Satwa Liar Jadi Korban 'Perang' Manusia dengan Alam

Gardaanimalia.com - Saat ini, umat manusia sedang menghadapi perang dunia baru yang barangkali lebih besar dari dua perang dunia sebelumnya. Perang akbar ini tidak hanya melibatkan manusia saja, namun juga kehidupan lainnya di alam seluruh dunia. Perang ini disebut oleh António Guterres (Sekretaris Jenderal PBB) sebagai War on Nature, atau ‘Perang Terhadap Alam’.((Harvey, F. (2 Desember 2020). The Guardian. Humanity is waging war on nature, says UN secretary general. https://www.theguardian.com/environment/2020/dec/02/humanity-is-waging-war-on-nature-says-un-secretary-general-antonio-guterres))
“Umat manusia sedang mengobarkan perang terhadap alam. Tindakan ini seperti langkah bunuh diri. Keanekaragaman hayati terus menghilang. Ekosistem terus runtuh di depan mata. Aktivitas antropogenik menjadi akar dari kejatuhan umat manusia menuju jurang kehancuran.”((Ibid))
Begitulah peringatan keras darinya, yang juga menjadi pernyataan PBB paling tajam sejauh ini terhadap krisis lingkungan hidup global. Dalam pidato yang sama di Universitas Colombia, New York, ia juga menunjukkan berbagai tindak kejahatan terhadap satwa dan alam liar: hilangnya lahan basah; pembabatan hutan; overfishing, pemutihan terumbu karang, dan pencekikan laut dengan plastik; serta pencemaran lainnya di tanah, air, dan udara.
Korban-korban dari perang yang diinisiasi manusia ini terus bertumpukan dalam jumlah yang mengerdilkan perang-perang sebelumnya dalam sejarah bumi. Ratusan ribu satwa liar di seluruh dunia diculik dari habitat alaminya, dikurung, dan ditindas secara fisik maupun psikis, hanya untuk hiburan dan keuntungan industri-industri yang memanfaatkan satwa liar.((World Animal Protection. Protect animals on holiday: ending wild animal abuse for entertainment. https://www.worldanimalprotection.org.au/protect-animals-holiday-ending-wild-animal-abuse-entertainment)) Dalam periode 1970 hingga 2016, populasi kehidupan liar di seluruh dunia sudah berkurang hingga 68% akibat perusakan berbagai habitat dan overeksploitasi kehidupan liar demi pemenuhan konsumsi manusia.((Woodyatt, A. (10 September 2020). CNN. Human activity has wiped out two-thirds of world's wildlife since 1970, landmark report says. https://edition.cnn.com/2020/09/09/world/wwf-report-species-decline-climate-scn-intl-scli/index.html)) Aktivitas-aktivitas tersebut juga mendorong satu juta spesies hewan dan tumbuhan menuju kepunahan dalam beberapa dekade ke depan.((WWF. (30 Oktober 2018). The Living Planet Report 2018. https://www.wwf.org.uk/sites/default/files/2018-10/wwfintl_livingplanet_full.pdf)) Diestimasikan bahwa enam miliar ton ikan dan invertebrata telah diambil dari lautan di seluruh dunia sejak tahun 1950.((Ibid.))
Baca juga: Fakta Tragis di Balik Tren Pelepasan Burung untuk Acara Peresmian
Daftar panjang korban perang ini masih terus berlanjut, terutama dari over-eksploitasi hewan. Diperkirakan 1-3 triliun ikan liar dibunuh tiap tahunnya, atau sekitar 2,7 miliar ikan liar terbunuh tiap harinya dengan cara yang tidak etis, hanya untuk makanan manusia.((Zampa, M. (16 September 2018). Sentient Media. How Many Animals Are Killed for Food Every Day?. https://sentientmedia.org/how-many-animals-are-killed-for-food-every-day/))
Lebih dari 70 miliar hewan darat juga mengalami nasib tragis yang sama dengan ikan-ikan tersebut.((Sanders, B. Faunalytics. (10 Oktober 2018). Global Animal Slaughter Statictics and Charts. https://faunalytics.org/global-animal-slaughter-statistics-and-charts/)) Padahal, banyak pakar hewan yang percaya bahwa hewan-hewan tersebut memiliki kecerdasan yang tinggi dan kehidupan sosial yang kompleks.(((10 November 1996). PBS. The Joy of Pigs. https://www.pbs.org/wnet/nature/the-joy-of-pigs-smart-clean-and-lean/2126/)) Overeksploitasi hewan serta tumbuhan hanya untuk konsumsi manusia juga menjadi ancaman paling berbahaya kepada kehidupan liar.((Tilman, D; Clark, M; Kimmel, K. (31 Mei 2017). Nature. Future threats to biodiversity and pathways to their prevention. https://www.nature.com/articles/nature22900)) Di seluruh dunia, tidak kurang dari 6.241 spesies hewan vertebrata terancam perusakan habitat akibat agrikultur.((Green America. (13 Oktober 2020). Species Extinction in Farmlands: It’s Not Just the Birds and the Bees. https://www.greenamerica.org/blog/species-extinction-farmlands-its-not-just-birds-and-bees))
Perang ini juga menimbulkan krisis lainnya yang tidak kalah menyeramkan, salah satunya pandemi virus. Sekitar 75% dari penyakit menular yang ada berasal dari hewan((WHO. Neglected Zoonotic Diseases. https://www.who.int/neglected_diseases/diseases/zoonoses/en/)), terutama satwa-satwa liar.((
Harvard T.H. Chan School of Public Health. Coronavirus and Climate Change. https://www.hsph.harvard.edu/c-change/subtopics/coronavirus-and-climate-change/#:~:text=Scientists%20are%20seeing%20an%20'acceleration,pathogens%20to%20find%20new%20hosts))
Perusakan habitat alami secara masif dan kontinu mendorong pertemuan satwa-satwa liar sebagai pembawa berbagai virus, parasit, dan bakteri yang tidak dikenal, menuju wilayah manusia yang padat.((Ibid.)) Bahkan, hewan-hewan ternak dan peliharaan masih bisa menjadi penghubung vital antara manusia dengan beragam parasit dan patogen.((University of Liverpool. (16 Mei 2014). ScienceDaily. Domesticated animals provide vital link to emergence of new diseases. https://www.sciencedaily.com/releases/2014/05/140516092301.htm))
Peningkatan bencana alam, krisis air dan pangan, gelombang panas, hingga ancaman kepunahan massal((Hananto, A. (2 Juni 2015). Mongabay. Manusia Terancam Lenyap di Kepunahan Massal Keenam. https://www.mongabay.co.id/2015/06/24/manusia-terancam-lenyap-di-kepunahan-massal-keenam/)), alam sudah membalas ajakan perang manusia dengan gudang persenjataanya. Namun, banyak pakar iklim dan lingkungan hidup yang memercayai bahwa serangan balasan yang terburuk dari ibu Pertiwi belum datang.((Gillis, J. (31 Maret 2014). The New York Times. Panel’s Warning on Climate Risk: Worst Is Yet to Come. https://www.nytimes.com/2014/04/01/science/earth/climate.html))
Baca juga: Kejahatan Satwa Meningkat, Revisi UU Konservasi Tidak Bisa Ditawar!
Tanpa satwa dan kehidupan liar, mustahil peradaban manusia bisa berdiri. “Bayangkan industri kelautan tanpa ikan, pariwisata tanpa terumbu karang maupun kehidupan liar, tanaman tanpa penyerbuk. Semua flora dan fauna memiliki peran dan kontribusi terhadap beragam kebutuhan esensial manusia seperti pangan, air bersih, penyerbuk tanaman, penyimpan karbon, sampai dengan penyubur tanah. Setiap orang sangat membutuhkan keragaman spesies.”tutur Jean-Christophe Vié, Kepala Deputi Global Species Programme IUCN (Uni Internasional untuk Konservasi Alam).((IUCN. (2 Juli 2009). Wildlife crisis worse than economic crisis. https://www.iucn.org/content/wildlife-crisis-worse-economic-crisis-iucn)) Beliau juga menambahkan, bahwa alam adalah “perusahaan terbesar di bumi, yang bekerja demi kebaikan para penduduk bumi tanpa memungut biaya sepeser pun”.
Maka dari itu, adalah kewajiban utama yang mendesak bagi setiap orang untuk menjaga seluruh satwa dan kehidupan liar yang ada di muka bumi ini dari perang mahadahsyat ini. Langkah-langkah sederhana seperti: mengurangi pembelian barang-barang mewah, membatasi konsumsi daging, berbagi kendaraan, dan meningkatkan serta mengajarkan kecintaan terhadap alam, dapat berkontribusi secara signifikan dalam meringankan penderitaan satwa dan kehidupan liar.((Stafford, R; Jones, P. The Conversation. (22 Mei 2019). Cara hentikan perubahan iklim: Enam cara ini membuat dunia lebih baik dan lebih sehat. https://theconversation.com/cara-hentikan-perubahan-iklim-enam-cara-ini-membuat-dunia-lebih-baik-dan-lebih-sehat-117441))
Tidak akan ada pemenang yang muncul di akhir perang ini. Oleh karenanya, prioritas utama umat manusia di abad ke-21 ini adalah berdamai dengan alam beserta penghuninya. Perdamaian ini tidak akan bisa dicapai tanpa komitmen kuat terhadap penumpasan kejahatan terhadap satwa dan lingkungan hidup.

Bagaimana, sih, Kondisi Burung di Indonesia Saat Ini?
19/05/25
Ingin Ungkap Penyalahgunaan Elpiji, Polisi malah Temukan 10 Satwa Dilindungi
18/05/25
Kasus Anak Gajah Tertabrak Truk di Malaysia, Pembangunan Tak Boleh Hambat Pergerakan Gajah
15/05/25
FATWA: Burung Wiwik yang Enggan Menetaskan Telurnya
14/05/25
Seri Macan Tutul Jawa: Gunung Favorit Para Pendaki di Habitat Macan Tutul Jawa
13/05/25
Perdagangkan Siamang, Pelaku Ditangkap di Bojonggede
13/05/25
Mendepa Jalan ke Habitat: Nasib 19 Elang Paria di Pelabuhan Tanjung Perak

Lahirnya Orangutan di LK Kasang Kulim Riau

FATWA: Dunia Terbalik si Munguk Beledu

Masa Depan Durian Ternate dan Hewan Penyerbuknya

Hutan Hilang, Penyakit Datang: Hubungan Deforestasi dan Zoonosis

Belum Disetujui Kejati, Tuntutan Kasus Penjualan Sisik Trenggiling di PN Kisaran Batal Dibacakan

Di Balik Layar "Lobi-Lobi Lobster", Merekam Kebijakan Tutup-Buka Ekspor BBL

Bagaimana, sih, Kondisi Burung di Indonesia Saat Ini?

Celah Menahun Pelabuhan Tanjung Perak, 19 Elang Paria Gagal Diselundupkan

Ingin Ungkap Penyalahgunaan Elpiji, Polisi malah Temukan 10 Satwa Dilindungi

Seorang Pria di Thailand Ditangkap karena Jual Dua Bayi Orangutan

Tanah Haram untuk Kawanan Gajah di Kebun Ban Michelin

Penjara Gajah di Tepi Kebun Karet Ban Michelin

Kasus Anak Gajah Tertabrak Truk di Malaysia, Pembangunan Tak Boleh Hambat Pergerakan Gajah

Seri Macan Tutul Jawa: Riwayat para Kucing Besar Tanah Jawa

FATWA: Burung Wiwik yang Enggan Menetaskan Telurnya

Seri Macan Tutul Jawa: Gunung Favorit Para Pendaki di Habitat Macan Tutul Jawa

Perdagangkan Siamang, Pelaku Ditangkap di Bojonggede

Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura

Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan
