Menjarah
Menjarah
Menjarah
Edukasi

5 Burung Langka Endemik Sangihe yang Terancam Punah Karena Pertambangan

4580
×

5 Burung Langka Endemik Sangihe yang Terancam Punah Karena Pertambangan

Share this article
celepuk sangihe
Eutrichomyias rowleyi
anis bentet sangihe
Aethopyga duyvenbodei
5 Burung Langka Endemik Sangihe yang Terancam Punah Karena Pertambangan
Serindit sangihe. Foto: ebird.org

Gardaanimalia.com – Pada bulan Juni 2021 media sosial diramaikan oleh rencana pembukaan pertambangan emas di Sangihe, Sulawesi Utara. Hal ini memunculkan kekhawatiran dari berbagai pihak. Keberadaan pertambangan emas dikhawatirkan akan mengahancurkan hutan di dalamnya dan mengekploitasi habitat satwa liar termasuk burung endemik Sangihe.

Dikutip dari BBC.com bahwa perusahaan Tambang Emas Sangihe (TMS) telah mengantongi izin lingkungan dan izin usaha produksi pertambangan emas di gunung purba seluas lebih dari 3.500 hektare, dari total 42.000 hektare izin wilayah yang meliputi setengah bagian selatan Pulau Sangihe. Padahal, kawasan tersebut merupakan rumah bagi banyak satwa endemik langka.

Garda Animalia merangkum beberapa jenis burung yang hanya dapat ditemui di Kepulauan Sangihe yang populasinya kian menurun bahkan ada yang masuk dalam daftar satwa dilindungi. Daftar ini tentu hanya sebagian kecil dari jenis flora dan fauna yang ada di Sangihe.

1. Burung madu sangihe (Aethopyga duyvenbodei)

5 Burung Langka Endemik Sangihe yang Terancam Punah Karena Pertambangan
Burung madu sangihe. Foto: macaulaylibrary.org/James Eaton

Burung madu sangihe atau yang memiliki nama lain elegant sunbird adalah burung kecil yang hanya memiliki ukuran tubuh 12 sentimeter. Masyarakat sekitar sering menyebut burung ini dengan nama burung sarimisi bamburaeng. Oleh peneliti burung ini dijuluki sebagai pematah leher karena gerakannya gesit sehingga susah untuk diamati dan kebiasaan burung ini berada di atas pohon yang cukup tinggi.

Warna  bulunya cukup mencolok dan cerah. Pada burung jantan memiliki bulu penutup telinga dan tengkuk ungu-kemerahan, bermahkota hijau-biru metalik, serta punggungnya berwarna zaitun kekuningan. Sementara, pada betina warnanya lebih pucat dan memiliki mahkota bersisik. Burung ini hidup dalam kelompok kecil terkadang menyendiri atau berpasangan dan dapat ditemui di perkebunan-campuran, kebun kelapa, dan pinggir hutan yang berdekatan dengan hutan primer pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.

Seperti namanya, makanan utama burung ini adalah nektar atau madu yang di dapat dari bunga. Selain itu, mereka juga memakan serangga kecil dan laba-laba. Suara burung ini terdengar cenderung tinggi.

Karena burung madu sangihe merupakan burung endemik maka persebarannya hanya di sekitar Kepulauan Sangihe dan pulau kecil di sekitar Sulawesi Utara, antara lain kawasan Gunung Awu, Pegunungan Sahendaruman, Tabukanlama, Petta, Tahuna, Ulung Peliang dan juga di kawasan Kedang.

Saat ini, IUCN menetapkan status konservasi burung madu sangihe adalah (Endangered/EN) dengan tren populasi terus menurun. Burung ini juga masuk dalam jenis satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

2. Anis-bentet sangihe (Colluricincla sanghirensis)

5 Burung Langka Endemik Sangihe yang Terancam Punah Karena Pertambangan
Anis Bentet Sangihe. Foto: Mongabay

Burung yang hanya memiliki ukuran sekitar 17-19 sentimeter  ini juga menjadi burung yang populasinya juga terancam. Burung yang habitatnya di puncak Gunung Sahendaruman selama ini mendapat ancaman dari adanya penangkapan berlebihan dan sekarang ditambah dengan kemungkinana adanya perusakaan hutan akibat pertambangan. Terlebih lagi, Menurut Ganjar Cahyo Aprianto, seorang peneliti dari Burung Indonesia, spesies ini hanya dapat berkembang biak di alam.

Burung yang dalam bahasa lokal dikenal dengan nama sohabe cokelat memiliki bulu berwarna coklat zaitun pada bagian atas, coklat tua pada bagian bahu dan bawah punggung. Tubuh bagian bawah berwarna coklat pucat yang membias kekaratan pada bagian perutnya serta memiliki kaki hitam. Suara yang dikeluarkan oleh anis-bentet sangihe terdengar seperti pengulangan yang lembut.

Populasinya tidak banyak di alam liar, hanya sekitar 92 sampai 225 individu yang hidup di puncak pegunungan Sahendaruman. Dalam IUCN burung ini mempunyai status konservasi critically endangered. Sempat masuk dalam daftar burung yang dilindungi, Anis-bentet sangihe kemudian dikeluarkan dari daftar tersebut pada September 2018 melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 20/MENLHK/SEKJEN/KUM.1/8/2018.

3. Seriwang sangihe (Eutrichomyias rowleyi)

5 Burung Langka Endemik Sangihe yang Terancam Punah Karena Pertambangan
Seriwang Sangihe. Foto: ebird.org/James Eaton

Seriwang sangihe dengan nama ilmiah Eutrichomyias rowleyi atau yang dikenal masyarakat sebagai burung niu yang merupakan burung yang habitatnya hanya ada di Pulau Sangihe. Burung berukuran 18 sentimeter ini sempat dianggap punah karena keberadaannya tidak tercatat sejak tahun 1873 hingga tahun 1998.

Burung ini cukup sulit untuk dijumpai karena habitatnya spesifik dan hanya tinggal di hutan primer tepatnya lereng lembah curam atau di dasar lembah dekat sungai.

Baca juga: Jangan Tangkap Apalagi Pelihara 5 Jenis Burung Kehicap Dilindungi

Ciri khas dari burung endemik sangihe ini adalah tubuh bagian atasannya didominasi warna biru agak gelap dari kepala hingga ekor dan bagian bawahnya abu-abu kebiruan. Dapat diketahui pula pada burung muda memiliki ciri khusus pada ekornya yang pendek dan berwarna abu-abu.

Dalam IUCN, seriwang sangihe sudah dimasukkan dalam kategori critically endangered yang artinya selangkah lagi menuju kepunahan. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, juga menyebut bahwa seriwang sangihe merupakan jenis yang dilindungi. Dengan statusnya yang kritis ini, burung Seriwang sangihe diperkirakan hanya terdapat kurang dari 150 ekor di alam liar.

4. Serindit sangihe (Loriculus catamene)

5 Burung Langka Endemik Sangihe yang Terancam Punah Karena Pertambangan
Serindit sangihe. Foto: ebird.org

Serindit sangihe adalah jenis burung paruh bengkok yang kecil dan memiliki ukuran tubuh rata-rat 12 sentimeter. Burung ini cukup mudah dikenali karena warna tubuhnya yang cukup khas yaitu berbulu dominan hijau dengan tunggir, ujung ekor, dan penutup ekor bawah merah. Selain itu, serindit sangihe jantan memiliki dahi serta tenggorokan merah.

Jenis burung ini sering dijumpai dalam kelompok kecil atau hanya sendiri. Kelompok yang dibuat paling banyak empat ekor.

Serindit sangihe merupakan burung penetap yang biasanya hidup di hutan primer dan sekunder. Burung ini dapat ditemukan di kawasan hutan tebang pilih, tepi hutan, mangrove, perkebunan kelapa dan kebun masyarakat. Makanan utama adalah nektar dari bunga kelapa.

Sejak tahun 1990 serindit sangihe dianggap burung yang tidak umum dijumpai. Itulah yang membuat burung ini ditetapkan sebagai burung yang terancam punah dengan status vulnerable atau rentan. Peneliti pada tahun 1998-1999 membuktikan bahwa serindit sangihe menjadi burung endemik Kepulauan Sangihe  karena mereka cukup umum ditemukan di sana.

Populasinya diperkirakan berjumlah 6.700 – 31.000 ekor individu dewasa.Terkait penemuan baru tersebut, status burung serindit sangihe kemudian diturunkan satu level menjadi near threatened atau hampir terancam. Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, serindit sangihe termasuk bururng yang dilindungi.

5. Celepuk sangihe (Otus collari)

5 Burung Langka Endemik Sangihe yang Terancam Punah Karena Pertambangan
Celepuk sangihe. Foto: birdsoftheworld.org/Phil Chaon

Celepuk sangihe merupakan salah satu burung endemik Pulau Sangihe. Tubuhnya berukuran kecil dengan panjang sekitar 19,5 sentimeter. Hampir memiliki kemiripan dengan celepuk Sulawesi lainnya.

Warna bulunya didominasi cokelat kusam, dengan mata berwarna jingga atau kuning dengan berkas telinga berukuran sedang. Suara yang dikeluarkan identik dengan bunyi nada lebih tinggi, jauh lebih merdu, lebih jelas dan mengalun serta bersambung daripada celepuk sulawesi. Setiap siulan berselang waktu 0,7 detik.

Penyebaran celepuk sangihe hanya berada di Kepulauan Sangihe mulai dari dataran rendah sampai tepi hutan di puncak Gunung Sahengbalira. Ditemukan juga di habitat semi alami seperti tepi perkebunan campuran dengan bambu dan semak sebagai vegetasi tepi. Makanan utama dari celepuk sangihe sama seperti jenis celepuk lainnya yaitu serangga dan binatang kecil.

Dalam daftar merah IUCN, celepuk sangihe memiliki status risiko rendah sedangkan pada status perdagangan internasional memiliki status appendix II. Di Indonesia, burung hantu jenis ini juga masuk dalam daftar satwa dilindungi yang langka.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments