Peneliti Ungkap Penyebab Puluhan Paus Terdampar dan Mati di NTT

Gardaanimalia.com - Puluhan paus pilot (Globicephala macrorhynchus) terdampar dan mati di pesisir Pantai Liliweri, Desa Purnama, Kecamatan Pureman, Kabupaten Alor, NTT pada Jumat (6/9/2024).
Hal ini tidak hanya menyita banyak perhatian masyarakat, tetapi juga kalangan para ahli. Salah satunya, peneliti dari College of Science and Engineering, James Cook University of Australia, Putu Liza Kusuma Mustika.
Ia menyatakan puluhan paus yang mati itu bisa dikarenakan faktor alamiah.
Menurutnya, paus adalah mamalia laut yang sangat sensitif dengan perubahan lingkungan, seperti berubahnya kondisi air karena pencemaran laut, sampah yang terbawa ke laut, penggunaan sonar di bawah laut, hingga badai matahari yang mengganggu elektromagnetik di kutub-kutub bumi.
"Menurunnya kualitas air juga dapat menurunkan imunitas paus, sedangkan semakin banyaknya sampah laut (terutama plastik) telah menyebabkan lebih banyak paus yang mati karena menelan sampah-sampah tersebut," papar Liza dikutip dari Antara.
Begitupun penggunaan sonar di bawah laut, Liza menyebut, sonar tersebut dapat memancarkan gelombang elektromagnetik yang dapat mengganggu navigasi paus.
Selain itu, Liza juga menjelaskan faktor alamiah lainnya yang dapat menyebabkan paus terdampar dan mati, salah satunya faktor usia atau penyakit.
"Paus yang sakit atau tua sering kali kehilangan kemampuan navigasinya, atau terpisah dari kawanan, yang menyebabkan mereka lebih rentan terdampar di pantai," ujarnya dikutip dari Tempo.
Fakta Lain tentang Paus Terdampar
Sementara itu, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Oseanografi BRIN, Achmad Sahri, menyatakan bahwa BRIN telah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Liza, untuk meneliti ekologi paus yang terdampar agar lebih memahami perilaku mamalia tersebut.
"Selama periode 1995-2021, setidaknya ada 26 spesies paus dan lumba-lumba yang terdampar di perairan Indonesia. Satu dari enam spesies yang paling sering terdampar adalah paus pemandu sirip pendek yang juga terdampar di perairan Alor NTT beberapa minggu lalu," terang Sahri.
Menurutnya, memahami perilaku paus, termasuk pola sebaran spasial dan temporal dari setiap kasus, dapat memberikan informasi penting untuk upaya penyelamatan paus.
"Informasi ini sangat penting bagi penanganan kejadian terdampar, terutama berguna untuk pengalokasian personil atau kemungkinan mendatangkan alat berat," pungkasnya.
Sejalan dengan pendapat Liza dan Sahri, peneliti sekaligus dosen Universitas Tribuana Alor, Jahved Ferianto Maro, juga mengungkapkan faktor lain yang bisa menyebabkan puluhan paus terdampar dan mati di NTT.
Jahved menjelaskan bahwa cuaca ekstrem dan gelombang tinggi di laut dapat memaksa paus berpindah ke tepian atau teluk untuk menghindari suhu tinggi dan hempasan gelombang.
Namun, semakin dangkal perairan yang dituju, semakin besar pula risiko paus terdampar dan mati.
“Untuk paus pilot, biasanya individu paling depan berfungsi sebagai pemandu. Bila yang di depan terdampar maka individu lainnya bernasib sama,” kata Jahved dikutip dari Mongabay.
Selain itu, terkait luka di tubuh dan kepala paus, Jahved menjelaskan, luka tersebut kemungkinan besar disebabkan karena terkena karang setelah terhempas gelombang tinggi.
“Penanganan harus lebih cepat dengan menarik paus kembali ke laut, sehingga bisa beradaptasi kembali dan hidup.” pungkasnya.

Lagi, Seekor Dugong Mati Terdampar di Kupang
10/02/25
Peneliti Ungkap Penyebab Puluhan Paus Terdampar dan Mati di NTT
28/09/24
Pelepasliaran Elang si Mesin Terbang di NTT Berjalan Mulus
08/04/24
Penggagalan Perdagangan: Penyu Dilepasliarkan, Pelaku Terancam Bui
16/02/24
Muncul di Muara, Warga NTT Amankan Buaya Muara
13/01/24
30 Ekor Biawak Timor Dipulangkan ke Alam
06/12/23
Masa Depan Durian Ternate dan Hewan Penyerbuknya

Hutan Hilang, Penyakit Datang: Hubungan Deforestasi dan Zoonosis

Belum Disetujui Kejati, Tuntutan Kasus Penjualan Sisik Trenggiling di PN Kisaran Batal Dibacakan

Di Balik Layar "Lobi-Lobi Lobster", Merekam Kebijakan Tutup-Buka Ekspor BBL

Bagaimana, sih, Kondisi Burung di Indonesia Saat Ini?

Celah Menahun Pelabuhan Tanjung Perak, 19 Elang Paria Gagal Diselundupkan

Ingin Ungkap Penyalahgunaan Elpiji, Polisi malah Temukan 10 Satwa Dilindungi

Seorang Pria di Thailand Ditangkap karena Jual Dua Bayi Orangutan

Tanah Haram untuk Kawanan Gajah di Kebun Ban Michelin

Penjara Gajah di Tepi Kebun Karet Ban Michelin

Kasus Anak Gajah Tertabrak Truk di Malaysia, Pembangunan Tak Boleh Hambat Pergerakan Gajah

Seri Macan Tutul Jawa: Riwayat para Kucing Besar Tanah Jawa

FATWA: Burung Wiwik yang Enggan Menetaskan Telurnya

Seri Macan Tutul Jawa: Gunung Favorit Para Pendaki di Habitat Macan Tutul Jawa

Perdagangkan Siamang, Pelaku Ditangkap di Bojonggede

Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura

Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan

Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi

Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon

Ternyata Amir Simatupang Pernah Tawarkan Taring Harimau Seharga Rp50 Juta
