WARNING: unbalanced footnote start tag short code found.
If this warning is irrelevant, please disable the syntax validation feature in the dashboard under General settings > Footnote start and end short codes > Check for balanced shortcodes.
Unbalanced start tag short code found before:
“ibid) Untuk menyelamatkan mereka dari kepunahan massal, diperlukan tindakan sesegera mungkin dari masyarakat dunia. Pertama-tama, masyarakat modern harus terus diingatkan betapa berharganya satwa dan kehidupan liar, terutama serangga. Hal ini bisa dimulai dengan edukasi di keluarga, sekolah, dan li…”
Gardaanimalia.com – Dunia serangga terancam mengalami kepunahan massal. Selama 50 tahun terakhir, diperkirakan bahwa jumlah serangga di seluruh dunia telah berkurang sebanyak 75%.((Damian Carrington. (10 Februari 2019). Plummeting insect numbers ‘threaten collapse of nature’. The Guardian. https://www.theguardian.com/environment/2019/feb/10/plummeting-insect-numbers-threaten-collapse-of-nature)) Menurut sebuah artikel ilmiah berjudul “Worldwide decline of the entomofauna: A review of its drivers”, lebih dari 40% spesies serangga di seluruh dunia terancam punah dalam waktu beberapa dekade ke depan.((Francisco Sánchez-Bayo, Kris A.G. Wyckhuys. (2019). Worldwide decline of the entomofauna: A review of its drivers. Biological Conservation Vol. 232. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0006320718313636))
Para penulis artikel ini menunjuk beberapa faktor pendorong bencana katastrofis ini. Menurut Francisco Sanchez-Bayo (ilmuwan ekologi University of Sydney), faktor-faktor utama pendorong kepunahan ini, antara lain konversi habitat liar untuk keperluan agrikultura, polusi terutama dari pestisida, spesies invasif, dan perubahan iklim. Dari semua faktor tersebut, hampir semuanya kembali kepada aktivitas-aktivitas manusia.
Hilangnya serangga akan mengganggu tatanan kehidupan seluruh makhluk hidup di muka Bumi, termasuk kehidupan manusia. Tanpa serangga, roda kehidupan umat manusia akan berhenti, begitulah pernyataan keras dari Dave Goulson (Professor Biologi University of Sussex).((Dave Goulson. (25 Juli 2021). The insect apocalypse: ‘Our world will grind to a halt without them’. The Guardian. https://www.theguardian.com/environment/2021/jul/25/the-insect-apocalypse-our-world-will-grind-to-a-halt-without-them)) Ia menjelaskan bahwa serangga dibutuhkan untuk menyerbukkan tanaman-tanaman, mendaur ulang beragam sampah, kotoran, hingga bangkai, mengontrol hama, sampai menjaga kesehatan tanah. Mereka juga merupakan sumber makanan penting bagi berbagai satwa. Ia menyimpulkan bahwa jika kehadiran mereka semakin langka, maka keseimbangan alam dan kehidupan liar seluruhnya akan sangat terganggu.
Serangga sudah menampakkan diri di atas muka bumi ini jauh sebelum manusia menjejakkan kakinya. Leluhur mereka berkembang di dasar lautan kurang lebih setengah miliar tahun yang lalu. Mereka mendominasi jumlah makhluk hidup yang ada di planet ini, di mana sekitar 80% satwa di Bumi ini adalah serangga(( Thompson Earth Systems Institute. The Insect Effect. https://www.floridamuseum.ufl.edu/earth-systems/the-insect-effect/)), dan berat mereka diestimasikan mengalahkan berat keseluruhan manusia sebanyak 17 kali lipat.((Damian Carrington. (21 Mei 2018). Humans just 0.01% of all life but have destroyed 83% of wild mammals – study. The Guardian. https://www.theguardian.com/environment/2018/may/21/human-race-just-001-of-all-life-but-has-destroyed-over-80-of-wild-mammals-stud))
Dengan keberagaman dan diversitas mereka yang luar biasa, maka tidak dipungkiri bahwa mereka terlibat dalam hampir seluruh jaringan dan rantai makanan ekosistem planet ini. Hilangnya kehadiran mereka dalam jumlah besar juga akan diikuti dengan hilangnya sumber makanan sebagian besar satwa dan kehidupan di seluruh dunia, termasuk manusia. Diperkirakan 80% dari populasi dunia mengonsumsi serangga secara reguler, di mana konsumsi makanan ini sudah umum di wilayah Amerika Selatan, Asia, Afrika, dan di antara penduduk pribumi Oceania.((Dave Goulson. (25 Juli 2021). The insect apocalypse: ‘Our world will grind to a halt without them’. The Guardian. https://www.theguardian.com/environment/2021/jul/25/the-insect-apocalypse-our-world-will-grind-to-a-halt-without-them))
Baca juga: Teknologi Reproduksi Jadi Upaya Cegah Kepunahan Badak Sumatera
Di samping berperan besar dalam penyediaan makanan, serangga juga memegang peranan yang vital bagi kehidupan liar di muka bumi.((Akito Y. Kawahara, Lawrence E. Reeves, et al. (Januari 2021). Opinion: Eight simple actions that individuals can take to save insects from global declines. Proceedings of the National Academy of Sciences. https://www.pnas.org/content/118/2/e2002547117)) Dengan berperan sebagai herbivor, karnivor, dan parasit, hewan kecil ini merupakan penentu utama dari distribusi banyak satwa dan tumbuhan liar. Mayoritas tanaman berbunga, komponen dominan dari ekosistem darat, bergantung kepada serangga untuk penyerbukan dan reproduksi. Alam dan manusia juga sangat bergantung kepada serangga dalam mendaur ulang nutrisi dari berbagai limbah dan produk buangan.((ibid)
Untuk menyelamatkan mereka dari kepunahan massal, diperlukan tindakan sesegera mungkin dari masyarakat dunia. Pertama-tama, masyarakat modern harus terus diingatkan betapa berharganya satwa dan kehidupan liar, terutama serangga. Hal ini bisa dimulai dengan edukasi di keluarga, sekolah, dan lingkungan-lingkungan lainnya yang dapat memberikan edukasi dini kepada anak-anak dan orang-orang muda.
Langkah selanjutnya bisa dengan memperbanyak wilayah-wilayah hijau di daerah perkotaan. Kota-kota hijau yang kaya dengan pepohonan, bunga, kolam, dan taman, serta bebas dari pestisida, tidak hanya akan menyelamatkan satwa-satwa liar tetapi juga memperkuat hubungan manusia dengan serangga dan kehidupan liar lainnya.
Semua langkah tersebut akan menghasilkan dampak yang signifikan jika semua pihak turut serta menyumbangkan sumber daya mereka. Pemerintah, swasta, dan pihak-pihak lainnya yang memegang modal dan kekayaan besar memiliki tanggung jawab untuk mencurahkan aset-aset tersebut dalam membantu upaya-upaya tersebut. Pada akhirnya, menyelamatkan serangga dan kehidupan liar juga turut menyelamatkan umat manusia dari jurang kepunahan.