Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Mengulik Penyebab Dugong Mati Terdampar

727
×

Mengulik Penyebab Dugong Mati Terdampar

Share this article
Ilustrasi Dugong dugon, salah satu mamalia laut yang juga dikenal dengan nama duyung. | Foto: Lord Mountbatten/Wikimedia Commons
Ilustrasi Dugong dugon, salah satu mamalia laut yang juga dikenal dengan nama duyung. | Foto: Lord Mountbatten/Wikimedia Commons

Gardaanimalia.com – Pada Jumat (12/4/04), seekor bangkai dugong (Dugong dugon) ditemukan terdampar dalam keadaan membusuk tak jauh dari kawasan Sentra Perikanan dan Kelautan Terpadu (SKPT) Morotai, tepatnya di Pantai Daeo Majiko, Desa Daeo, Kecamatan Morotai Selatan.

Berdasarkan foto yang tersebar, bangkai dugong terlihat mengambang di tepi pantai dengan kondisi lambung hancur dan usus yang terburai. Dugaan awalnya, yaitu dugong terbawa arus saat air laut sedang pasang.

Dilansir dari Mongabay, Masita Lohor selaku Kepala Bidang Pengawasan Laut Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Morotai mengungkapkan bahwa pada Sabtu (13/4/24) sore, pihaknya sudah mendapatkan laporan soal dugong yang terdampar. Sayangnya, saat tim turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan, dugong sudah tidak ditemukan.

“Mungkin terbawa arus dan tenggelam di laut saat pasang naik. Saya masih di lokasi mengecek di sekitar SKPT, tetapi bangkai dugong sudah tidak ada,” tambahnya.

Temuan Bangkai di Lokasi Lain, Diduga Individu yang Sama

Sementara itu, pada Sabtu (13/4/24) siang, diperoleh informasi adanya temuan bangkai dugong di Desa Sambiki Baru, Kecamatan Morotai Timur oleh seorang guru bernama Alhasan Kharie. Alhasan menemukan dugong itu di Pantai Tanjung Pinang, Desa Sambiki Baru.

Alhasan bercerita bahwa awalnya dia melihat sebuah benda besar berwarna putih terapung-apung dan hanyut mendekati pantai saat pasang air laut.

Saat surut, benda itu kemudian terdampar di kawasan karang di tepi pantai yang berjarak sekitar 2,5 kilometer dari kampung Desa Sambiki Baru.

Karena penasaran, Alhasan mendekati kawasan karang itu untuk mencari tahu lebih lanjut.

“Ternyata benda yang terapung-apung itu bangkai dugong jantan yang panjangnya kurang lebih tiga meter dengan kondisi tubuh sudah membusuk,” tambahnya.

Meskipun kedua lokasi penemuan bangkai dugong terbilang jauh, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pulau Morotai Jopy Jutan menduga bahwa bangkai dugong yang ditemukan di Desa Sambiki Baru, Morotai Timur itu berasal dari Desa Daeo, Morotai Selatan yang terbawa arus saat laut pasang.

“Kemungkinan hanya satu satwa dilindungi (dugong) yang ditemukan. Titik kejadian (mati terdamparnya) dari Morotai Selatan dan terbawa arus ke arah Morotai Timur,” katanya.

Adapun bangkai dugong yang ditemukan di Desa Sambiki Baru, Morotai Timur telah dikuburkan oleh DKP Morotai dan warga setempat di kawasan pantai desa tesebut pada Minggu (14/4/24) sore.

Hal ini sejalan dengan imbauan dari Koordinator Wilayah Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (Ispikani) Kabupaten Pulau Fachruddin M Banyo. Ia telah meminta kepala desa dan warga berkoordinasi untuk menguburkan bangkai dugong tersebut.

“Hal itu mesti dilakukan agar bangkai hewan laut itu tidak menjadi sumber penyakit,” katanya.

Menelisik Insiden Dugong Terdampar

Fachruddin menambahkan bahwa fenomena mamalia laut seperti paus, dugong, dan lumba-lumba yang mati terdampar di pesisir pantai Morotai sudah beberapa kali terjadi.

Menurut catatannya, untuk spesies dugong, terdapat lebih dari 10 kasus kematian di Morotai di rentang tahun 2017 sampai 2024.

“Kematian dugong di perairan dangkal Pulau Morotai itu tersebar di pulau-pulau kecil dan pesisir pantai, mulai dari Desa Galo-galo, Wayabula, Raja, Cio, Cendana, Wawama, hingga Juanga,” tambahnya.

Lebih lanjut, Garda Animalia juga melakukan penelusuran berita terkait insiden dugong terdampar yang terjadi di Indonesia selama tahun 2024. Hasilnya, sebanyak empat insiden tercatat di beberapa tempat, yaitu di Ketapang, Aceh, Pangandaran, dan Morotai.

Adapun kondisi dugong di tiga insiden ditemukan dalam keadaan masih hidup dan bisa dilepas kembali ke laut–meski kebanyakan dalam kondisi terluka akibat terjerat jaring nelayan.

Penyebab Dugong Terdampar: dari Penambangan Timah sampai Tertabrak Kapal

Dihubungi Garda Animalia pada Rabu (17/04/24), Randi Syafutra, Dosen Prodi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung mengungkapkan bahwa peristiwa mamalia laut terdampar mengindikasikan apa yang sedang terjadi di lautan.

Kurang lebih, Ia memaparkan ada sebelas penyebab kejadian mamalia laut terdampar.  Penyebabnya adalah terjebak kondisi pasang surut, penyakit, predasi, kebisingan, aktivitas perikanan, tertabrak kapal, pencemaran laut, dan gempa dasar laut. Selain itu, cuaca ekstrim, ledakan pertumbuhan alga, dan badai matahari juga menjadi salah satu penyebabnya.

Di sisi lain, ada kasus khusus pada daerah yang terdapat aktivitas pertambangan, seperti timah. Dugong juga menghadapi ancaman karena penurunan kualitas air dan perusakan padang lamun, yang kemudian berimbas pada populasi dugong.

“Berdasarkan data yang saya himpun selama ini, aktivitas manusia seperti ditabrak kapal juga menjadi penyebab dugong terdampar,” tambah Randi.

Cuaca Ekstrim dan Perubahan Iklim Turut Ancam Populasi Dugong

Perubahan iklim juga menjadi ancaman nyata mengingat satwa ini sensitif dengan perubahan lingkungan di sekitarnya.

Cuaca ekstrem berupa badai laut dapat menyebabkan dugong kesulitan dalam menavigasi perairan di sekitarnya serta dalam menjaga homeostatis tubuh.

Selain itu, badai laut juga bisa merusak padang lamun yang menjadi habitat alami dugong. Akibatnya, daya tahan tubuh dugong menurun sehingga dugong menjadi rentan terdampar.

Randi melanjutkan, “Keberadaan dugong sangat bergantung dengan jumlah padang lamun (seagrasses bed) dalam kondisi sehat. Semakin banyak padang lamun yang sehat, maka akan banyak pula koloni atau populasi dugong di daerah tersebut”.

Melindungi Dugong dengan Merestorasi Padang Lamun

Randi menyebut, salah satu upaya terbaik untuk menjaga populasi dugong adalah dengan mengembalikan kesehatan padang lamun. Hal ini karena padang lamun menjadi habitat sekaligus tempat berlindung bagi mamalia laut ini.

Selain itu, perlu kembali digalakkan metode mitigasi penanganan dugong terdampar kepada masyarakat di pesisir jika sewaktu-waktu terjadi insiden serupa.

Harapannya, dugong yang terdampar dapat ditangani dan diselamatkan dengan baik agar bisa dikembalikan ke habitatnya dalam kondisi yang sehat.

Peristiwa terdamparnya satwa dugong perlu mendapat perhatian khusus, lantaran ia memiliki status rentan (vulnerable) dengan tren populasi yang menurun menurut Daftar Merah IUCN.

Satwa yang juga disebut duyung ini pun termasuk dalam biota laut yang dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments