Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Habitat Tergusur, Kawanan Orangutan Masuk Kebun Warga

599
×

Habitat Tergusur, Kawanan Orangutan Masuk Kebun Warga

Share this article
Orangutan kalimantan tertangkap kamera sedang mencoba masuk ke perkebunan warga di Desa Kanamit, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. | Foto: Tangkapan Video Amatir Warga
Orangutan kalimantan tertangkap kamera sedang mencoba masuk ke perkebunan warga di Desa Kanamit, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau. | Foto: Tangkapan Video Amatir Warga

Gardaanimalia.com – Sejumlah orangutan tampak masuk kebun warga di Desa Kanamit, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Rabu (3/5/2023).

Kemunculan satwa endemik itu mulai sering ditemukan penduduk setempat sejak Januari 2023 lalu. Ada enam orangutan yang diduga kerap berpindah tempat untuk mencari sumber makanan.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Menurut penuturan Kepala Desa Kanamit Hadi kepada awak media pada Rabu (3/5/2023), orangutan muncul di perkebunan milik warga RT 01.

Ujar Hadi, kehadiran beberapa individu primata itu membuat warga waspada untuk lakukan aktivitas di kebun.

“Meskipun pada prinsipnya orangutan cenderung satwa pemalu dan menghindari manusia, tetapi karena habitatnya rusak, mereka turun ke perkebunan untuk mencari makan guna bertahan hidup,” terang Hadi.

BPBD Kabupaten Pulang Pisau langsung kirim tim dan lakukan pemantauan usai dapat laporan dari warga lokal.

Monitor dilakukan dengan menggunakan kamera drone untuk tahu pergerakan orangutan agar terhindar dari konflik dengan masyarakat.

BPBD: Orangutan Kalimantan Kehilangan Habitat

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pulang Pisau Osa Maliki saat dihubungi Garda Animalia, Kamis (8/5/2023), membenarkan telah terima laporan terkait satwa langka itu.

Osa sebut, perpindahan Pongo pygmaeus bisa disebabkan oleh habitat atau tempat satwa cari makan yang mulai berkurang sehingga satwa bergeser ke tempat lain.

Selain itu, menurut Osa, faktor cuaca panas juga dapat membuat hewan arboreal ini berpindah mencari tempat baru.

“Dari hasil pantauan BPBD Pulang Pisau melalui kamera drone di lokasi awal ditemukan, orangutan hingga saat ini belum terdeteksi,” jelas Osa.

Namun, menurut laporan dari penduduk lokal, orangutan kalimantan yang turun ke perkebunan diduga ada enam individu.

Pihak BPBD, lanjut Osa, telah koordinasi dengan BKSDA Kalimantan Tengah. Proses evakuasi kemudian diserahkan ke BKSDA, sedangkan pemantauan masih terus dilakukan.

Dia meminta warga agar tidak gegabah, tidak melukai bahkan membunuh satwa. Namun, lapor kepada pihak terkait apabila menemukan satwa dilindungi itu di sekitar lingkungan mereka.

Nandang: Sifat Orangutan Selalu Sejatinya Aktif

Usai koordinasi dengan BPBD, Kepala BKSDA Kalimantan Tengah Sadtata Noor Adirahmanta melalui Fungsional Pengendali Hutan Nandang Hermawan mengatakan saat ini tengah lakukan pemantauan.

“Jadi kita meminta kepada kepala desa untuk tetap melakukan pemantauan secara intens,” ungkap Nandang Prihadi melalui sambungan telepon, Senin (8/5/2023).

Apabila orangutan muncul lagi dan dikhawatirkan warga, maka BKSDA akan langsung kirim tim ke lokasi, lanjut Nandang.

Tindakan evakuasi akan dilaksanakan sesuai perintah atasan jika diperlukan. Tetapi, kata Nandang, sifat orangutan sejatinya selalu aktif dan berpindah tempat.

Biasanya orangutan jantan bisa pindah tempat dengan menempuh jarak sampai lima kilometer lebih, sedangkan betina hanya satu kilometer.

“Jadi itu berapa ratus hektare dia (orangutan) dalam sehari berjalan. Karakternya tidak bisa tinggal hanya di satu tempat saja, mungkin hari ini dia bertemu dengan masyarakat di pinggir sungai, besoknya belum tentu bisa ditemukan. Sesuai dengan sifat jelajahnya untuk mencari makan,” jelas Nandang.

Upayakan Hidup Berdampingan, Hindari Konflik

“Kita harus bisa hidup berdampingan, dalam arti di tempat kita tinggal pasti ada satwa yang hidup di dalamnya. Hal itu untuk tidak saling mencelakai dan membunuhnya,” tegas Nandang.

Apalagi manusia mempunyai akal dan pikiran. Semestinya masyarakat bisa belajar untuk menghindari terjadi konflik, bahkan mendapat inspirasi yang menguntungkan semua pihak.

“Contohnya apabila masyarakat bisa menjadikan habitat orangutan menjadi kawasan wisata edukasi untuk masyarakat. Pastinya tidak perlu jauh-jauh jika mau melihat aktivitas orangutan secara langsung,” ucapnya.

Dia berharap, jangan sampai orangutan yang adalah penghuni asli lokasi mulai terusik. Sebenarnya manusia sendiri yang telah “menginvasi” habitat famili Pongidae ini.

“Jadi, kalau bisa kita hidup berdampingan dengan orangutan maupun satwa lainnya. Kalau orangutan dievakuasi lalu dipindahkan ke mana lagi? Karena habitat aslinya di situ dan sekarang bahkan mulai berkurang,” tutur Nandang.

Ia menambahkan, mamalia ini sejatinya tidak menyerang manusia, kemungkinan besar justru menghindar jika bertemu manusia. Terlebih, orangutan bukan predator, dan cenderung menjaga diri jika habitatnya mulai terancam.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments