Gardaanimalia.com – Buaya muara dengan nama ilmiah Crocodylus porosus termasuk jenis buaya paling agresif dan buas di antara lima jenis buaya yang hidup di Indonesia.
Ukuran tubuh buaya muara adalah yang paling besar dibandingkan empat jenis lainnya karena panjang tubuhnya dapat mencapai 7 meter.
Sedangkan, empat jenis lainnya maksimum hanya mencapai panjang 4-5 meter. Keunggulan lain, kemampuan adaptasi buaya muara juga paling unggul dibandingkan empat jenis lainnya.
Hal ini karena buaya muara dapat hidup di air asin di lautan, air payau di muara sungai, sampai perairan tawar di dekat hulu sungai; sedangkan empat jenis lainnya hanya dapat hidup di perairan tawar.
Perilaku Umum Buaya Muara
Buaya adalah reptilia berdarah dingin. Saat beraktivitas seperti mencari makan, mereka harus tergantung pada sumber eksternal panas yang berasal dari lingkungan untuk menaikkan suhu tubuh mereka.
Pada pagi hari, buaya muara akan kerap terlihat berjemur di bawah sinar matahari untuk menaikkan suhu tubuhnya.
Setelah tubuh cukup panas, maka pancaindra mereka akan bekerja dengan optimum, sehingga mereka dapat melakukan aktivitas kesehariannya.
Dalam kondisi tubuh yang telah naik suhunya, maka penciuman, ketajaman mata dan pendengarannya akan meningkat; dalam kondisi tubuh seperti ini buaya muara yang dalam keadaan lapar akan mencari mangsa.
Pakan alami buaya muara sangat bervariasi di alam. Buaya muara ukuran anakan akan memangsa kodok dan anak ikan.
Semakin besar tubuhnya, mereka lebih memilih mangsa berukuran lebih besar yang datang ke tepi perairan. Namun, makanan pokok alaminya adalah ikan.
Setiap buaya muara dewasa (jantan dan betina) yang hidup di alam mempunyai daerah teritorial yang menjadi daerah kekuasaannya.
Daerah teritorial tersebut umumnya tempat individu buaya mencari makan, berjemur diri, kawin, dan membuat sarang untuk bertelur.
Bila pakan di sekitar daerah teritorialnya melimpah, maka buaya muara dapat mencukupi keperluan pakannya tidak jauh dari teritorialnya.
Akan tetapi, bila pakan di sekitar teritorial mereka sangat kurang, buaya muara akan berjelajah jauh dari daerah teritorial aslinya.
Lokasi perairan yang dekat permukiman manusia biasanya banyak tersedia limbah organik yang dapat mereka makan. Dari sinilah konflik manusia dan buaya bermula.
Makin besar tubuh buaya muara, maka bila memungkinkan mereka akan memilih mangsa yang lebih besar pula. Salah satu mangsanya adalah manusia.
Sifat berburu mangsa pada buaya muara adalah menunggu dan mengamati. Jadi, manusia yang umumnya menjadi mangsa dalam posisi tidak banyak bergerak, seperti sedang mencuci, mandi, buang air di tepi sungai, atau sedang memancing.
Perilaku Buaya Muara Sangat Agresif
Buaya muara pada awal musim kawin akan sangat agresif, karena jantan akan mempertahankan daerah teritorial tempat pasangan buaya muara akan kawin.
Musim kawin buaya muara adalah pada awal musim hujan, yaitu sekitar Oktober. Pada Desember atau Januari, individu betina akan membuat sarang dan meletakkan telurnya.
Bentuk sarang buaya muara berupa gunungan yang bahan bakunya dari batang rumput-rumputan. Betina buaya muara akan menjaga sarangnya selama sekitar 90 hari sampai telur-telurnya menetas.
Selama menjaga sarang, betina sangat agresif. Dia akan menyerang mahluk apa pun yang mendekat ke sarangnya. Selama menjaga sarang, buaya muara betina pun tidak makan.
Telur-telur yang menetas dari sarang hanya 50 persen, sedangkan telur-telur lainnya membusuk. Dari 50 persen telur yang menetas, hanya 10 persen yang tumbuh menjadi individu buaya yang dapat bertahan hidup.
Sementara, 40 persennya lagi biasanya akan dimangsa oleh biawak, burung bangau, atau buaya muara jantan.
Buaya muara betina, setelah lama menjaga sarang dan tidak makan, akan sangat aktif mencari makan. Betina dalam kondisi ini akan sangat berbahaya bagi makhluk hidup di sekitarnya, termasuk juga manusia.
Peringatan untuk Manusia yang Beraktivitas di Wilayah Buaya
Ada banyak hal yang penting diperhatikan sebagai bentuk peringatan ketika manusia sedang berada di sekitar wilayah yang dihuni buaya muara, yaitu:
Pertama, ketika mengunjungi sebuah tempat liburan, tempat berkemah, dermaga, tempat perahu, atau tempat mencari ikan, tanyakan kepada masyarakat sekitar tentang keberadaan buaya muara; hal ini untuk keamanan mendayung, berenang, memancing atau berperahu di daerah itu.
Kedua, ingat bahwa buaya muara jarang terlihat; mereka adalah pemburu yang diam, bergerak diam-diam, dan efisien dalam penyerangan yang sangat cepat.
Saat memancing, berdirilah minimal tiga meter dari tepi air, dan bahkan lebih jauh lagi di malam hari; kesempatan Anda untuk diserang buaya akan sangat berkurang dengan menjaga jarak dari tepian air.
Ketiga, jangan biarkan anak-anak menyeberang atau bermain-main di dalam air bila diduga buaya muara berada di daerah tersebut.
Keempat, jangan menganggap kolam yang dangkal, kolam tertutup gulma, drainase, atau bahkan selokan adalah tempat aman untuk Anda atau hewan peliharaan Anda; bahkan jika tempat-tempat tersebut terletak beberapa kilometer dari danau terdekat atau sungai yang terdapat buaya muara.
Buaya muara dapat melakukan perjalanan darat untuk menyeberang dari satu badan air ke badan air yang lain. Buaya muara berukuran besar bisa mengelabui manusia dengan berendam di dalam air pada kedalaman hampir tiga meter selama lebih dari satu jam.
Kelima, jangan pernah meninggalkan bangkai hewan atau sisa ikan di dekat air di mana orang-orang berenang, mendayung, memancing, atau tempat perahu ditambat. Bangkai harus dikubur atau dibuang pada tempat yang jauh dari perairan.
Keenam, jangan membuang isi perut ikan dari perahu atau dermaga ke dalam air. Membuang perut ikan atau umpan yang tidak terpakai ke dalam air secara cepat akan menarik buaya muara untuk mengais buangan tersebut, atau mungkin buaya muara lebih tertarik untuk menyerang Anda.
Ketujuh, jangan izinkan siapa pun di perahu Anda duduk menjuntai dengan kaki mereka di air di mana buaya muara hidup di perairan tersebut.
Pastikan bahwa penumpang di perahu Anda duduk di kursi yang telah disediakan, bukan duduk di tepi perahu dengan bokong mereka terlihat dari permukaan air; karena buaya muara dapat melompat dari air.
Kedelapan, jika Anda menemukan anak buaya muara berenang melewati perahu Anda atau berbaring berjemur di tepi sungai atau tepi pantai, maka harus menjauh dari daerah itu.
Jangan mencoba untuk menangkap anak buaya muara tersebut, karena suara anak buaya akan memanggil induk buaya untuk mendekat.
Kesembilan, mata buaya muara bercahaya merah bila terkena cahaya senter pada malam hari; tetapi pada kondisi tidak melihat cahaya merah mata buaya saat menyenter seluruh permukaan air, tidak berarti daerah ini bebas dari buaya.
Buaya muara dapat berada di bawah permukaan air dan tak terlihat oleh Anda. Mungkin buaya bisa berada di bawah dermaga perahu Anda.
Kesepuluh, jangan berjalan di malam hari tanpa lampu senter jika Anda akan memancing ikan atau berkemah dekat dengan tepi air.
Terakhir, hasil penyelidikan telah membuktikan bahwa ketika buaya muara telah berhasil menyerang dan membunuh korban di sebuah wilayah yang dikunjungi orang setiap hari, biasanya buaya muara tersebut akan kembali lagi dan lagi untuk mengulangi serangan tersebut. Pembangunan pembatas sederhana, papan peringatan atau penghalang dari kayu diperlukan untuk memberikan peringatan dan perlindungan kepada manusia untuk mencegah tragedi yang berulang.
Strategi untuk Meminimalkan Konflik Manusia dengan Buaya Muara
Ada ratusan interaksi negatif yang terjadi antara buaya muara dan manusia. Berikut adalah strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir konflik yang terjadi:
Pertama, tempat manusia mencari bahan pangan seperti ikan, harus terpisah dengan tempat buaya muara mencari makan.
Kedua, buat papan peringatan di lokasi buaya sering dijumpai. Bila manusia terpaksa harus masuk ke daerah tersebut untuk mencari ikan, maka masuklah manusia dalam kelompok cukup besar.
Setelah itu, buatlah suara-suara keras dan gaduh; suara gaduh yang keras biasanya akan mengusir buaya muara dari daerah tersebut untuk sementara.
Ketiga, memindahkan individu-individu buaya berukuran tubuh lebih dari 2 meter di lokasi terjadinya konflik ke tempat tertutup, seperti membuat induk-induk penangkaran atau tempat “buang sampah” untuk ayam-ayam yang mati sebelum umur potong pada peternakan ayam atau peternakan babi.
Metode ini dilakukan pada hampir sebagian besar peternakan ayam di Kalimantan, Tangerang, Jawa Barat, dan peternakan babi di Batam.
Evakuasi seperti itu dilakukan untuk menghindari potensi serangan buaya kembali terjadi dan masyarakat yang bertindak membunuh seluruh buaya di lokasi konflik.
Evakuasi menjadi langkah yang bisa ditempuh sembari mencari dan mempersiapkan habitat baru untuk buaya. Beberapa syarat pun harus dipenuhi dalam menentukan lokasi sebagai habitat baru buaya muara. Di antaranya, habitat baru mesti memiliki kelimpahan ketersediaan pakan, jauh dari aktivitas manusia, air tidak beraliran deras, serta tidak pindah pulau karena akan ada perbedaan genetik antara buaya di pulau satu dengan pulau lainnya.
Habitat Ideal Buaya Muara
Buaya muara adalah reptilia penghuni perairan dataran rendah. Mereka dijumpai pada perairan yang tidak berarus deras, seperti danau, rawa-rawa, dan sungai.
Buaya muara tidak akan pernah dijumpai pada sungai berbatu berarus deras. Perairan yang banyak ditumbuhi rumput-rumputan, bakung atau nipah adalah habitat idealnya karena bahan baku sarang tersedia melimpah.
Selain itu, perairan yang ditumbuhi rumput-rumputan atau bakung yang mengapung merupakan tempat berbagai jenis ikan berkembang biak.
Kondisi habitat ideal harus jauh dari permukiman manusia. Habitat ideal ini masih tersedia di pedalaman Kalimantan dan pedalaman tanah Papua.
Selama habitat buaya tidak dimanfaatkan manusia untuk tempat mencari ikan, maka konflik tidak akan terjadi.
Artikel opini ini ditulis oleh Hellen Kurniati, seorang Herpetolog Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).