Trekking Dianggap Bahayakan Satwa Liar, Ini Penjelasannya!

Gardaanimalia.com - Mendaki atau trekking sembari menikmati alam dan kehidupan liar adalah aktivitas yang cukup umum dilakukan. Namun, ternyata kegiatan itu diindikasikan memiliki dampak negatif terhadap kehidupan satwa liar. Klaim ini didasarkan pada review ratusan studi terkait konservasi alam dan dampak aktivitas manusia terhadap kehidupan liar di sekitarnya. Review 330 artikel ilmiah sepanjang 38 tahun tentang efek aktivitas manusia terhadap habitat-habitat liar tersebut menunjukkan bahwa kehadiran manusia sendiri saja dapat mengubah pola perilaku burung dan berbagai satwa liar dalam skala yang tidak terbayangkan sebelumnya.((Jeremy Dertiens, Courtney Larson. (28 Mei 2021). Recreation effects on wildlife: a review of potential quantitative thresholds . Nature Conservation 44 : 51-58. https://natureconservation.pensoft.net/article/63270/))
Menurut review studi tersebut, burung dan mamalia kecil mungkin mengubah perilaku mereka ketika merasakan kehadiran manusia dalam radius 100 meter. Review tersebut juga menyatakan bahwa burung-burung besar, seperti elang dan rajawali, mengubah perilaku ketika merasakan keberadaan manusia dalam radius 400 meter. Mamalia besar, seperti elk dan moose (rusa besar), juga cenderung melakukan hal yang sama jika merasakan hawa keberadaan manusia dalam jarak 1.000 meter.
Dalam review studi lainnya yang menelaah 274 artikel ilmiah tentang aktivitas rekreasi manusia di alam liar, disebutkan bahwa tidak kurang dari 93% artikel tersebut menyebutkan beberapa dampak negatif aktivitas manusia di alam bebas terhadap satwa dan kehidupan liar.((Courtney Larson, Sarah Reed, Adina Merenlender. (8 Desember 2016). Effects of Recreation on Animals Revealed as Widespread through a Global Systematic Review. https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0167259))
Baca juga: Seekor Buaya Dibuang di Got, Diduga Pemiliknya Kewalahan Mengurus
Beberapa dampak negatif yang cukup terlihat adalah kaburnya hewan-hewan liar dari manusia. Satwa kemudian terpaksa mengurangi waktu makan hingga meninggalkan sarang mereka. Dampak lainnya yang tidak terlihat secara langsung namun memiliki konsekuensi yang serius adalah peningkatan detak jantung dan level hormon-hormon penyebab stres.
Aktivitas outdoor juga dikhawatirkan dapat merusak habitat-habitat satwa dan kehidupan liar. Berbagai artikel dan studi telah menunjukkan bagaimana suara-suara manusia, anjing peliharaan, dan tempat perkemahan dapat menakut-nakuti hewan-hewan predator hingga merusak tempat-tempat bernaung satwa dan kehidupan liar.((The Conversation. (17 Juli 2021). Don't Hike So Close to Me: How the Presence of Humans Can Disturb Wildlife Up to Half a Mile Away.))
Tidak sedikit bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa reptil dan amfibi juga terganggu dan terpengaruh secara negatif dengan aktivitas rekreasi manusia di sekitar habitat perairan.((Will Selman, Carl Qualls et al. (11 Maret 2013). Effects of human disturbance on the behavior and physiology of an imperiled freshwater turtle. https://wildlife.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/jwmg.538))
Para penulis review tersebut meminta agar para pegiat aktivitas outdoor untuk memahami dan menghormati keseimbangan antara rekreasi alam yang berkelanjutan dan konservasi kehidupan liar. Mereka merekomendasikan beberapa hal untuk meminimalisir dampak-dampak dari aktivitas outdoor manusia termasuk trekking. Pertama, mereka meminta untuk menghormati area-area yang dibatasi dan tetaplah di jalur yang telah ditetapkan. Lalu, mereka juga meminta untuk peningkatan keterlibatan dalam program-program edukasi dan relawan terkait satwa dan kehidupan liar. Terakhir, mereka meminta untuk peningkatan pembuatan koridor kehidupan liar yang bebas aktivitas rekreasi outdoor seluas kurang lebih 1.000 meter.

Bagaimana, sih, Kondisi Burung di Indonesia Saat Ini?
19/05/25
Ingin Ungkap Penyalahgunaan Elpiji, Polisi malah Temukan 10 Satwa Dilindungi
18/05/25
Kasus Anak Gajah Tertabrak Truk di Malaysia, Pembangunan Tak Boleh Hambat Pergerakan Gajah
15/05/25
FATWA: Burung Wiwik yang Enggan Menetaskan Telurnya
14/05/25
Seri Macan Tutul Jawa: Gunung Favorit Para Pendaki di Habitat Macan Tutul Jawa
13/05/25
Perdagangkan Siamang, Pelaku Ditangkap di Bojonggede
13/05/25
FATWA: Dunia Terbalik si Munguk Beledu

Masa Depan Durian Ternate dan Hewan Penyerbuknya

Hutan Hilang, Penyakit Datang: Hubungan Deforestasi dan Zoonosis

Belum Disetujui Kejati, Tuntutan Kasus Penjualan Sisik Trenggiling di PN Kisaran Batal Dibacakan

Di Balik Layar "Lobi-Lobi Lobster", Merekam Kebijakan Tutup-Buka Ekspor BBL

Bagaimana, sih, Kondisi Burung di Indonesia Saat Ini?

Celah Menahun Pelabuhan Tanjung Perak, 19 Elang Paria Gagal Diselundupkan

Ingin Ungkap Penyalahgunaan Elpiji, Polisi malah Temukan 10 Satwa Dilindungi

Seorang Pria di Thailand Ditangkap karena Jual Dua Bayi Orangutan

Tanah Haram untuk Kawanan Gajah di Kebun Ban Michelin

Penjara Gajah di Tepi Kebun Karet Ban Michelin

Kasus Anak Gajah Tertabrak Truk di Malaysia, Pembangunan Tak Boleh Hambat Pergerakan Gajah

Seri Macan Tutul Jawa: Riwayat para Kucing Besar Tanah Jawa

FATWA: Burung Wiwik yang Enggan Menetaskan Telurnya

Seri Macan Tutul Jawa: Gunung Favorit Para Pendaki di Habitat Macan Tutul Jawa

Perdagangkan Siamang, Pelaku Ditangkap di Bojonggede

Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura

Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan

Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi

Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon
