Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Usai Rehabilitasi, Sepuluh Orangutan Kembali ke Hutan

804
×

Usai Rehabilitasi, Sepuluh Orangutan Kembali ke Hutan

Share this article
Orangutan yang berhasil jalani rehabilitasi dan dikembalikan ke hutan alam. | Foto: BOS Foundation
Orangutan yang berhasil jalani rehabilitasi dan dikembalikan ke hutan alam. | Foto: BOS Foundation

Gardaanimalia.com – Sepuluh orangutan kalimantan dilepasliarkan ke hutan alami di kawasan TNBBBR (Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya).

Lepas liar di Wilker Resort Tumbang Hiran, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Kasongan ini sekaligus menjadi peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Terlaksananya kegiatan adalah hasil kerja sama antara BKSDA Kalimantan Tengah, TNBBBR, BOS Foundation, serta sejumlah pihak lainnya.

Primata bernama latin Pongo pygmaeus terdiri dari 2 jantan dan 8 betina. Semua satwa telah jalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah.

Sepuluh satwa itu diberangkatkan melalui dua jalur dan lokasi yang berbeda. Pertama, dilakukan pada 14 Juni dengan membawa empat individu orangutan ke hutan di DAS Hiran.

Kedua, sebanyak enam individu orangutan kalimantan dibawa ke kawasan di DAS Bemban pada 16 Juni 2023 untuk pelepasliaran.

Kepala Balai TNBBBR Andi Muhammad Kadhafi mengatakan, pelepasliaran adalah proses panjang. Mulai dari penyelamatan, rehabilitasi hingga pelepasan.

Setelah itu, masih harus dilakukan monitoring untuk pastikan satwa dapat hidup dan berkembang biak di habitat alaminya.

Untuk mendukung hal itu, lepas liar dilakukan bersamaan dengan peresmian pondok monitoring orangutan bernama Himba Pambelum yang berarti “Hutan Kehidupan” dalam bahasa setempat.

Pondok Himba Pambelum terletak di jalur Sungai Hiran, Resort Tumbang Hiran, SPTN (Seksi Pengelolaan Taman Nasional) Wilayah II, Kalimantan Tengah.

Kepala BKSDA Kalimantan Tengah Sadtata Noor Adirahmanta mengatakan, konservasi satwa liar hadapi tantangan lebih besar seiring jalan waktu. Untuk itu, butuh dukungan dari semua pihak.

Dia menambahkan, pemerintah komitmen untuk lestarikan keanekaragaman hayati Indonesia melalui upaya konservasi yang sistematis.

Upaya yang dimaksud, yakni perlindungan sistem pendukung kehidupan, pelestarian keanekaragaman spesies dan ekosistem. Termasuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.

“Orangutan sebagai salah satu flagship species yang menjadi prioritas KLHK. Keberadaannya di alam harus tetap terjaga melalui berbagai upaya konservasi agar berkembang biak dengan baik,” tutur Sadtata, Rabu (14/6/2023).

Ratusan Orangutan Kalimantan Masih Direhabilitasi

Proses yang dilalui oleh tim dalam pemulangan orangutan ke habitat. | Foto: BOS Foundation
Proses yang dilalui oleh tim dalam pemulangan orangutan ke habitat. | Foto: BOS Foundation

Sementara, Chief Executive Officer BOS Foundation Jamartin Sihite terangkan, salah satu dari sepuluh orangutan merupakan hasil repatriasi dari Thailand.

Satwa dengan jenis kelamin betina itu diselundupkan dari Indonesia ke Thailand pada 1990 dan kembali lagi ke Indonesia pada 2006.

“Orangutan itu membutuhkan waktu tujuh belas tahun untuk menjalani rehabilitasi dan kembali memiliki sifat liarnya. Hal ini karena saat dibawa ke tempat rehabilitasi dan reintroduksi di Nyaru Menteng, orangutan itu sudah dewasa,” jelas Jamartin, dikutip dari Kompas, Rabu (14/6/2023).

Dia jelaskan, pelepasliaran kali ini adalah kedua kali oleh BOS Foundation selama periode 2023. “Di pusat rehabilitasi kami, saat ini masih ada sekitar 400 orangutan yang direhabilitasi untuk siap hidup bebas dan mandiri di hutan”.

Adapun menurut rilis BOS Foundation, telah tercatat tujuh kelahiran alami sejak pelepasliaran orangutan kalimantan pertama yang dilakukan di TNBBBR pada 2016.

Kembalinya sepuluh mamalia ke hutan kali ini menambah jumlah orangutan yang telah dilepasliarkan di TNBBBR oleh BOS Foundation, yaitu 199 individu.

Dalam proses pelepasliaran, BOS Foundation meminta perusahaan sawit dan industri lainnya untuk ikut andil dalam menjaga habitat orangutan.

Menurut Jamartin, perusahaan perlu belajar untuk ciptakan lingkungan usaha yang ramah terhadap satwa.

“Kami selalu ajak mereka (perusahaan) untuk membuat wilayah High Conservation Value di awal, bukan akhir. Jadi, kalau itu memang wilayah untuk satwa, ya, korbankanlah karena nilai konservasinya tinggi,” tandasnya.

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments