Gardaanimalia.com – Ramai video menunjukkan seekor harimau sumatera melewati di Tanjakan Mayit, Jalan Lintas Barat (Jalinbar), Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, Jumat (10/2/2024).
Dalam video yang diterima Lampung Geh, harimau itu terekam waktu malam. Satwa berjalan di dekat pembatas jalan, kemudian menyeberangi jalan tersebut.
Kepala Resort Pemerihan Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Subki mengonfirmasi harimau sudah muncul sejak sebulan terakhir.
“Berdasarkan informasi dari masyarakat, harimau tersebut sudah berkeliaran di sekitar Tanjakan Mayit sejak satu bulan lalu,” ungkap Subki.
Pihaknya lalu mengecek ke lapangan dan menemukan tanda-tanda kemunculan berupa jejak harimau di lokasi sekitar Kilometer 20 Tanjakan Mayit.
Di lain tempat, Polisi Hutan (Polhut) Balai Besar TNBBS juga membenarkan dan mengidentifikasi posisi satwa di Tanjakan Mayit tersebut.
Kepala Satuan Polhut Balai Besar TNBBS Agus Hartono memperkirakan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang melintas masih berusia muda.
“Kemungkinan umurnya masih muda sekitar 4 sampai 6 tahun, jadi kalah bersaing mencari mangsa dengan harimau penguasa dalam hutan [yang] usianya lebih tua,” kata Agus, Senin (12/2/2024), dilansir dari IDN Times.
Dia menjelaskan, beberapa waktu lalu harimau pun diduga pernah muncul dan memangsa ayam ternak di kawasan permukiman Desa Sumberejo, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat.
Populasi Harimau Sumatera di TNBBBS
Selain hal itu, Agus menyebut jumlah harimau sumatera yang sekarang ada di hutan TNBBS masih berjumlah puluhan ekor.
“Dari perkiraan kami, pada hutan berada di sebelah kiri (Jalinbar) kalau dari arah Tanggamus populasinya masih 40 ekor. Lalu pada bagian hutan sebelah kanan kurang lebih 30 hingga 40 ekor harimau sumatera,” ungkapnya.
Ketika ditanya tentang kehadiran harimau di permukiman karena kerusakan habitat yang ditengarai karena kekurangan pakan, Agus membantah. Menurutnya, hewan buruan harimau di hutan setempat yang masih banyak.
Agus berpesan agar masyarakat tidak melakukan perburuan dalam kawasan, apalagi babi hutan merupakan salah satu makanan harimau.
“Apapun itu hewan yang diburu sangat dilarang, karena bisa mengganggu aktivitas ekosistem satwa dalam hutan,” tambah Agus.
Dia juga menyampaikan, pihaknya bersama organisasi konservasi Wildlife Conservation Society (WCS) masih akan melakukan pemantauan lokasi hutan tempat harimau itu muncul.
Dirinya mengimbau warga yang tinggal di sekitar kawasan hutan TNBBS agar memperkuat kandang ternak dan menambah penerangan.
“Kami imbau semua masyarakat sekitar bisa lebih berhati-hati, kurangi atau hindari beraktivitas saat malam hari,” pungkas Agus.
Petani Meninggal Dunia Diduga Konflik dengan Harimau
Sebelumnya, seorang petani ditemukan meninggal dunia di kebun dengan luka bekas cakaran dan gigitan. Korban bernama Gunarso (47) diduga berkonflik dengan harimau sumatera.
Peristiwa ini terjadi di Desa Sumber Agung, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat.
Kapolsek Suoh Inspektur Satu (Iptu) Edward Panjaitan memberikan keterangan, korban dievakuasi dari areal perkebunan sekira pukul 22.30 dan langsung divisum di puskesmas.
Hasil visum menyatakan bahwa korban diduga meninggal dunia tujuh jam sebelum ditemukan. Di sekujur tubuh korban juga menunjukkan bekas cakaran dan gigitan .
“Diduga korban meninggal dunia akibat diterkam binatang buas harimau,” ujar Edward.