Gardaanimalia.com – Keprihatinan soal kondisi satwa liar dan keanekaragaman hayati di Indonesia ternyata menjadi ‘amunisi’ tersendiri bagi musisi lokal dalam membuat lagu berkualitas.
Menariknya, tak cuman lewat gesekan rock ‘n’ roll dan vokal yang serak-berat, pesan-pesan keras itu juga ternyata bisa disulap lewat dentum rebana yang pelan dan syahdu, dengan karakter vokal yang lembut dan menyayat hati.
Kami merangkum tujuh lagu lokal terbaik versi Garda Animalia yang terinspirasi oleh situasi satwa yang semakin digerus industri dan pembangunan.
Kelompok musik tersebut memiliki karakterisasi dan orisinalitas, menyesuaikan dengan satwa apa yang ‘terasa dekat’ bagi mereka.
Berikut playlist pilihan kami yang bisa jadi referensi untukmu berkarya menyuarakan hak-hak satwa liar!
Semak Belukar – Seloka Beruk
Jika kamu merindukan folk Melayu lama yang memiliki padanan musik yang sederhana nun padat, mungkin kamu akan suka lagu dari kolektif folk asal Palembang ini.
Lewat ayunan akustik dan cengkok khas, Semak Belukar menjelma mutiara terpendam yang dirindukan oleh penikmat musik lokal.
Liriknya sederhana, liris dan tajam. Maklum, masing-masing personelnya memiliki latar belakang sebagai musisi band punk.
Semak Belukar mencoba mengupas karakter pemimpin lewat penjelmaan “beruk”. Tak muluk-muluk dan berhasrat untuk mendidik lewat lagunya, mereka justru menyederhanakan lirik-liriknya dengan karakter unik khas sajak-sajak Melayu.
Ayuhai putri cantik nan merona
Masanya budak dikenakan lampin
Adanya budak diinjak ternoda
Semenjak beruk menjadi pemimpin
Masanya budak dikenakan lampin
Sembari ditimang dan didendangkan
Semenjak beruk menjadi pemimpin
Halal dan haram pun dimakan
Auman – Viva Rimau! Rimau!
Auman, sebuah orkes heavy rock n’ roll asal Bumi Sriwijaya yang membubarkan diri pada 2015 silam. Dengan terang benderang mereka menyatakan, terinspirasi dari raungan keras sang harimau sumatera yang menjadi hewan endemik di pulau mereka.
Dipunggawai oleh Zarbin Sulaiman (bass), Farid Amriansyah (vokal), Aulia Effendy (drum), Erwin Wijaya (gitar) dan Ahmad Ruliansyah (gitar), mereka mengambil nama Auman sebagai ketakjuban mereka terhadap harimau sumatera.
Energi raw dan punk bercampur dengan gaya heavy rock ini juga mengadopsi dari penggambaran personal mereka terhadap sang Raja Hutan.
Viva Rimau! Rimau!
Melenggang anggun membelah malam, Auman tanda teritoria Jelajah rimba jejak perkasaSisilia Virgana – Pada Saatnya
Musisi debutan asal Jakarta Sisilia Virgana, melepaskan single kedua berjudul, “Pada Saatnya”. Perempuan yang merupakan anak dari personel White Shoes and the Couples Company ini memiliki keunikan vokal yang tinggi, dengan tipe-tipe lagu fairy khas Laufey.
Mendengarkan lagu ini beberapa kali akan membuatmu menemukan karakter White Shoes and the Couples Company dalam tempo dan beat-nya.
Hal yang menarik, Sisilia menelurkan “Pada Saatnya” untuk menunjukkan rasa takjub terhadap keindahan alam dan kekayaan satwa di Indonesia.
Tak seperti lagu yang keras dan menghujam, perempuan berusia 21 tahun ini memberikan kesadaran lain secara positif bahwa lagu-lagu tentang satwa pun bisa disampaikan dengan cara lembut dan penuh syukur.
Dan di mana jejak mendapatkan hijau
Luas lebat indah hutanku
Tersirat asa dalam relungku
Indahnya satwa yang bercengkerama
Turun ke dalam di laut timur
Alobi Song – Bangkai dan Belatung
Alobi Foundation, sehari-harinya disibukkan oleh kegiatan di Lembaga Konservasi (LK) khusus Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) yang dikelolanya.
Di sela padatnya kegiatan sebagai konservasionis, anggotanya sesekali menyulap diri menjadi personel grup musik. Alobi menuliskan sebuah lagu getir yang menggambarkan situasi pelik satwa liar, khususnya di Bangka Belitung.
Awal lagunya dimulai dengan gesekan biola getir, menunjukkan kepedihan alami yang mesti ditelan oleh satwa-satwa yang terdesak kerakusan manusia.
Vokal datar, tetapi lembut, dengan pesan-pesan keras dan nada minor. Ini akan cocok bagimu yang menikmati suara-suara Seattle-American folk khas Eddie Vedder.
Di antara bangkai belatung
Ditikamnya belati tajam
Dirobeknya perut bumi
Diambilnya seisi yang berharga
King of Borneo – Orangutan (Satria Rimba)
King of Borneo merupakan band asal Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Khas dengan lagu-lagu yang bernuansa alam, band ini hadir dengan lirik yang kritis terhadap kondisi satwa, hutan, dan segala yang meliputinya.
Kata “King” dalam nama mereka tak lain ditujukan kepada eksistensi alam yang menaungi hidup mereka sebagai manusia.
Band ini diawali oleh ide seorang personel bernama Aday yang pada 2016 melakukan perjalanan spiritual untuk menyusuri alam di Kabupaten Kapuas Hulu.
Band yang beranggotakan Aday, Odi, Awick dan Deddy ini banyak menelurkan perenungannya melalui karya-karyanya. Mereka mengejawantahkan ide-ide dan kepedulian mereka kepada bumi, salah satunya lewat lagu satu ini.
Lagu Orangutan (Satria Rimba), secara deskriptif menuliskan lirik tentang kehidupan orangutan, termasuk bagaimana cara satwa menjadi petani hutan.
Tak hanya itu, liriknya juga tajam menggambarkan keprihatinan terhadap orangutan kalimantan yang bertahan di tengah situasi hutan yang tak baik-baik saja.
Hijau dan begitu lebatnya hutan rimba
Menebar bebijian dari pohon ke pohon
Berjalan di dahan bergelantungan di ranting
Menjepit dedaunan, melahap buah-buahnya
Orangutan kami bersuara untuk dirimu
Orangutan menolak punah untuk hutan kita
Tuan Tigabelas – Last Roar!
Sudah menjadi mafhum dan dikenal bahwa Tuan Tigabelas adalah rapper hip-hop yang cukup fokus mengawal isu-isu satwa liar. Dalam single yang diluncurkan pada 2019, Ia menceritakan makna harimau bagi masyarakat lokal Sumatra.
Dalam lagu ini, Ia tumpahkan kekesalannya tentang kondisi harimau sumatera yang semakin terancam. Sudut pandang yang diambil juga menarik–Ia jadikan sang Raja Hutan sebagai tokoh utama “aku” yang digerus dan terus-menerus dihantam manusia.
Lalu kau datang dengan senjata
Kau mulai tangkap kami
Kami coba tuk bertahan
Tapi kalian kembali lalu bawa api
Leluhurmu janji akan jaga kaum kami
Lalu lihat yang terjadi
Waktu kalian mulai ingkar janji
Navicula – Orangutan
Sebuah band grunge yang terkenal kritis dan menyuarakan hak-hak asasi manusia, Navicula, mendapati situasi yang begitu pelik bagi kesejahteraan orangutan di habitat aslinya, Kalimantan.
Lagu ini konon ditujukan untuk mendorong orang-orang lebih peduli terhadap orangutan. Balutan distorsi tebal dengan tempo yang lambat menunjukkan kesan bahwa kasus ini “seram” dan “gelap” tetapi sangat penting untuk disuarakan.
Orangutan muda rumahnya di belantara
Dijaga papa dan mama
Yang kemarin masih ada kini tiada
Orangutan muda diculik perambah rimba
Dibawa paksa ke kota
Jadi hiburan manusia terpenjara
Nah, Kawan Satwa, adakah musisi atau lagu favoritmu dalam daftar di atas?