Menjarah
Menjarah
Menjarah
Opini

Hilang Habitat, Konflik Beruang dan Manusia Kembali Terjadi

2770
×

Hilang Habitat, Konflik Beruang dan Manusia Kembali Terjadi

Share this article
BKSDA pasang kandang jebak untuk beruang madu. | Foto: okezone.com
BKSDA pasang kandang jebak untuk beruang madu. | Foto: Oke Zone News

Gardaanimalia.comIrwin Irwandi (27), seorang petani karet di Desa Koto Rami, Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin, Jambi, diterkam beruang madu pada Rabu (20/12/2023).

Dilansir dari Sindo News, kronologi kejadian menurut warga setempat berawal saat Irwin baru saja pulang dari kebun miliknya untuk menyadap karet. Usai menyadap karet, korban kemudian hendak pergi ke sungai dekat kebunnya untuk memancing.

Ketika Irwin berjalan menuju sungai sekitar pukul 15.30 WIB, Ia berpapasan dengan dua ekor beruang madu. Kedua satwa liar tersebut langsung mendekati korban dan menerkam bagian kepala. 

Irwin berusaha melawan sambil berteriak. Teriakannya membuat dua ekor beruang tersebut ketakutan dan lari masuk ke hutan.

Dari peristiwa itu, korban mengalami luka robek di bagian kepala serta patah di pergelangan kaki kiri. Warga lalu membawa korban ke RSUD Raden Mattaher Jambi agar mendapatkan pertolongan medis.

Sementara, Kepala SKW I BKSDA Jambi Udin Ikhwanudin membenarkan kejadian tersebut. Pihaknya kini sudah menurunkan Tim Mitigasi Konflik Satwa Liar ke lokasi tempat kejadian.

“Anggota kami terjunkan untuk menyelidiki kasus penyerangan beruang ini,” tuturnya.

Adapun upaya penanganan konflik antara beruang dan manusia ini dilakukan dengan memasang perangkap di dekat lokasi kejadian.

“Bersama anggota polisi dan masyarakat melakukan pemasangan perangkap beruang sekaligus melakukan sosialisasi tentang mitigasi konflik satwa liar kepada warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi kejadian,” ungkapnya.

Bukan yang Pertama

Sebagai konteks, interaksi negatif antara beruang madu (Helarctos malayanus) dan manusia sudah beberapa kali terjadi di Jambi selama 2023.

Di 25 Februari, seorang warga Desa Suka Damai, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, berkonflik dengan beruang liar di kebun. 

Kemudian pada pertengahan tahun, tepatnya 19 Juli, warga Desa Pematang Gadung, Kecamatan Mersam, Kabupaten Batanghari juga diserang oleh seekor beruang saat beristirahat di kebun. 

Meski penyebab serangan dari setiap kasus tidak diketahui secara pasti, tetapi hilangnya hutan secara cepat dan fragmentasi habitat di wilayah jelajah memperbesar kemungkinan interaksi antara beruang madu dan manusia.[1]Scotson, L., Fredriksson, G., etc. The IUCN Red List of Threatened Species Helarctos malayanus

Penelitian pada 2015 mengungkapkan bahwa dari 120 petani perkebunan di Sumatra yang diwawancara, 45 persen di antaranya sudah pernah mengalami konflik dengan beruang madu.[2]Wong, WM., Leader-Williams, N. & Linkie, M. Managing Human-Sun Bear Conflict in Sumatran Agroforest Systems. Hum Ecol 43, 255–266 (2015). https://doi.org/10.1007/s10745-015-9729-1

Tidak Biasanya Agresif

Beruang madu (Helarctos malayanus) adalah spesies beruang terkecil di dunia. | Foto: Bill Smith/Pixabay
Beruang madu (Helarctos malayanus) adalah spesies beruang terkecil di dunia. | Foto: Bill Smith/Pixabay

Spesies beruang madu secara ilmiah diketahui bersifat tertutup dan pemalu. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di pepohonan. Oleh karena itu, sifat alami beruang madu tidak agresif kecuali mendapat provokasi.[3]Sinclair, Henry. 2023. Are Sun Bears Dangerous? Do Sun Bears Attack Humans?

Akan tetapi, dalam beberapa kasus penyerangan juga disebutkan bahwa beruang kerap menyerang tanpa adanya provokasi.

Hal ini bisa disebabkan karena habitat mereka yang kian rusak, sehingga membuat mereka kehilangan tempat persembunyian, seringkali dalam kondisi stres dan lapar.

Kondisi yang tidak ideal ini kerap membuat beruang madu dan satwa lainnya lebih agresif karena merasa terancam.

Pentingnya Upaya Preventif dalam Mitigasi Konflik Satwa-Manusia

Dalam konteks konflik antara satwa liar dan manusia, kita perlu melihat kedua pihak sebagai korban. Satwa liar turut menjadi korban akibat ulah manusia yang terus merambah hutan dan habitat mereka.

Maka dari itu, kasus seperti ini perlu ditinjau secara holistik dan memerlukan upaya preventif untuk mitigasi konflik serupa di masa depan. Karena apabila akar masalahnya tidak diselesaikan, maka insiden ini jelas tidak akan jadi yang terakhir. 

Sebagai tambahan, persebaran beruang madu memang banyak di hutan hujan di Asia Tenggara seperti Pulau Sumatra.

Sayangnya, spesies ini sudah masuk kategori rentan (vulnerable) dalam Daftar Merah IUCN. Populasi beruang madu sendiri diperkirakan telah menurun sebanyak 30 persen selama 30 tahun terakhir.[4]Sun bears. World Wide Fund for Nature

Ancaman utama yang dihadapi beruang madu ini antara lain deforestasi, fragmentasi habitat, serta perburuan liar.

Beruang madu kerap diburu untuk diambil kantung empedu dan bagian tubuh lain yang dipercaya bisa digunakan sebagai obat (meski tidak terbukti secara ilmiah).

0 0 votes
Article Rating

Referensi[+]

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Seekor harimau (Panthera tigris) sedang beristirahat di kandangnya di Medan Zoo. | Foto: Dok. Wildlife Whisperer of Sumatra
Opini

Gardaanimalia.com – Wali Kota Medan Bobby Nasution punya rahasia. Rahasia itu berhubungan dengan keputusannya menutup Medan Zoo pasca-insiden…