Elang Jawa di Kota Batu, Tanda Ekosistem Masih Terjaga

Gardaanimalia.com - Lembaga independen nonprofit ProFauna Indonesia yang bergerak di bidang perlindungan hutan dan satwa liar temukan elang jawa di Jawa Timur.
Temuan keberadaan satwa dilindungi bernama ilmiah Nisaetus bartelsi itu tepatnya di kawasan hutan Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Kegiatan monitoring keanekaragaman satwa tersebut sudah dilakukan sejak 2022 lalu. Total ada tiga ekor burung terekam kamera trap di Gunung Pucung atau sekitar Gunung Arjuno.
Pernyataan itu diutarakan oleh Ketua ProFauna Indonesia Rosek Nursahid melalui sambungan telepon kepada KuatBaca, pada Rabu (23/8/2023).
"Prosesnya sudah dilakukan sejak Januari 2022, hasilnya belum kita luncurkan secara resmi dengan target pada akhir tahun nanti," papar Rosek.
Menurutnya, temuan burung elang jawa di kawasan hutan Desa Bulukerto ini menandakan ekosistem masih terjaga dengan baik karena satwa langka tersebut masih dapat berkembang biak.
"Begitu pentingnya menjaga ekosistem hutan di lereng Gunung Arjuno ini. Mengelola hutan selaras menjaga keanekaragaman hayati, sehingga mendatangkan nilai ekonomis bagi masyarakat," ungkapnya.
Elang Jawa Terancam Punah
Satwa yang menjadi simbol negara Indonesia ini masuk dalam kategori terancam punah menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Karena itulah, ProFauna Indonesia mengajak masyarakat untuk melestarikan kawasan hutan agar tidak terjadi alih fungsi hutan yang dapat merusak ekosistem.
Rosek menyebut, kerusakan fungsi kawasan hutan bisa memicu bencana hidrometeorologi. Ia memberikan contoh, kejadian banjir bandang di Desa Bulukerto pada 2021 lalu.
Terlebih, lanjut Rosek, kawasan hutan di Gunung Pucung dinilai memiliki potensi pengembangan wisata alam liar atau wildlife tourism atau ecotourism.
"Menurut saya potensi di Gunung Pucung itu ada," tutur Rosek.
Konsep yang dapat diaplikasikan di Gunung Pucung, imbuhnya, di antaranya adalah pengamatan aktivitas satwa dilindungi elang jawa.
Baginya, dengan konsep wisata alam liar tersebut, upaya pelestarian hutan dan lahan bisa berjalan selaras sehingga menjadi sumber ekonomi tanpa merusak ekologi.
"Jika memang ingin dikembangkan, tentu akan baik sekali, potensinya di sini baik sekali. Apalagi banyak juga wisatawan luar negeri pernah ada yang tanya ke kami, tempat untuk melihat burung secara alami di mana," pungkasnya.

Orangutan Viral di Kawasan Tambang Akhirnya Dievakuasi

Beruang Madu di Perbebunan, BKSDA: Itu Habitatnya

Konflik Gajah di Aceh Barat Terulang, Perubahan Habitat Menyulitkan Penghalauan

Akhirnya, Enam Pemburu Badak Jawa Divonis 11 dan 12 Tahun Penjara

Dikirim Tanpa Dokumen, 67 Satwa Diamankan di Pelabuhan Tanjung Priok

Memisahkan dengan Jelas: Pemeliharaan Satwa Liar Bukan Penyelamatan!

Tiga Orangutan Kelaparan Mencari Makan di Kebun Sawit, BKSDA Lakukan Pemantauan

Harimau yang Masuk Kandang Jebak di Aceh Timur akan Direlokasi

Lagi, Seekor Dugong Mati Terdampar di Kupang

Relasi Harmonis Gajah-Manusia dalam Sejarah dan Tradisi Budaya di Aceh

Pagar Terbuka! 15 Rusa Timor Berlari Bebas di TN Baluran

Dagangkan Cula Badak dan Gading Gajah, Dua Terdakwa Divonis 4 Tahun

Terjerat Jaring, Lumba-Lumba di Kenjeran Berhasil Kembali ke Laut

Bayi Bekantan Terpisah dari Induk, Diduga karena Habitat Rusak

Kesalahan Penanganan Diduga Sebabkan Kematian Orangutan yang Tersengat Listrik

Cegah Zoonosis, Pengamatan Tidak Langsung Manfaatkan Ekolokasi Kelelawar Pemakan Serangga

Petugas Amankan 30 Kilogram Sisik Trenggiling di Atas Kapal Cepat

Soa Payung, Kadal dengan Leher Berjumbai yang Unik

Dugong Fitri yang Terjerat Jaring Berhasil Dilepasliarkan

Gajah Betina Berusia 8 Tahun Ditemukan Mati di Aceh Timur
