Gardaanimalia.com – Seiring meningkatnya jumlah terinfeksi penyakit COVID-19 di Indonesia, wilayah Zona merah DKI Jakarta resmi menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Jum’at, 10 April 2020.
Dalam masa PSBB ini, beberapa tempat publik seperti sekolah, perkantoran, tempat hiburan, dan beberapa lokasi lain ditutup untuk mencegah penularan semakin meluas.
Namun, pemerintah DKI Jakarta masih belum menutup pasar hewan di wilayahnya. Dari hasil laporan masyarakat, dua pasar hewan terbesar di Jakarta yaitu Pasar Jatinegara dan Pasar Pramuka masih beroperasi pada hari Minggu (12/4/2020).
Pasar-pasar tersebut masih memperdagangkan satwa-satwa liar yang seharusnya tidak diganggu dan dibiarkan di habitatnya karena beresiko menyebarkan virus zoonosis apabila berkumpul di pasar.
Di tengah pandemi virus ini, terlihat beberapa kios yang masih buka memperdagangkan berbagai jenis satwa, meski tidak seramai seperti biasanya.
Sementara beberapa pasar hewan di wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat dan Aceh ditutup sementara demi mengurangi resiko penyebaran virus corona.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyerukan penutupan pasar hewan basah secara permanen di negara yang masih membukanya.
Elizabeth Maruma Mrema, penjabat sekretaris eksekutif PBB di bidang Keanekaragaman Hayati mengatakan pasar satwa liar berperan dalam penyebaran penyakit berbahaya.
“Penutupan pasar diperlukan untuk mencegah terjadinya pandemi di masa depan,” ujarnya.
Namun ia menuturkan bahwa penutupan pasar harus didampingi kebijakan yang tegas di beberapa wilayah.
“Ditutupnya pasar dapat membantu mempromosikan perdagangan ilegal satwa liar, jika tidak ada alternatif yang jelas bagi masyarakat. Khususnya bagi warga yang hidupnya bergantung pada satwa liar,” tuturnya.
Direktur Eksekutif Flight Indonesia, Marison Guciano mengatakan bahwa masih beroperasinya pasar
satwa liar meningkatkan resiko penyebaran virus korona yang saat ini sedang merebak.
“Pasar hewan/burung seharusnya ikut ditutup saat PSBB, melihat situasi saat ini,” ujarnya saat diwawancarai oleh Gardaanimalia.com, Senin (14/4/2020).
Menurutnya, penutupan pasar hewan tidak hanya efektif untuk menurunkan resiko penyebaran virus corona, tetapi juga virus dan penyakit lain yang penularannya bersumber dari satwa liar ke manusia (zoonosis).
“Pemerintah masih belum melihat pasar hewan yang menjual satwa liar sebagai masalah dalam penyebaran virus korona,” tuturnya.
Pemerintah, lanjutnya, masih percaya bahwa penularan virus corona dari manusia ke manusia bukan dari satwa liar ke manusia.
“Pemerintah harus tegas, terutama pemerintah daerah dimana pengelolaan pasar-pasar ini dibawah kewenangan mereka,” tegasnya.
Kasus pertama penyakit COVID – 19 terjadi pada Desember 2019 akhir dan kemudian ditetapkan menjadi pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO setelah menjangkiti sekitar 300 ribu orang di seluruh dunia.
Virus ini sendiri menyebar pertama kali di Pasar hewan Wuhan, sebuah tempat yang menjual berbagai jenis daging satwa liar untuk dikonsumsi.
Kebiasaan warga Cina yang senang mengkonsumsi daging satwa liar diduga menjadi pemicu mutasi virus corona, yang terdapat pada satwa liar, sehingga menyerang sistem pernafasan manusia.