Lagi, Seekor Dugong Mati Terdampar di Kupang
Gardaanimalia.com - Seekor dugong (Dugong dugon) ditemukan terdampar mati di Pantai Wisata Panmuti, Dusun Kuonoah, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang pada Jumat (7/2/2025).
Hal ini menjadi berita duka bagi dunia konservasi satwa liar, sebab dugong merupakan mamalia laut yang termasuk satwa dilindungi dan rentan menuju kepunahan oleh IUCN Red List.
Dalam rilis BBKSDA Nusa Tenggara Timur (NTT), Kepala BBKSDA NTT Arief Mahmud mengatakan bahwa bangkai dugong yang ditemukan berada di Kawasan TWAL Teluk Kupang pada koordinat 10° 6’ 7,1245”S 123° 43’ 22,539” E.
Peristiwa ini bermula ketika seorang warga bernama Yulius Radja (60) menemukan dugong terdampar.
Kala itu, Yulius bersama enam warga lain hendak melaut. Sekitar 30 menit berjalan, ia merasa melihat ada yang janggal di pesisir pantai. Mereka pun mendekat dan menemukan dugong yang berukuran besar.
Ia lantas melaporkan kejadian ini kepada BBKSDA NTT. Arief mengatakan kemungkinan dugong terseret arus dan gelombang sehingga mati terdampar.
Berdasarkan klasifikasi kondisi mamalia laut yang mati terdampar, bangkai dugong ini berada di antara kode 3 hingga kode 4, yakni mulai membengkak dan membusuk.
Rencana awal dilakukan nekropsi dan pengambilan sampel organ kemudian dibatalkan karena tingkat pembusukan yang sudah parah.
Diduga ia telah mati lebih dari 24 jam sebelum ditemukan.
“Guna menghindari penyebaran penyakit, proses evakuasi dan penguburan dilakukan bersama masyarakat Desa Tanah Merah serta Kelompok Tani Hutan,” jelas Arief.
Mengapa Mamalia Laut Terdampar?
Dugong adalah mamalia laut herbivora yang dilindungi menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.
Kejadian mamalia laut yang terdampar ini bukanlah hal biasa. Sebelumnya, seekor lumba-lumba ditemukan terdampar hidup-hidup di Pantai Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur.
Badan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Bali mencatat setidaknya selama 2024, ada 115 biota laut yang mati di perairan Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Di Bali, misalnya, setidaknya ada 51 biota laut yang mati. Beberapa di antaranya adalah 1 ekor dugong, 9 ekor lumba-lumba, dan 6 ekor paus.
Di Jawa Timur, setidaknya ada 1 ekor dugong, 2 ekor paus, 3 ekor hiu paus, 1 ekor pari manta, hingga 4 ekor lumba-lumba yang ditemukan terdampar.
Sedangkan di NTT, kasus kematian didominasi oleh paus di mana ditemukan 20 ekor paus terdampar, 1 ekor dugong, dan 1 ekor lumba-lumba.
Menurut Ketua Tim Kerja Perlindungan dan Pelestarian BPSPL Denpasar, Rizka Dzulfikar, tidak semua satwa laut tersebut berhasil dilakukan giat nekropsi. Penyebabnya sederhana, salah satunya karena keterbatasan biaya.
“Dulu beberapa kali melakukan nekropsi dengan Fakultas Kedokteran Unair. Hanya saja, 2024 kita tidak sempat melakukan nekropsi karena keterbatasan biaya dan waktu. Alhasil, kita tidak berani menyimpulkan penyebabnya seperti apa, apa karena plastik atau semacamnya,” jelas Rizka melansir CNN Indonesia.
Menurut Rizka, penyebabnya bisa dalam banyak hal. Ia mengatakan bahwa Fakultas Unair pernah meneliti terkait mamalia laut yang mati terdampar di perairan daerah Jawa Barat pada 2022.
Setelah ditelusuri, di sekitar laut ada kegiatan aktivitas kapal laut yang menggunakan gelombang sonar sehingga mamalia laut merasa rentan atau kebingungan.
“Sehingga tidak mampu mengenali tempat dan situasinya. Biasanya bergerombol ketika pimpinan (mamalia) terdampak sonar, akhirnya menepi, dan belakangnya ikut minggir. Sehingga turut terdampar,” kata dia.
Selain itu, bisa pula terdampak oleh fenomena alam seperti gempa bumi di bawah laut sehingga satwa menepi dan terdampar.
Apa yang Perlu Dilakukan Saat Ada Mamalia Lalut Terdampar?
Jika menemukan mamalia laut yang terdampar, hal yang paling penting adalah menjaga agar satwa tersebut tidak disentuh atau ditangani secara tidak profesional.
Sebab, hal tersebut berakibat buruk bagi satwa, maupun untuk menemukan penyebab kematian satwa dalam nekropsi nantinya.
Menurut Peneliti College of Science and Engineering James Cook University, Putu LK Mustika, crowd control atau pengendalian massa ketika orang-orang menemukan mamalia laut terdampar menjadi hal penting.
Sebab, idealnya dalam kejadian terdampar semestinya menggunakan garis polisi agar masyarakat tidak masuk ke area penyelamatan.
“Hanya orang-orang yang sudah terlatih yang bisa masuk untuk rescue. Bukan orang-orang yang mau menduduki hewan-hewan itu saja,” jelas wanita yang akrab disapa Icha tersebut, melansir Detik.
Apabila masyarakat menemukan mamalia laut, hal pertama yang dilakukan menghubungi kepala daerah atau pemerintah.
“Setelah itu, para instansi perlu berkoordinasi dan komando. Biasanya BPSPL yang akan mengomandoi. Nah, di sinilah pentingnya ada polisi dalam peran kendali massa,” jelasnya.