Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Peneliti Ungkap Penyebab Puluhan Paus Terdampar dan Mati di NTT

70
×

Peneliti Ungkap Penyebab Puluhan Paus Terdampar dan Mati di NTT

Share this article
Peneliti Ungkap Penyebab Puluhan Paus Terdampar dan Mati di NTT
Paus yang terdampar dan mati di NTT. |Foto: Oktofina/Mongabay

Gardaanimalia.com – Puluhan paus pilot (Globicephala macrorhynchus) terdampar dan mati di pesisir Pantai Liliweri, Desa Purnama, Kecamatan Pureman, Kabupaten Alor, NTT pada Jumat (6/9/2024).

Hal ini tidak hanya menyita banyak perhatian masyarakat, tetapi juga kalangan para ahli. Salah satunya, peneliti dari College of Science and Engineering, James Cook University of Australia, Putu Liza Kusuma Mustika.

Ia menyatakan puluhan paus yang mati itu bisa dikarenakan faktor alamiah.

Menurutnya, paus adalah mamalia laut yang sangat sensitif dengan perubahan lingkungan, seperti berubahnya kondisi air karena pencemaran laut, sampah yang terbawa ke laut, penggunaan sonar di bawah laut, hingga badai matahari yang mengganggu elektromagnetik di kutub-kutub bumi.

“Menurunnya kualitas air juga dapat menurunkan imunitas paus, sedangkan semakin banyaknya sampah laut (terutama plastik) telah menyebabkan lebih banyak paus yang mati karena menelan sampah-sampah tersebut,” papar Liza dikutip dari Antara.

Begitupun penggunaan sonar di bawah laut, Liza menyebut, sonar tersebut dapat memancarkan gelombang elektromagnetik yang dapat mengganggu navigasi paus.

Selain itu, Liza juga menjelaskan faktor alamiah lainnya yang dapat menyebabkan paus terdampar dan mati, salah satunya faktor usia atau penyakit.

“Paus yang sakit atau tua sering kali kehilangan kemampuan navigasinya, atau terpisah dari kawanan, yang menyebabkan mereka lebih rentan terdampar di pantai,” ujarnya dikutip dari Tempo.

Fakta Lain tentang Paus Terdampar

Sementara itu, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Oseanografi BRIN, Achmad Sahri, menyatakan bahwa BRIN telah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Liza, untuk meneliti ekologi paus yang terdampar agar lebih memahami perilaku mamalia tersebut.

“Selama periode 1995-2021, setidaknya ada 26 spesies paus dan lumba-lumba yang terdampar di perairan Indonesia. Satu dari enam spesies yang paling sering terdampar adalah paus pemandu sirip pendek yang juga terdampar di perairan Alor NTT beberapa minggu lalu,” terang Sahri.

Menurutnya, memahami perilaku paus, termasuk pola sebaran spasial dan temporal dari setiap kasus, dapat memberikan informasi penting untuk upaya penyelamatan paus.

“Informasi ini sangat penting bagi penanganan kejadian terdampar, terutama berguna untuk pengalokasian personil atau kemungkinan mendatangkan alat berat,” pungkasnya.

Sejalan dengan pendapat Liza dan Sahri, peneliti sekaligus dosen Universitas Tribuana Alor, Jahved Ferianto Maro, juga mengungkapkan faktor lain yang bisa menyebabkan puluhan paus terdampar dan mati di NTT.

Jahved menjelaskan bahwa cuaca ekstrem dan gelombang tinggi di laut dapat memaksa paus berpindah ke tepian atau teluk untuk menghindari suhu tinggi dan hempasan gelombang.

Namun, semakin dangkal perairan yang dituju, semakin besar pula risiko paus terdampar dan mati.

“Untuk paus pilot, biasanya individu paling depan berfungsi sebagai pemandu. Bila yang di depan terdampar maka individu lainnya bernasib sama,” kata Jahved dikutip dari Mongabay.

Selain itu, terkait luka di tubuh dan kepala paus, Jahved menjelaskan, luka tersebut kemungkinan besar disebabkan karena terkena karang setelah terhempas gelombang tinggi.

“Penanganan harus lebih cepat dengan menarik paus kembali ke laut, sehingga bisa beradaptasi kembali dan hidup.” pungkasnya.

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments