Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Terjebak Jaring Nelayan, Buaya Muara Diamankan Damkar

116
×

Terjebak Jaring Nelayan, Buaya Muara Diamankan Damkar

Share this article
Ilustrasi buaya muara (Crocodylus porosus). | Foto: Bayu Nanda/Garda Animalia
Ilustrasi buaya muara (Crocodylus porosus). | Foto: Bayu Nanda/Garda Animalia

Gardaanimalia.com – BKSDA Sumatera Selatan bersama Alobi Foundation menerima penyerahan satu ekor buaya muara dari Tim Damkar Bangka Selatan, Selasa (9/4/2024).

Buaya muara tersebut diselamatkan oleh Tim Damkar karena sempat terjebak dalam jaring udang yang digunakan nelayan Dusun Mempunai, Desa Serdang, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung untuk menangkap ikan.

pariwara
usap untuk melanjutkan

BKSDA Sumatra Selatan mencatat, ada 127 kasus interaksi negatif buaya dan manusia yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama lima tahun terakhir.

Mengutip dari VOI, Polhut Ahli Madya BKSDA Sumsel M Andriansyah mengatakan bahwa buaya menyerang manusia karena beberapa alasan. Di antaranya, yaitu berburu makanan, mempertahankan wilayah, mempertahankan sarang atau anaknya, serta kesalahan identitas.

“Beberapa serangan yang dilakukan buaya ini karena merasa terpojok sehingga buaya melakukan serangan pada apa pun yang berada dalam wilayah serangannya,” tambahnya.

Imbas Kerusakan Habitat, Konflik Buaya dan Manusia Kian Meningkat

Menurut Andriansyah, jumlah interaksi negatif buaya dan manusia yang meningkat di Provinsi Bangka Belitung selama lima tahun terakhir merupakan dampak dari kerusakan lingkungan sebab penambangan bijih timah ilegal.

Selain itu, mengutip dari Antara, Kepala BPBD Provinsi Kepulauan Babel Mikron Antariksa mengungkapkan, konflik antara manusia dengan buaya banyak terjadi di daerah-daerah rawan banjir selama musim hujan. Di saat-saat seperti itu, reptil ini sering masuk ke permukiman warga dan menyerang manusia. 

Mengutip pernyataan Antariksa, “Saat ini rawa-rawa tempat tinggal buaya sudah banyak yang menjadi kawasan perumahan sehingga habitatnya semakin terdesak dan akhirnya hewan ini masuk ke permukiman dan menyerang warga.”

Konflik antara buaya dan manusia merugikan kedua pihak. Di satu sisi, warga seringkali mengalami kerugian harta benda sampai menimbulkan korban jiwa. Di sisi lain, buaya muara juga banyak ditangkap, dilukai, dan dibunuh imbas menyerang manusia.

Alobi Foundation mengapresiasi Tim Damkar Bangka Selatan atas usaha penyelamatan individu buaya muara yang terjerat dalam jaring nelayan ini. 

Lebih lanjut, Alobi Foundation turut mengimbau masyarakat dan pemerintah untuk berhenti merusak daerah aliran sungai yang merupakan habitat alami buaya muara. Karena sejatinya, menjaga habitat alami buaya berarti mengurangi interaksi negatif antara buaya dan manusia.

Proses penyerahan satu ekor buaya muara dari Tim Damkar Bangka Selatan ke BKSDA Sumsel dan Alobi Foundation. | Sumber: Dok. Alobi Foundation
Proses penyerahan satu ekor buaya muara dari Tim Damkar Bangka Selatan ke BKSDA Sumsel dan Alobi Foundation. | Sumber: Dok. Alobi Foundation

Buaya Muara Termasuk Satwa Dilindungi

Konflik horizontal antara manusia dan buaya kian ironis karena buaya muara (Crocodylus porosus) termasuk dalam satwa dilindungi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

Buaya muara juga tercatat dalam Daftar Merah IUCN dengan tingkat risiko rendah (least concern). Tren populasinya stabil, dengan individu dewasa sebanyak kurang lebih 500.000 ekor.  

Buaya muara banyak ditemukan di perairan wilayah Indonesia, mulai dari Sumatra sampai ke Papua. Jenis buaya ini hidup di kawasan estuari, muara, kawasan mangrove, rawa-rawa, serta sungai. 

Buaya muara memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem sungai sebagai predator puncak (apex predator). Artinya, buaya muara berperan dalam mengendalikan populasi hewan yang menjadi mangsanya.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments