Kodok Merah, Satu-satunya Amfibi Dilindungi di Indonesia

3 min read
2020-10-23 16:25:24
Iklan
Belum ada deskripsim Lorem ipsum dolor sit amet, corrupti tempore omnis esse rem.



Gardaanimalia.com - Halo! perkenalkan, aku Kodok darah. Eiits, Jangan mengkerut gitu dahinya. Aku tak seseram namaku kok. Sebenarnya itu nama lain dari banyaknya sebutan untuk diriku, ada yang manggil aku kodok merah, atau dalam bahasa Inggris aku juga disebut bleeding toad atau fire toad. Banyaknya sebutan untuk diriku ini karena memang morfologiku yang punya totol-totol berwarna merah darah di tubuhku. Tidak heran makanya namaku jadi seram.

Makin penasaran kan siapa aku? Aku adalah bangsa amfibi yang berasal dari ordo Anura. Nah, aku ini kodok. Ingat ya kodok bukan katak. Eh tau gak sih apa beda kodok sama katak? Sini aku kasih tau lagi.

Sebenarnya katak dan kodok ini sama-sama ordo Anura. Kami kerabat dekat tapi sebenarnya kami ini berbeda. Ibarat kata serupa tapi tak sama. Beberapa poin penting perbedaan kami adalah aku itu kulitnya kasar beda dengan katak yang halus. Kalau soal lompat katak juga lebih jauh jangkauannya dari aku karena dia punya kaki belakang dengan tungkai yang panjang sedangkan aku pendek jad lompatku juga dekat. Lalu, telurku juga beda dengan katak.

Kalian yang waktu kecil dulu sering mainin telurku di kolam untuk mainan pasti tau, telurku panjang kayak benang. Beda dengan katak yang telurnya bergerombol. Nah, gimana udah tau kan apa beda aku dengan katak?

Oke, sekarang kita kembali lagi kepada kisahku. Orang luar biasanya akrab dengan nama latinku yaitu Leptophryne cruentata. Tubuhku kecil dan ramping. Aku suka berada di tepian sungai dengan aliran yang lambat. Aku ini hewan nokturnal, jadi aku banyak melakukan aktivitas di malam hari dan umumnya aku hidup di permukaan tanah (terestrial).

Oh iya temen-temen, kalian tau tidak? Tersirat kabar dari saudara-saudaraku, berdasakan daftar merah IUCN kini statusku kritis (Critically Endangered) yang berarti satu langkah lagi aku akan punah dan meninggalkan kalian. Banyak faktor yang mendorong kritisnya keberadaanku di alam, salah satunya karena maraknya degradasi habitat. Apalagi aku dan saudaraku sesama amfibi mendiami habitat spesifik yang sangat sesitif terhadap perubahan alam contohnya pada  perairan. Ini karena di sanalah para kodok dan katak akan meletakkan telur-telur mereka.

Baca juga: Mengenal Jalak Bali, Maskot Pulau Dewata

Kalian sedih tidak mendengar kisahku? Sama aku juga teramat sedih pada diriku. Aku memang endemik Indonesia. Aku hanya dijumpai di sekitar Gunung Gede yaitu di daerah Cibeureum dan di Kawasan Gunung Halimun. Persebaranku di Jawa Barat sangat terbatas di beberapa lokasi tertentu saja. Di Indonesia, aku satu-satunya jenis amfibi yang dilindungi loh!

Sedih ya? Tapi tunggu dulu, ada kabar baik yang akan aku sampaikan juga pada kalian. Beberapa waktu lalu sekitar tanggal 3 Juni 2020, setelah adanya penutupan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sejak bulan Maret yang diakibatkan pandemi Covid 19, ternyata aku berhasil ditemukan dan sempat terabadikan kembali oleh para volunteer dan tim survei balai TNGHS.

Catatan terakhir, katanya aku ditemukan pada tahun 2015 lalu di lokasi yang sama, lama banget ya aku menghilang. Waaah, seneng gak? Dan tidak hanya aku, beberapa temanku yang sulit dijumpai karena adanya aktivitas pengunjung sebelumnya juga muncul dan terlihat kembali seperti owa jawa dan macan tutul. Semoga ini bukan terakhir kalinya lagi aku ditemukan dan bisa menjadi awal lestarinya jenis kami di alam.

Kalian tau tidak kenapa kami sangat rentan terhadap perubahan habitat? Ini karena, kami mendiami habitat spesifik yang sangat sesitif terhadap perubahan. Kami tak dapat terpisahkan dari perairan kerena di sanalah kami akan meletakkan telur-telur kami.

Oh iya, bagi sebagian orang aku dan saudaraku katak memang terlihat menjijikan ya. Tapi kalian jangan lupakan kami yang kecil ini ya. Karena walaupun kami menggelikan dan sifat kami yag sangat sensitif menjadikan kami sebagai indikator terjaganya suatu ekosistem di alam.

Jangan lupakan kami ya. Sekedar informasi Indonesia itu merupakan negara kedua loh dengan keanekaragaman amfibi yang tinggi setelah Brazil. Seharusnya kita harus bangga apalagi kalian punya aku si kodok darah. Semoga di lain kesempatan kalian bisa bertemu kembali dengan ku di alam. Salam lestari! Dari aku si kodok darah.

Tags :
Indonesia satwa dilindungi kodok merah
Writer:
Pos Terbaru
Hutan Hilang, Penyakit Datang: Hubungan Deforestasi dan Zoonosis
Hutan Hilang, Penyakit Datang: Hubungan Deforestasi dan Zoonosis
Edukasi
20/05/25
Belum Disetujui Kejati, Tuntutan Kasus Penjualan Sisik Trenggiling di PN Kisaran Batal Dibacakan
Belum Disetujui Kejati, Tuntutan Kasus Penjualan Sisik Trenggiling di PN Kisaran Batal Dibacakan
Berita
19/05/25
Di Balik Layar "Lobi-Lobi Lobster", Merekam Kebijakan Tutup-Buka Ekspor BBL
Di Balik Layar "Lobi-Lobi Lobster", Merekam Kebijakan Tutup-Buka Ekspor BBL
Berita
19/05/25
Bagaimana, sih, Kondisi Burung di Indonesia Saat Ini?
Bagaimana, sih, Kondisi Burung di Indonesia Saat Ini?
Edukasi
19/05/25
Celah Menahun Pelabuhan Tanjung Perak, 19 Elang Paria Gagal Diselundupkan
Celah Menahun Pelabuhan Tanjung Perak, 19 Elang Paria Gagal Diselundupkan
Berita
18/05/25
Ingin Ungkap Penyalahgunaan Elpiji, Polisi malah Temukan 10 Satwa Dilindungi
Ingin Ungkap Penyalahgunaan Elpiji, Polisi malah Temukan 10 Satwa Dilindungi
Berita
18/05/25
Seorang Pria di Thailand Ditangkap karena Jual Dua Bayi Orangutan
Seorang Pria di Thailand Ditangkap karena Jual Dua Bayi Orangutan
Berita
16/05/25
Tanah Haram untuk Kawanan Gajah di Kebun Ban Michelin
Tanah Haram untuk Kawanan Gajah di Kebun Ban Michelin
Liputan Khusus
16/05/25
Penjara Gajah di Tepi Kebun Karet Ban Michelin
Penjara Gajah di Tepi Kebun Karet Ban Michelin
Liputan Khusus
15/05/25
Kasus Anak Gajah Tertabrak Truk di Malaysia, Pembangunan Tak Boleh Hambat Pergerakan Gajah
Kasus Anak Gajah Tertabrak Truk di Malaysia, Pembangunan Tak Boleh Hambat Pergerakan Gajah
Berita
15/05/25
Seri Macan Tutul Jawa: Riwayat para Kucing Besar Tanah Jawa
Seri Macan Tutul Jawa: Riwayat para Kucing Besar Tanah Jawa
Liputan Khusus
14/05/25
FATWA: Burung Wiwik yang Enggan Menetaskan Telurnya
FATWA: Burung Wiwik yang Enggan Menetaskan Telurnya
Edukasi
14/05/25
Seri Macan Tutul Jawa: Gunung Favorit Para Pendaki di Habitat Macan Tutul Jawa
Seri Macan Tutul Jawa: Gunung Favorit Para Pendaki di Habitat Macan Tutul Jawa
Liputan Khusus
13/05/25
Perdagangkan Siamang, Pelaku Ditangkap di Bojonggede
Perdagangkan Siamang, Pelaku Ditangkap di Bojonggede
Berita
13/05/25
Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura
Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura
Berita
09/05/25
Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan
Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan
Berita
09/05/25
Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi
Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi
Berita
09/05/25
Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon
Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon
Berita
06/05/25
Ternyata Amir Simatupang Pernah Tawarkan Taring Harimau Seharga Rp50 Juta
Ternyata Amir Simatupang Pernah Tawarkan Taring Harimau Seharga Rp50 Juta
Berita
06/05/25
Kabar Baik, Dua Ekor Harimau Lahir di Suaka Barumun!
Kabar Baik, Dua Ekor Harimau Lahir di Suaka Barumun!
Berita
06/05/25