara tahun 1999 hingga 2000 di Taman Nasional Meru Betiri. Sayangnya, dengan bantuan 35 kamera jebak, tidak ada harimau yang terekam.
Harapan Baru Kembalinya Harimau Jawa dari Kepunahan
Meski sudah lama punah, banyak laporan masuk terkait pertemuan dengan harimau jawa di beberapa lokasi berbeda. Di antaranya Banjarnegara, Kuningan, Gunung Prau, Meru Betiri, Taman Nasional Baluran, serta Cagar Alam Sukabumi Cikepuh.
Laporan tersebut biasanya berupa kesaksian penglihatan, tapak kaki tidak bertuan yang ukurannya lebih besar dari macan tutul, serta insiden predasi hewan ternak.
Pada dasarnya, yang membedakan laporan temuan harimau jawa terdahulu dengan yang sekarang adalah tidak adanya bukti konkret yang bisa dipakai untuk menguji kebenaran laporan tersebut.
Oleh karena itu, penemuan sehelai rambut harimau yang genetiknya serupa dengan spesimen harimau jawa pada 1930 menjadi kabar yang cukup menggemparkan di dunia konservasi.
Referensi