Dugong Fitri yang Terjerat Jaring Berhasil Dilepasliarkan

Hasbi
3 min read
2025-02-03 11:13:20
Iklan
Seekor dugong (Dugong dugon) betina bernama Fitri kembali terperangkap dalam jaring nelayan di Pulau Cempedak, Kecamatan Kendawangan Kiri, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat pada Jumat (31/1/2025).

Gardaanimalia.com - Seekor dugong (Dugong dugon) betina bernama Fitri kembali terperangkap dalam jaring nelayan di Pulau Cempedak, Kecamatan Kendawangan Kiri, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.

Mengetahui dugong terjebak jaring, nelayan dengan segera melaporkan kepada Pokdarwis, yakni kelompok masyarakat lokal yang peduli akan dugong di Pulau Cempedak, YIARI, dan WeBe Ketapang untuk melakukan pemeriksaan pada Sabtu (1/1/2025).

Pada Maret 2024 lalu, Fitri sempat ditemukan terjaring di Pulau Bawal bagian timur. Setelah melalui pemeriksaan, ia dilepaskan di sekitar Pulau Cempedak.

Pada jarak sekitar 200 meter dari tempat Fitri dilepaskan tahun lalu, ia terjerat jaring nelayan lagi pada Jumat (31/1/2025).

Menurut Dokter Hewan YIARI Ketapang Fina Fadiah, ciri-ciri identifikasi menunjukkan bahwa dugong yang terjerat mirip dengan Fitri, dugong yang pernah dilepasliarkan pada Maret 2024 silam.

“Selain itu, melalui microchip, terdeteksi dengan nomor yang sama. Panjang tubuh, juga ciri-ciri fisik menunjukkan kemiripan dengan dugong yang kita rescue tahun lalu,” jelasnya kepada Garda Animalia, Senin (3/1/2025).

Ia menjelaskan bahwa pada dasarnya Pulau Cempedak memiliki padang lamun yang cukup luas sebagai habitat dan tempat dugong mencari makan. 

Tim Pokdarwis pun sering menjumpai dugong selama kegiatan monitoring berlangsung di sekitar Pulau Bawal dan Pulau Cempedak.

“Kebetulan saja saat Fitri sedang makan, [lalu] terjerat,” kata Fina.

Setelah dilakukan pengecekan kesehatan dan pemeriksaan, Fitri dinyatakan sehat dan layak untuk dilepaskan.

“Kondisi Fitri dalam keadaan sehat. Dia gak dehidrasi dan cukup kuat melawan, maka langsung dilepaskan saat itu pula,” kata dia.

Senada dengan Fina, Ketua Pokdarwis Cempedak Jaya, Hartono juga menjelaskan bahwa berdasarkan pengalaman tim, jika dugong masih tampak sehat dan liar, kemungkinan ia terjerat kurang lebih satu jam lamanya.

Hartono menambahkan, nyawa dugong akan lebih terancam jika terjerat di laut yang terlalu dalam.

“Ia tidak bisa mengambil nafas. Selain itu, apabila dugong terjerat dari sore, semalaman di jaring, kemungkinan dia akan melemah,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa jaring nelayan menggunakan jaring bermata kecil yang lengket atau menjerat bagian ekor dugong saja.

Dugong dan Manusia di Pulau Cempedak

Dugong adalah mamalia air dilindungi yang memiliki status konservasi vulnerable atau rentan menurut IUCN Red List.

Keberadaannya perlu perhatian khusus sebab habitatnya di alam semakin sedikit.

Pada dasarnya, Pulau Cempedak memiliki padang lamun yang cukup luas. Akan tetapi, Fina menjelaskan bahwa wilayah antara dermaga penduduk dengan padang lamun berjarak cukup dekat.

“Kita kan tidak mungkin menghilangkan padang lamun atau dermaganya dimundurkan. Jika ada ketidaksengajaan catch oleh jaring seperti itu, warga diharapkan langsung melaporkan. Setelah melakukan pengecekan, biasanya langsung dilepas saat itu pula,” kata dia.

Menurut dia, pada hakikatnya dugong menjauhi manusia. Dugaan ini ia sampaikan karena beberapa tahun terakhir perburuan dugong menurun, memungkinkan dugong lebih berani dan eksplorasi mendekat ke permukiman manusia.

“Tren [kasus perburuan atau terdampar] dugong itu cukup menurun dibanding tahun 2019. Jadi, 2020 kan Pokdarwis terbentuk dibantu teman-teman Yayasan WeBe. Melalui informasi nelayan pak Hartono, sejauh ini sudah termonitor 78 ekor dugong di mana ada 3 pasang induk dan anak,” jelasnya.

Dugong dan manusia di pulau Cempedak memiliki keterikatan erat. Penyadartahuan mengenai pelestarian dugong juga terus digencarkan, setidaknya, jika dugong terjerat, ia harus dibebaskan.

Namun, perjuangan ini juga memiliki pekerjaan rumah. Hartono juga menambahkan perlunya upaya lebih untuk mengajak masyarakat lokal dan sinergitas pemerintah untuk membantu agar mamalia laut ini tetap terjaga.

“Mengubah kebiasaan masyarakat lokal juga cukup sulit jika dilakukan keseluruhan. Mudah-mudahan pemerintah dapat membantu dan mendukung kegiatan operasional monitoring dan masyarakat,” jelasnya.

Selain dugong, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga padang lamun di sekitar Pulau Cempedak. Sebab, menurutnya kondisinya semakin rentan dan bahkan berpeluang untuk hilang.

“Harapan kami juga ada kelestarian untuk lamun. Jika ia habis, maka dugong tentunya tidak bisa menetap di kawasan tersebut,” jelasnya.

Fina menambahkan, dengan meningkatkan kesadaran nelayan dan pengetahuan tentang habitat dan ekosistem dugong, mereka akan menghindari menebar jaring nelayan di lokasi yang banyak padang lamun, “Sehingga kasus by catch-nya tidak terjadi lagi,” kata dia.

Tags :
dugong Dugong dugon mamalia laut satwa terdampar Ketapang Kalimantan Barat
Writer: Hasbi