Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Bersama-sama Mencari Titik Terang Kematian Gajah Rahman

229
×

Bersama-sama Mencari Titik Terang Kematian Gajah Rahman

Share this article
Potret gajah Rahman, gajah jinak asuhan Elephant Flying Squad Balai TNTN. | Foto: Rahmi Carolina/Mongabay Indonesia
Potret gajah Rahman, gajah jinak Elephant Flying Squad Balai TNTN. | Foto: Rahmi Carolina/Mongabay Indonesia

Gardaanimalia.com – Lebih dari dua bulan berlalu sejak gajah Rahman ditemukan tak bernyawa, kasus kematiannya masih menjadi misteri.

Dalam upaya mendukung pengungkapan kasus tersebut, komunitas For Gajah Rahman menyambangi Polda Riau untuk melakukan audiensi, Senin (25/3/2024) lalu. Selain komunitas For Gajah Rahman, aktor Chicco Jerikho turut menghadiri agenda itu.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Kedatangan For Gajah Rahman disambut Kasubdit IV Reskrimsus Polda Riau Kompol Nasruddin, didampingi IPTU Joko Sutrisno selaku ketua tim penyelidikan kasus gajah Rahman.

“Agenda utamanya adalah kami ingin bersilaturrahmi dengan rekan-rekan kepolisian untuk mendukung langsung upaya-upaya yang dilakukan Polda dalam mengungkap kasus Rahman,” ucap perwakilan For Gajah Rahman Fitriani Dwi Kurniasari, Kamis (28/3/2024).

Mewakili komunitas, Fitriani juga memberikan petisi dan simbolis foto gajah Rahman yang diterima langsung oleh Kompol Nasrudin.

Sebelumnya, petisi “Cukup! Rahman yang Terakhir” yang digalang untuk mendukung penegakan hukum terhadap kematian gajah jinak ini telah ditandatangani lebih dari 10 ribu orang.

Perkembangan Penyelidikan oleh Kepolisian

Terkait perkembangan penyelidikan, kata Fitriani, pihak kepolisian telah melakukan pemeriksaan pihak internal dan eksternal.

“Untuk internal ada sekitar 12 orang yang sudah diperiksa, di antaranya termasuk para mahout (pawang gajah),” lanjutnya.

Sementara, pemeriksaan pihak eksternal dilakukan karena ada dugaan pelaku dari luar.

Dugaan ini berasal dari kegiatan penyisiran perambahan ilegal di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang dilakukan polisi hutan (Polhut) dibantu dengan gajah Rahman sebagai pembuka jalan.

“Satu bulan sebelum kejadian, Polhut melakukan penyisiran perambahan ilegal di TNTN dan Rahman berperan sebagai pembuka jalan untuk Polhut menuju lokasi perambahan tersebut. Sehingga ada dugaan bahwa pelaku mungkin orang luar,” sambungnya.

Dalam audiensi itu, pihak kepolisian juga mengungkapkan kendala yang menyebabkan lamanya proses pengungkapan kasus.

“Kendala yang ditemui oleh rekan-rekan Polda adalah tidak adanya saksi di lokasi kejadian sehingga mempersulit penyelidikan,” jelas Fitriani.

Disampaikan oleh Polda, sebelumnya juga ada kasus perburuan gading gajah di Kecamatan Kelayang, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau yang memakan waktu hingga empat bulan penyelidikan. Oleh karena itu, pengungkapan kasus gajah Rahman juga membutuhkan waktu.

Pertemuan perwakilan for Gajah Rahman bersama aktor Chicco Jerikho ke Polda Riau. | Foto: For Gajah Rahman
Pertemuan perwakilan For Gajah Rahman bersama aktor Chicco Jerikho ke Polda Riau. | Foto: For Gajah Rahman

Komitmen dan Dukungan Pengungkapan Kasus

Kendati demikian, pihak kepolisian menyatakan bahwa pihaknya sangat berkomitmen dalam mengusut kasus kematian gajah Rahman. 

“[Polda menyampaikan] untuk titik terang kasus ini sudah semakin tergambar dengan jelas. Beliau menerima dengan baik dukungan dari masyarakat dan menjadi motivasi untuk mengungkap kasus Rahman,” ungkap Fitriani.

Dalam keterangannya, Fitriani juga mengatakan bahwa berdirinya For Gajah Rahman bukan hanya untuk mengawal pengungkapan kasus kematian Rahman. Komunitas tersebut merupakan simbol perjuangan terhadap banyaknya kasus kematian gajah sepanjang tahun 2023 hingga awal 2024.

Gajah-gajah liar tersebut mati dengan kondisi yang sangat tragis, dan sayangnya tidak banyak follow up untuk mencari penyebab kematian mereka. Sewaktu Rahman juga ditemukan sekarat tanpa gading, itu menjadi pukulan berat dan mendalam bagi kami semua,” ungkap Fitriani.

Bersama Mengawal Kasus Kematian Gajah

Fitriani berharap bahwa kasus ini dapat segera diungkap dan pelaku dapat diadili sesuai hukum yang berlaku. 

Pihaknya pun menginginkan masyarakat dan pihak terkait dapat bersama-sama memberikan perhatian lebih terhadap urgensi konservasi gajah.

Saling merangkul untuk bersama-sama mencari solusi yang terbaik bagi gajah serta bagi masyarakat yang hidup berdekatan dengan habitat gajah itu sendiri. Jika gajah sebagai satwa kunci diprioritaskan penjagaannya, maka otomatis satwa-satwa lain juga ikut terjaga,” lanjutnya.

Fitriani mengungkapkan, For Gajah Rahman akan terus menjalin komunikasi dengan Polda dan jejaring komunitas untuk kasus kematian gajah lainnya di berbagai daerah.

“Saat ini kami percayakan sepenuhnya kepada Polda,” pungkasnya.

Mengenang Rahman sebagai Penjaga TNTN

Kematian Rahman, seekor gajah berumur kurang lebih 46 tahun memang mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, gajah jantan ini telah menjadi garda terdepan menjaga kawasan TNTN selama 20 tahun.

Nahas, gajah jinak asuhan Elephant Flying Squad Balai TNTN ini ditemukan tak bernyawa pada 10 Januari 2024.

Peristiwa itu terjadi di Camp Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Lubuk Kembang Bunga Balai TNTN, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Pemeriksaan medis terhadap jasad Rahman menunjukkan adanya dugaan diracun. Organ-organ pencernaannya terdeteksi berwarna pucat, ditemukan pula sisa buah pepaya dan serpihan serbuk berwarna hitam yang diduga racun.

Terlebih, gading kiri Rahman dipotong dengan menggunakan benda tajam sampai ke pangkal gading. Hingga kini gadingnya hilang.

“Jika kasus Rahman yang mati di rumahnya sendiri tidak bisa terungkap, bagaimana dengan kasus lain?” tutup Fitriani.

5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments