Menjarah
Menjarah
Menjarah
Opini

Upaya Konservasi Baning Coklat, Kura-Kura Terbesar di Asia yang Terancam Punah

3176
×

Upaya Konservasi Baning Coklat, Kura-Kura Terbesar di Asia yang Terancam Punah

Share this article
Ilustrasi kura-kura darat terbesar di Asia yaitu baning coklat (Manouria emys). | Foto: Kampungkurajatim
Gambar kura-kura darat terbesar di Asia yaitu baning coklat (Manouria emys). | Foto: Kampungkurajatim

Gardaanimalia.com – Manouria emys atau yang dikenal sebagai baning coklat adalah spesies kura-kura darat terbesar di Asia.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.105/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 menyebutkan baning coklat menjadi satwa yang dilindungi.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Kemudian dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, reptil besar ini memiliki status Critical endangered yang artinya terancam kritis, di mana keberadaannya sangat memungkinkan untuk menuju kepunahan.[1]Coudhury, B.C., et al, 2019

Namun saat reptil ini berada di tengah ancaman kepunahan, tepatnya di perbatasan Hutan Lindung Batang Toru di Desa Sait Nihuta II, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara kura-kura ini masih banyak ditemukan.

Cukup disayangkan, pengetahuan masyarakat yang minim tentang pentingnya spesies kura-kura tersebut membuat  baning coklat menjadi sasaran ’empuk’ untuk dimakan.

Selain itu, perburuan yang dilakukan oleh masyarakat juga menjadi lebih mudah karena satwa dilindungi ini memiliki pergerakan kaki yang lambat.

Hal tersebut kemudian membuat Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Tapanuli Tengah langsung turun dan mengambil bagian menjadi pendamping masyarakat agar satwa tersebut tetap terjaga khususnya di Desa Sait Nihuta II.

Kehadiran HPI sebagai pendamping dalam perlindungan salah satu satwa dilindungi tersebut mendapatkan respon yang baik dari masyarakat setempat. Ini dibuktikan dengan warga yang menyerahkan baning coklat yang sempat ditangkapnya.

Bersamaan dengan pendampingan itu, HPI berencana untuk membangun konservasi baning coklat di desa tersebut.

Pihaknya bersama dengan Yayasan Penjaga Pantai Barat melalui surat kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara meminta izin agar dilakukan konservasi di Desa Sait Nihuta II atau minimal mengeluarkan izin penangkaran.

Damai Mendrofa, Wakil Ketua Bidang Sumber Daya Manusia HPI Tapanuli Tengah mengungkapkan sembari menunggu balasan surat tersebut, HPI telah mengambil kebijakan dengan melakukan penangkaran sementara di salah satu tempat warga.

Dari situ, ia mengatakan bahwa pihaknya berharap baning coklat yang ditangkap warga dapat dikumpulkan di sana. “Menunggu pihak Balai turun memberikan pendampingan dan penjelasan tentang merawat Baning cokelat kepada masyarakat,” ujarnya.

Karena, menurut Damai Mendrofa, pihak BKSDA lebih paham tentang satwa. “Karena merekalah yang lebih paham soal satwa ini,” tuturnya Jumat (7/1) dilansir dari Antaranews.

Berdasarkan pembicaraan dengan masyarakat setempat, pihak HPI menemukan salah seorang warga yang bersedia lahannya dijadikan tempat penangkaran baning coklat.

Damai menjelaskan, sampai saat ini belum ada konservasi untuk satwa tersebut di Indonesia dan jika konservasi ini terwujud maka akan menjadi pertama di Negara Kepulauan ini.

Dilihat dari pernyataan Damai, bahwa konservasi ini akan menjadi yang pertama di Indonesia tentu akan menarik minat masyarakat dari wilayah lain dan berpotensi menjadi tempat wisata.

Beberapa hal harus menjadi pertimbangan besar untuk merujuk ke konservasi pariwisata dengan tujuan tetap melindungi baning coklat dari kepunahan.

Kuncinya adalah pembangunan pariwisata yang berkualitas dan bertanggung jawab. Kegiatan wisata perlu melindungi konservasi, bukan konservasi yang melindungi wisata.

Tentunya pembangunan konservasi ini perlu dukungan dari warga setempat dan pemerintah. Sosialisasi dan edukasi tetap harus dijalankan terlebih dahulu sebelum pembangunan konservasi pariwisata dilakukan.

Dengan pengetahuan dan kepedulian warga yang kuat terhadap baning coklat maka pengelolaan koonservasi dapat dilakukan dengan baik melalui pemberdayaan masyarakat.

0 0 votes
Article Rating

Referensi[+]

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Seekor harimau (Panthera tigris) sedang beristirahat di kandangnya di Medan Zoo. | Foto: Dok. Wildlife Whisperer of Sumatra
Opini

Gardaanimalia.com – Wali Kota Medan Bobby Nasution punya rahasia. Rahasia itu berhubungan dengan keputusannya menutup Medan Zoo pasca-insiden…