Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Sangat Langka, Kelinci Sumatera Akhirnya Kembali Terekam Kamera

541
×

Sangat Langka, Kelinci Sumatera Akhirnya Kembali Terekam Kamera

Share this article
Penampakan terbaru kelinci sumatera langka ditangkap oleh kamera jebak yang dipasang Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat. | Foto: Dok. BBTNKS/Instagram
Penampakan terbaru kelinci sumatera langka ditangkap oleh kamera jebak yang dipasang Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat. | Foto: Dok. BBTNKS/Instagram

Gardaanimalia.com – Kelinci sumatera bernama latin Nesolagus netscheri tertangkap kamera jebak untuk monitoring satwa di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Kabar baik ini diumumkan Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS) melalui akun Instagramnya @bbtn_kerinciseblat, Selasa (3/3/2023).

pariwara
usap untuk melanjutkan

“Satwa yang sangat langka dengan catatan perjumpaan dan penelitian yang masih sangat sedikit ini beberapa kali dijumpai dan tertangkap kamera,” tulis pihak BBTNKS.

Pada pemberitahuan di media sosial tersebut, diketahui kelinci tertangkap kamera yang digunakan untuk monitoring satwa di kawasan TNKS.

Disebut Sumatran striped rabbit dalam bahasa Inggris, spesies ini dijuluki super langka karena sukar ditemukan keberadaan dan populasinya.

Bahkan, IUCN Red List mencatatnya berstatus data deficient. Hal ini dikarenakan minimnya data dan penelitian terkait satwa tersebut. Bahkan, jumlah populasinya tidak diketahui.

Salah satu penemuan baru kelinci ini terjadi pada 9 Juni 2022 oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Saniangbaka, Kecamatan X Koto, Kabupaten Solok, Sumatra Barat.

Kelinci dilindungi tersebut ditemukan dalam keadaan kurang sehat. Sehingga, satwa kemudian mati setelah tiga hari mendapat perawatan.

Kelinci Sumatera yang Langka

Perlu diketahui, satwa endemik Sumatra ini memiliki panjang tubuh sekitar 40 sentimeter, dengan bulu berpola garis hitam dan kecokelatan. Ia memiliki ekor berwarna merah, sementara bagian bawah perutnya berwarna putih.

Penampakan pertamanya tercatat pada 1972 di TN Gunung Leuser oleh M. Borner. Namun, disebutkan bahwa dokumentasi-dokumentasi kamera jebak selanjutnya ada di daerah TN Kerinci Seblat dan TN Bukit Barisan Selatan.

Meski demikian, seorang peneliti bernama Jennifer McCartthy yakin bahwa kelinci sumatera bisa saja hidup di lokasi lain. Menurut Jennifer, kelinci ini tampaknya tak diburu secara rutin, sebab kelangkaan alaminya.

Hal itu tertulis dalam jurnal berjudul “First description of an immature Sumatran striped rabbit [Nesolagus netscheri], with special reference to the wildlife trade in South Sumatra”.

Dikutip dari Mongabay, Wido Rizki Albert, Biodiversity Coordinator FFI-IP Kerinci Seblat menyebut, bahwa ancaman terbesar kepunahan kelinci asli Indonesia itu berasal dari rusaknya hutan sebagai habitat alami.

“Alih fungsi hutan untuk perkebunan, pemukiman, tentu mengancam habitat dan populasi satwa dalam hutan,” ujarnya, pada Rabu (18/8/2021).

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments