Menjarah
Menjarah
Menjarah
Edukasi

Ular, Reptil yang Sering Menjadi Korban Bushmeat

4668
×

Ular, Reptil yang Sering Menjadi Korban Bushmeat

Share this article
Ular, Reptil yang Sering Menjadi Korban Bushmeat
Ilustrasi ular sanca bulan (Morelia boeleni). Foto: Wikipedia/Tigerpython

Gardaanimalia.com – Dibanding reptilia lainnya, ular termasuk hewan yang lebih adaptif. Beberapa jenis ular hidup dan tinggal di habitat alam berupa sungai, laut, semak belukar, dan beberapa bahkan hidup digorong-gorong. Dalam bukunya Marlon, menyebutkan setidaknya terdapat 250 jenis ular yang hidup di Indonesia.[1]Marlon, Riza. 2014. 107+ Ular Indonesia. Bogor: Indonesia Nature and Wildlife Publishing.

Beberapa di antaranya telah berstatus dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 Tahun 2018 yang meliputi ular sanca hijau (Condropython viridis), ular sanca bodo (Python molurus), serta ular sanca timor (Python timorensis), dan sanca bulan (Simalia boeleni).

Keberadaan ular yang mudah dijumpai menjadikan ular sebagai salah satu hewan pilihan untuk dipelihara maupun untuk diperjualbelikan guna sebagai bahan pembuatan obat tradisional maupun untuk dikonsumsi.

Di beberapa daerah di Indonesia antara lain Sulawesi Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Tengah, ada warga menjadikan ular sebagai variasi pilihan bushmeat. Bushmeat sendiri dapat diartikan sebagai aktivitas menyantap satwa liar.

Menurut Wijnstekers, bushmeat ialah daging yang diperoleh dari satwa liar serta dimanfaatkan manusia untuk berbagai tujuan salah satunya untuk pengobatan.[2]W, Wijnsteker. 2011. The Evolution of Cites. 9th Edition E-book. www.cites.org/sites/default/files/common/…/Evolution of Cites_9.pdf.

Sebagai bushmeat, daging ular dipercaya dapat mengatasi berbagai penyakit tertentu serta bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Bagian tubuh ular yang dipercaya dapat bermanfaat untuk kesehatan meliputi daging ular, darah, serta empedu ular. Salah satunya, empedu ular sanca diklaim dapat mengobati demam tinggi pada anak.

Selain itu, empedu ular sanca diklaim berkhasiat untuk meredakan sakit nyeri perut yang disebabkan oleh kolik abdomen, mengobati wasir dan disentri, mengobati gingivitis, serta karies gigi, dll. Namun, sebenarnya hingga saat ini belum ada kajian dan penelitian ilmiah yang dapat membuktikan klaim tersebut.

Baca juga: 4 Jenis Ular Dilindungi di Indonesia yang Tak Boleh Dipelihara Sembarangan

Dr. Atika dari klikdokter.com menjelaskan bahwa dari hasil penelusuran berbagai penelitian kedokteran, manfaat yang disebutkan belum terbukti benar adanya. Hasil penelitian yang dipublikasikan di International Journal Of Food Microbiology dijelaskan bahwasanya mengkonsumsi daging reptil justru dapat mendatangkan sejumlah penyakit sebut saja trikinosis, pentastomiasis, gnatostomiasis, dan sparganosis.[3] https://m.klikdokter.com/amp/3619712/makan-daging-ular-apa-risikonya-bagi-kesehatan, diakses pada 25 Februari 2021 pukul 20.00

Dikutip dari website alodokter.com disebutkan bahwa mengkonsumsi daging ular justru dapat mengakibatkan berbagai efek samping. Satu di antaranya adalah keracunan. Hal ini tejadi apabila bisa racun dan bakteri salmonella yang masih menempel pada daging ular ikut tertelan.

Selain itu, dapat memunculkan infeksi parasit.[4]https://www.alodokter.com/manfaat-makan-ular-dan-efek-samping-yang-ditimbulkan, diakses pada 25 Februari 2021 pukul 20.20 Infeksi parasit merupakan penyakit yang disebabkan adanya parasit. Infeksi dapat terjadi apabila parasit masuk ke dalam tubuh baik melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, gigitan serangga, serta melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita infeksi parasit.

Laura dkk, menyebutkan bahwa terdapat 72% penyakit baru dan kemunculan kembali suatu penyakit dapat ditularkan melalui satwa liar.[5]Laura A.K., Schulte-Herbruggen, B, Ejotre, I and DeeAnn M.R. 2016. Bushmeat and Emerging Infectious Diseases: Lessons from Africa. Springer International Publishing Switzerland.

Dengan semakin banyaknya perburuan, praktek jual beli, serta pemanfaatan satwa liar semakin meningkatkan resiko penyakit yang dikenal sebagai zoonis.[6]Roosita Balia, Hendarmawan, dan Asep Kuswandi Supriatna. 2019. Implementasi Konsep “One Healt” Dalam Pengendalian Emerging Dan Re-Emerging Zoonis Yang Diakibatkan Oleh Penyebaran Bushmeat. … Continue reading

Kurangnya pemahaman masyarakat awam mengenai penanganan ular menjadikan ular sebagai hewan reptilia yang dianggap berbahaya, menjijikan, atau bahkan menakutkan.

Ular yang dijumpai seringkali dibunuh maupun ditangkap serta kemudian diperjualbelikan tanpa mengetahui jenis atau bahkan status dari ular tersebut. Hal ini mengakibatkan semakin berkurangnya populasi hewan reptilia khususnya ular. Beberapa bahkan dengan sengaja memburu ular untuk digunakan sebagai obat tradisional, bahan kerajinan, serta dikonsumsi.

0 0 votes
Article Rating

Referensi[+]

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments