Berkaca dari Kejadian Kuda Nil, TSI Perlu Lakukan Evaluasi

3 min read
2021-03-10 15:40:52
Iklan
Belum ada deskripsim Lorem ipsum dolor sit amet, corrupti tempore omnis esse rem.



Gardaanimalia.com - Peristiwa pelemparan botol minuman kemasan ke mulut kuda nil di Taman Safari Indonesia (TSI) tengah menjadi perbincangan. Menurut pengakuan pelaku, peristiwa ini adalah sebuah ketidaksengajaan. Ia mengatakan hanya bermaksud untuk buang sampah tetapi botolnya malah masuk ke mulut kuda nil.

"Saya melempar, enggak sengaja itu," ungkap Khadijah, pelaku pelemparan botol.

Sementara, Humas Taman Safari Indonesia Bogor, Yulius H Suprihardo mengatakan saat ini kondisi kuda nil bernama Ari itu baik-baik saja. Nafsu makannya juga normal. Namun, pihak TSI akan terus melakukan observasi untuk memastikan kondisi satwa tersebut.

Yulius memaparkan lokasi pasti serta alasan mengapa satwa tersebut membuka mulutnya. Menurutnya, lokasi kejadian berada 300 meter dari loket utama.

"Kenapa kuda nil ini mangap? Karena dia punya naluri, dia mangap dikira pengunjung mau kasih makan. Ternyata malah ngasih botol plastik bekas," ujarnya sebagaimana dikutip dari laman Kompas.

Terkait pengawasan, Yulius mengaku bahwa petugas di TSI tidak bisa memantau seluruh satwa karena area yang luas.

Taman Safari Indonesia Perlu Evaluasi




Benvika, Direktur Jakarta Animal Aid Network (JAAN), merasa sangat prihatin karena ini bukan kejadian pertama. Beberapa waktu yang lalu juga ada kejadian pengunjung TSI yang memberikan miras kepada satwa. Ia mempertanyakan pengawasan terhadap pengunjung.

"Pengawasan dan pendampingan terhadap pengunjung berarti longgar. Kampanye atau edukasi yang dilakukan TSI terhadap pengunjung juga kurang," kata Benvika saat dihubungi oleh Garda Animalia melalui sambungan telfon pada Rabu (10/3/2021).

Baca juga: Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit Jadi Ancaman Bagi Kehidupan Satwa

Menurutnya, pihak Taman Safari harus memberikan edukasi yang lebih kepada pengunjung agar tidak memberi makan satwa. Pengunjung harus diberitahu bahwa satwa itu sudah diberi makanan oleh petugas.

Selain itu, Benvika juga menegaskan perlunya evaluasi untuk pihak pengelola. Harus ada langkah-langkah yang dibuat untuk mencegah kejadian serupa.

"Misalnya membuat peringatan di setiap area. Perlu juga pendampingan lewat pengeras suara agar pengunjung tidak memberi makan satwa. Yang lebih penting lagi adalah memberikan edukasi yang terus menerus kepada pengunjung," paparnya.

Ketika ditanya terkait kemungkinan pembatasan jarak antara pengunjung dan satwa, Benvika mengatakan aturan itu bisa saja diterapkan. Menurutnya, taman safari di luar negeri biasanya menerapkan hal ini. Pengunjung dilarang untuk memberi makan maupun menyentuh satwa.

"Pengunjung tetap di mobil tetapi diberi lintasan yang berbeda dengan satwa. Kemudian, pengunjung diberi fasilitas seperti binokuler sehingga tetap bisa melihat satwa tanpa harus mendekatinya," imbuhnya.

Menanggapi penjelasan TSI terkait pengawasan yang tidak dapat dilakukan karena area yang terlalu luas, Benvika mengatakan bahwa sebenarnya pengawasan masih sangat bisa dilakukan. Meski area TSI luas, tetap ada batasnya.

"Setiap sudut bisa dipasang CCTV. Ketika ada hal-hal yang tidak diinginkan bisa termonitor. Kemudian, bisa ada peringatan untuk pengunjung melalui pengeras suara," jelas Benvika.

Pelaku Harus Dihukum




Sementara, Singky Soewadji, Koordinator Aliansi Pecinta Satwa Liar Indonesia (APECSI) menyoroti proses hukum untuk pelaku pelempar sampah ke mulut kuda nil. Menurutnya kejadian ini tidak bisa ditoleransi.

"Harus proses hukum walau sudah minta maaf. Ini tidak bisa ditolelir. Pidana murni," kata Singky saat dihubungi oleh Garda Animalia.

Ia juga mengatakan bahwa kejadian ini sudah cukup sering terjadi. Singky juga menyinggung soal satwa yang diberi miras. Menurutnya, jika kasus ini tidak diproses hukum, ini akan menjadi preseden buruk bagi dunia konservasi.

"Kapolres Bogor jangan ragu. APECSI dan LSM lain dukung penuh," pungkasnya.

Tags :
taman safari indonesia kuda nil
Writer:
Pos Terbaru
FATWA: Dunia Terbalik si Munguk Beledu
FATWA: Dunia Terbalik si Munguk Beledu
Edukasi
21/05/25
Masa Depan Durian Ternate dan Hewan Penyerbuknya
Masa Depan Durian Ternate dan Hewan Penyerbuknya
Liputan Khusus
20/05/25
Hutan Hilang, Penyakit Datang: Hubungan Deforestasi dan Zoonosis
Hutan Hilang, Penyakit Datang: Hubungan Deforestasi dan Zoonosis
Edukasi
20/05/25
Belum Disetujui Kejati, Tuntutan Kasus Penjualan Sisik Trenggiling di PN Kisaran Batal Dibacakan
Belum Disetujui Kejati, Tuntutan Kasus Penjualan Sisik Trenggiling di PN Kisaran Batal Dibacakan
Berita
19/05/25
Di Balik Layar "Lobi-Lobi Lobster", Merekam Kebijakan Tutup-Buka Ekspor BBL
Di Balik Layar "Lobi-Lobi Lobster", Merekam Kebijakan Tutup-Buka Ekspor BBL
Berita
19/05/25
Bagaimana, sih, Kondisi Burung di Indonesia Saat Ini?
Bagaimana, sih, Kondisi Burung di Indonesia Saat Ini?
Edukasi
19/05/25
Celah Menahun Pelabuhan Tanjung Perak, 19 Elang Paria Gagal Diselundupkan
Celah Menahun Pelabuhan Tanjung Perak, 19 Elang Paria Gagal Diselundupkan
Berita
18/05/25
Ingin Ungkap Penyalahgunaan Elpiji, Polisi malah Temukan 10 Satwa Dilindungi
Ingin Ungkap Penyalahgunaan Elpiji, Polisi malah Temukan 10 Satwa Dilindungi
Berita
18/05/25
Seorang Pria di Thailand Ditangkap karena Jual Dua Bayi Orangutan
Seorang Pria di Thailand Ditangkap karena Jual Dua Bayi Orangutan
Berita
16/05/25
Tanah Haram untuk Kawanan Gajah di Kebun Ban Michelin
Tanah Haram untuk Kawanan Gajah di Kebun Ban Michelin
Liputan Khusus
16/05/25
Penjara Gajah di Tepi Kebun Karet Ban Michelin
Penjara Gajah di Tepi Kebun Karet Ban Michelin
Liputan Khusus
15/05/25
Kasus Anak Gajah Tertabrak Truk di Malaysia, Pembangunan Tak Boleh Hambat Pergerakan Gajah
Kasus Anak Gajah Tertabrak Truk di Malaysia, Pembangunan Tak Boleh Hambat Pergerakan Gajah
Berita
15/05/25
Seri Macan Tutul Jawa: Riwayat para Kucing Besar Tanah Jawa
Seri Macan Tutul Jawa: Riwayat para Kucing Besar Tanah Jawa
Liputan Khusus
14/05/25
FATWA: Burung Wiwik yang Enggan Menetaskan Telurnya
FATWA: Burung Wiwik yang Enggan Menetaskan Telurnya
Edukasi
14/05/25
Seri Macan Tutul Jawa: Gunung Favorit Para Pendaki di Habitat Macan Tutul Jawa
Seri Macan Tutul Jawa: Gunung Favorit Para Pendaki di Habitat Macan Tutul Jawa
Liputan Khusus
13/05/25
Perdagangkan Siamang, Pelaku Ditangkap di Bojonggede
Perdagangkan Siamang, Pelaku Ditangkap di Bojonggede
Berita
13/05/25
Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura
Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura
Berita
09/05/25
Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan
Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan
Berita
09/05/25
Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi
Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi
Berita
09/05/25
Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon
Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon
Berita
06/05/25