Mendengar Curahan Hati Penduduk Pulau Komodo Lewat Ata Modo

Poster Ata Modo. Foto: Hutan Hujan
Gardaanimalia.com - Beberapa tahun belakangan ini pemerintah banyak mencanangkan mengenai pembangunan pariwisata di Pulau Komodo. Adanya ide ini menimbulkan banyak pendapat kontra dari kalangan masyarakat terutama dari orang-orang Ata Modo.
Dalam film dokumenternya, Walhi Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil mengemas dengan sangat apik mengenai pandangan masyarakat Ata Modo hingga pegiat alam terkait pembangunan pariwisata ini. Tidak hanya itu saja, Walhi NTT juga menyajikan pengenalan Pulau Komodo dan Ata Modo melalui narasi serta wawancara juga ditambah visual yang sedap dipandang.
Film dokumenter dengan durasi 33 menit ini memberi peringatan kepada penonton bahwa salah satu wajah Indonesia sedang tidak baik-baik saja dan membutuhkan dukungan untuk melindungi area konservasi tersebut.
Hubungan Ata Modo dan Komodo
Pada 10 menit pertama, film dokumenter ini dimulai dengan pengenalan Pulau Komodo serta hubungan erat antara Ata Modo dan Komodo itu sendiri. Sebuah narasi dibacakan, Pulau Komodo bukan hanya sebuah pulau yang dihuni oleh ribuan komodo tetapi juga menjadi rumah bagi masyarakat Ata Modo yang hidup berdampingan dengan komodo sejak ratusan tahun yang lalu.
Legenda mengenai hubungan antara komodo dan Ata Modo juga dibicarakan dalam film dokumenter ini. Diceritakan bahwa komodo adalah saudara satu rahim mereka. Saat wanita Ata Modo melahirkan perutnya akan dibelah sehingga wanita tersebut meninggal tapi tidak dengan bayinya.
Hingga suatu hari seorang wanita akan melahirkan dan hal itu membuat masyarakat gelisah. Kegelisahan masyarakat akhirnya teredam karena munculnya seseorang dari Sumba yang memberikan solusi. Orang Sumba tersebut meminta agar disiapkan tali. Saat itu, perempuan yang hendak melahirkan memegang tali sambil duduk di atas batu. Akhirnya terlahir dua anak, yang satu bayi manusia dan yang satu lagi komodo.
Baca juga: Jenis Ikan Arwana yang Tidak Boleh Dipelihara
Legenda inilah yang menjadi salah satu alasan tumbuhnya rasa persaudaraan antara masyarakat dan komodo. Prinsip dilahirkan dalam satu rahim pula yang membuat komodo sampai saat ini masih terjaga kelestariannya.
Mata Pencaharian Warga Lokal
Pada menit selanjutnya dipaparkan bahwa dahulu mata pencaharian masyarakat Ata Modo adalah petani dan nelayan. Namun, munculnya kebijakan baru dan sistem zonasi di area laut membuat pekerjaan mereka sebagai petani dan nelayan mulai tergerus.
Salah satu narasumber mengatakan pada tahun 2013 saat awal perkembangan pariwisata Labuan Bajo yang disebut Sail Komodo, dalam penjelasan tersebut masyarakat lokal mulai mengubah mata pencaharian mereka ke arah pariwisata. Dalam menghadapi perubahan ini, mereka berupaya mengembangkan potensi yang terdapat di Pulau Komodo tanpa harus merusak konservasi Komodo.
Seperti yang dikatakan Akbar, Ketua Pokdarwis Desa Komodo yaitu masyarakat Komodo memaknai atau mendefinisikan konservasi dengan persepsi mereka bahwa komodo adalah saudara dan tidak boleh diganggu.
Pandangan Ata Modo terhadap pembangunan pariwisata
Taman Nasional Komodo yang awalnya adalah tempat konservasi perlahan oleh pemerintah dijadikan tempat pariwisata. Pembangunan pariwisata dengan berbasis industri ini diduga dapat menjadi pengaruh besar pada ekosistem di wilayah konservasi komodo yang tentunya juga dapat berpengaruh buruk bagi kelangsungan hidup komodo kedepannya.
Dalam film dokumenter tersebut, warga Ata Modo mengatakan tidak memahami peran mereka dalam pembangunan pariwisata super premium yang tengah dibangun. Pembangunan dianggap tidak berbasis aspirasi rakyat atau penduduk lokal yang notabenenya merupakan pemiliki tanah Komodo. Pemerintah lebih mengedepankan aspek pariwisata dibandingkan aspek konservasi.
Menurut warga Ata Modo, membiarkan lingkungan tetap alami serta adanya komodo dalam pulau tersebut sudah dapat dikatakan super premium dan tidak perlu ada pembangunan lain yang malah berisiko merusak ke-premium-an tersebut. Dalam hal ini seharusnya pemerintah menjadikan konservasi komodo yang lebih premium dengan cara meningkatkan infrastruktur konservasi dan memastikan keamanan komodo dari kepunahan dibanding memikirkan pembangunan pariwisata yang katanya “super premium” tersebut.
Menurut Akbar, solusi yang tepat adalah pemerintah memberlakukan konsep CBT atau comunity based tourism yang artinya masyarakat setempat diberikan peran besar untuk mengelola dan menjadi penggerak pariwisata di tanah komodo dan tetap menjunjung konsep berbasis konservasi.

FATWA: Komodo Malas Merantau!
24/03/25
Diselundupkan, Anak Komodo Diikat dan Dilakban
01/11/23
Naik Maskapai Garuda Indonesia, 6 Komodo Ditranslokasi ke NTT
16/08/23
BKSDA Tanggapi Video Komodo Melintas di Tebing Vegetasi
08/08/23
Pengelola akan Tindak Wisatawan yang Nyalakan Petasan di TN Komodo
02/04/22
Kebakaran di TN Komodo Menuai Inisiatif Antisipasi dari BPOLBF
11/11/21
FATWA: Dunia Terbalik si Munguk Beledu

Masa Depan Durian Ternate dan Hewan Penyerbuknya

Hutan Hilang, Penyakit Datang: Hubungan Deforestasi dan Zoonosis

Belum Disetujui Kejati, Tuntutan Kasus Penjualan Sisik Trenggiling di PN Kisaran Batal Dibacakan

Di Balik Layar "Lobi-Lobi Lobster", Merekam Kebijakan Tutup-Buka Ekspor BBL

Bagaimana, sih, Kondisi Burung di Indonesia Saat Ini?

Celah Menahun Pelabuhan Tanjung Perak, 19 Elang Paria Gagal Diselundupkan

Ingin Ungkap Penyalahgunaan Elpiji, Polisi malah Temukan 10 Satwa Dilindungi

Seorang Pria di Thailand Ditangkap karena Jual Dua Bayi Orangutan

Tanah Haram untuk Kawanan Gajah di Kebun Ban Michelin

Penjara Gajah di Tepi Kebun Karet Ban Michelin

Kasus Anak Gajah Tertabrak Truk di Malaysia, Pembangunan Tak Boleh Hambat Pergerakan Gajah

Seri Macan Tutul Jawa: Riwayat para Kucing Besar Tanah Jawa

FATWA: Burung Wiwik yang Enggan Menetaskan Telurnya

Seri Macan Tutul Jawa: Gunung Favorit Para Pendaki di Habitat Macan Tutul Jawa

Perdagangkan Siamang, Pelaku Ditangkap di Bojonggede

Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura

Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan

Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi

Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon
