Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Konflik Membludak, Kandang Rehabilitasi Buaya Muara Over Kapasitas

237
×

Konflik Membludak, Kandang Rehabilitasi Buaya Muara Over Kapasitas

Share this article
Buaya yang diserahkan warga Desa Delas, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan pada Selasa (30/7/2024). | Foto: Andre/Alobi Foundation
Buaya muara yang diserahkan warga Desa Delas, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan pada Selasa (30/7/2024). | Foto: Andre/Alobi Foundation

Gardaanimalia.com – Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi Foundation Bangka Belitung menghentikan penerimaan buaya muara korban konflik untuk sementara waktu.

Manajer PPS Alobi Foundation Endi Yusuf mengatakan, keputusan ini diambil karena kandang rehabilitasi buaya yang mereka kelola sudah melewati batas kapasitas maksimum.

“Kemarin dari internal sudah sepakat disetop [penerimaan buaya],” kata Endi kepada Garda Animalia, Kamis (1/8/2024).

Keputusan ini diambil menyusul adanya penyerahan buaya dari masyarakat Desa Delas, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan, Selasa (30/7/2024).

Buaya muara sepanjang 3,5 meter itu ditangkap oleh masyarakat satu hari sebelumnya, merespons konflik antara buaya dan manusia pada Minggu (28/7/2024).

Konflik tersebut menimpa seorang warga bernama Asmi (42) yang sedang memancing di Sungai Ulim. Akan tetapi, Endi menyebut, tidak ada bukti bahwa buaya tersebut merupakan individu yang menyerang Asmi.

“Masyarakat cenderung kalau menangkap enggak lihat [buaya] yang [berkonflik], yang penting dapat buaya,” kata Endi.

Endi juga tidak membenarkan penangkapan buaya muara (Crocodylus porosus) oleh warga, khususnya jika menggunakan kail pancing.

“Tidak dibenarkan [menangkap buaya] karena sungai itu memang habitat mereka, dan serangan buaya di Bangka Belitung itu banyak sekali karena faktor-faktor lain,” tutur Endi.

Desa Delas, Endi mencontohkan, memiliki banyak lokasi bekas tambang ilegal. Lokasi ini ditengarai menjadi salah satu pemicu tingginya angka konflik di desa tersebut.

Konflik yang menimpa Asmi merupakan yang kedua kalinya dalam dua hari berturut-turut.

Sebelumnya, seorang warga bernama Samiun ditemukan tewas karena dugaan berkonflik dengan buaya di Sungai Bukit Layang, Kabupaten Bangka. Sama seperti Asmi, Samiun diserang ketika sedang memancing.

Endi menyampaikan, selama tujuh bulan pertama 2024, sudah ada 11 korban konflik buaya dan manusia di Bangka Belitung. Lima orang di antaranya tewas, sedangkan enam lainnya luka-luka.

Konflik Buaya Muara Diprediksi akan Meningkat

Meskipun Alobi Foundation telah memutuskan untuk memberhentikan penerimaan buaya dari masyarakat, Endi mengatakan, keputusan ini mungkin akan berubah dalam waktu dekat.

“Enggak tahu, seminggu, dua minggu ke depan, mengingat kita berasumsi [akan] banyak lagi serangan buaya,” kata Endi.

Peningkatan jumlah serangan buaya ini umumnya dimulai di penghujung musim kemarau, tepatnya sekitar bulan Agustus. Sebabnya, periode itu merupakan awal musim kawin dan bertelur buaya.

Ia menyampaikan, ketika jumlah serangan meningkat, masyarakat yang menangkap dan menyerahkan buaya juga bertambah.

Oleh karena itu, Endi mengimbau masyarakat Bangka Belitung untuk selalu awas dalam berkegiatan di daerah yang berdekatan dengan habitat buaya muara.

“Masyarakat harus ada lebih sadar bahwa ancaman sudah ada, harus mengurangi aktivitas yang ada, khususnya di musim kawin dan malam hari,” pungkas Endi.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments