Gardaanimalia.com –Â Perburuan gading gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) sepertinya belum bertemu kata sudah.
Gajah jinak asuhan Elephant Flying Squad Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) bernama Rahman meregang nyawa pada Rabu (10/1/2024). Rahman mati di Camp Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Lubuk Kembang Bunga Balai TNTN, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Semua bermula ketika seorang mahout dari gajah Rahman bernama Jumadi hendak menjemputnya untuk melakukan aktivitas harian pada Rabu (10/1/2023) pukul 08.30 WIB.
Jumadi memanggil Rahman untuk memberikan pakan. Berbeda dari biasanya, Rahman yang sedang berada dalam kawasan hutan itu tak memberikan respons.
Saat dilihat lebih dekat oleh mahout, Rahman sudah dalam kondisi tergeletak lemas. Gading kirinya terpotong dan entah di mana.
Jumadi lekas melaporkan kondisi gajah Rahman ke koordinator mahout yang kemudian diteruskan ke Kepala SPTN Wilayah I Lubuk Kembang Bunga Didin Hartoyo.
Didin Hartoyo dan petugas lapangan lakukan koordinasi dengan dokter hewan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau untuk penanganan awal gajah Rahman.
Sementara tim medis BBKSDA Riau bergerak dari Pekanbaru menuju lokasi, penanganan dilakukan Tim Elephant Flying Squad TNTN dipandu tim medis BBKSDA Riau.
Untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) awal dan pengambilan keterangan, Kepala SPTN juga mengontak dan melaporkan kejadian ini ke Polsek Ukui.
Upaya Penyelamatan Gajah Rahman
Upaya penyelamatan kepada gajah Rahman dilakukan berdasarkan panduan dokter hewan BBKSDA Riau. Tim memberikan obat pencahar (norit), susu, dan asupan gula cair melalui mulut menggunakan selang, serta membersihkan anus gajah tersebut.
Setelah upaya pertolongan itu, gajah Rahman tak dapat diselamatkan.
“Gajah Rahman tidak tertolong dan dinyatakan mati pukul 15.55 WIB di hari yang sama,” terang Balai TNTN dalam rilisnya.
Usai terkonfirmasi mati, tim medis segera melakukan nekropsi. Berdasarkan hasil nekropsi, gading kiri Rahman dipotong dengan menggunakan benda tajam sampai ke pangkal gading, hingga kini gadingnya hilang.
Organ-organ pencernaan dan organ dalam terdeteksi berwarna pucat, ditemukan pula sisa buah pepaya dan serpihan serbuk berwarna hitam yang diduga racun.
“Hasil diagnosis dokter hewan dan tim medis, penyebab kematian gajah Rahman diduga karena keracunan,” lanjutnya dalam keterangan tertulis itu.
Nekropsi selesai dilakukan pukul 02.00 WIB keesokan harinya, Kamis (11/1/2024). Tubuh mamalia besar yang malang itu segera dikuburkan. Sementara, penyelidikan lebih lanjut dilakukan tim kepolisian.
Mengenal Gajah Rahman
Rahman adalah seekor gajah sumatra jantan yang saat ini berumur kurang lebih 46 tahun. Sebelumnya, Rahman merupakan salah satu gajah yang ditranslokasi karena pembangunan PLTA Koto Panjang sepanjang 1992-1997.
Melansir dari Mongabay, gajah liar yang sebelumnya tak bernama ini bertemu dengan para mahout di Koto Panjang. Para mahout yang panik karena didekati gajah langsung menembakkan bius yang menyebabkan gajah tertidur.
Gajah liar itu pun dibawa ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Sebanga dan diberi nama Rahman. Usai rehabilitasi, Rahman dirilis di Giak Siam Kecil. Akan tetapi, karena terus kembali ke PLG, Rahman akhirnya dilatih untuk menjadi gajah jinak.
Sampai ia mengembuskan napas terakhir, Rahman telah menjadi anggota Elephant Flying Squad TNTN di Lubuk Kembang Bunga. Ia menjadi garda terdepan dalam mitigasi konflik gajah liar dengan manusia.
Atas kematian Rahman, kini gajah binaan Elephant Flying Squad tersisa sembilan ekor.